Chereads / Wanita Kedua / Chapter 14 - Kebimbangan Raya

Chapter 14 - Kebimbangan Raya

Sete;ah Ferry mengantarkan Raya ke rumahnya, dia langsung meminta Raya untuk masuk ke dalam rumah sebab Ferry harus segera tiba di rumah karena waktu juga semakin sore.

"Ray, aku langsung pulang ya,:" pamit Ferry.

"Iya Fer, kamu hati-hati ya. Oh iya nanti sesudah makan malam kalau kamu senggang, bisa tolong hubungi aku?" tanya Raya.

"Ada apa Ray?" Ferry bertanya dengan mimik bingung.

"Ada hal yang ingin aku sampaikan padamu Fer, ini ada kaitannya dengan pertanyaanmu tadi siang," jelas Raya.

Terpancar senyuman indah di wajah Ferry. Dia berharap jawaban Raya nanti sesuai dengan ekspektasinya. Maka tanpa berpikir lagi, Ferry langsung mengiyakan ucapan Raya.

"Baik Ray, nanti sesudah makan malam aku akan hubungi kamu," ucap Ferry dengan mata berbinar.

"Oke. Kamu hati-hati ya, beri aku kabar kalau kamu sudah sampai di rumah," pesan Raya.

Laki-laki itu pun mengacungkan ibu jarinya dan berlanjut menyalakan motornya. Sedangkan Raya berjalan menuju pintu rumahnya dengan senyuman yang tidak bisa lagi ia tahan. Sesampainya di depan pintu, sang asisten rumah tangganya menyapa Raya dengan mata yang sedikit heran karena sang majikan terlihat sangat sumringah.

"Non Raya, kok Mbok perhatikan seperti orang yang sedang bahagia, ada apa Non?" tanya si Mbok.

"Eh Mbok, tidak ada apa-apa Mbok. Raya cuma sedang ingin tersenyum saja," ucap Raya.

Tak berani mengulik terlalu jauh maka sang asisten yang sudah paruh baya itu langsung meminta Raya untuk berganti pakaian dan siap-siap untuk makan siang, dia akan segera menyiapkan hidangan makan siang di meja makan.

"Ya sudah kalau begitu Non Raya ganti baju dan bersih-bersih dulu, setelah itu makan siang ya Non, Mbok akan siapakan makan siang buat Non Raya sekarang," perintah si Mbok.

"Iya Mbok. Raya ke kamar dulu ya," pamit Raya.

Sesampainya di kamar, gadis itu langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur kesayangannya. Matanya menatap langit-langit kamarnya bibirnya pun masih belum terlepas dari senyuma manis miliknya. Wajah Ferry terus berkeliaran di benaknya. Apakah dia yakin bahwa Ferry bisa menjadi cinta pertama dalam hidupnya?

Seketika senyum Raya pudar tatkala dia teringat akan kedua orangtuanya. Jika orangtuanya mengetahui Raya dan Ferry berpacaran, apa mereka bisa menerima semuanya? Apa mereka akan mendukung hubungan Raya atau malah melarangnya bahkan meminta Raya untuk menjauhi Ferry.

Pikiran itu membuat Raya takut dan merubah kebahagiaannya seketika. Gadis itu memutuskan untuk berganti pakaian dan kembali lagi ke bawah untuk makan siang.

"Kok lama Non turunnya? Baru saja Mbok mau jemput Non Raya ke kamar," ucap si Mbok.

"Iya Mbok tadi Raya sangat lelah makanya istirahat dulu. Yang lain belum pulang ya Mbok?" tanya Raya celingukkan.

"Iya Non belum. Kalau Bapak kan besok baru pulang, kalau Den Dody tadi telepon katanya malam sampaii di rumah, kalau Ibu dan Non Tania belum ada kabar Non," jelas sang asisten rumah tangga itu.

"Ya sudah Mbok gak apa-apa. Yang penting Mbok gak kemana-mana kan?" tanya Raya.

Asisten rumah tangga itu pun tersenyum ke arah gadis cantik itu. Dia hendak menuangkan nasi serta lauk dan sayur ke piring Raya namun dengan cepat ditolak halus oleh Raya karena dia merasa tidak perlu dilayani selayaknya putri raja.

"Mbok, biar Raya saja ya. Raya kan udah besar," ujar Raya.

"Eh iya Non. Mbok bangga sama Ibu, walau di rumah ada pembantu tapi anak-anak ibu semuanya mandiri," puji si Mbok.

"Iya Mbok. Mama sama papa selalu ngajarin, asisten, supir dan baby sitter di rumah kita itu semua keluarga, jadi jangan diperlakukan dengan buruk apalagi menyusahkan," jelas Raya.

Sang asisten rumah tangga itupun terharu dengan ucapan Raya. Dia tersenyum bahagia kemudian meninggalkan Raya dan pamit kembali ke dapur.

Selesai makan, Raya kembali ke kamarnya untuk menyelesaikan tugas sekolah dan semua PR nya. Raya sangat serius jika soal belajar itu sebabnya dia menjadi anak pandai dan selalu mendapat peringkat di sekolahnya.

Tak terasa waktu makan malam pun tiba, namun mama dan adiknya belum juga tiba di rumah. Yang Raya dengar hanya deru motor sang kakak yang baru saja tiba di halaman. Tak lama kemudian pintu kamar Raya di ketuk oleh seseorang yang tak lain adalah Dody, kakak laki-laki Raya.

"Ray, lagi apa kamu?" tanya Dody.

"Lagi belajar Kak, ada apa?" sahut Raya.

"Temenin gue makan yuk!" ajak Dody.

"Makan di luar atau di bawah?" tanya Raya.

Mendengar pertanyaan sang adik, Dody sontak tertawa terbahak. Mengapa bisa-bisanya Raya bertanya dimana mereka akan makan malam. Padahal Dody mengajak Raya makan malam di bawah karena dia tidak ingin makan sendirian.

"Kenapa ketawa sih Kak?" tanya Raya.

"Ya habisnya kamu itu lucu. Kakak kan ngajak kamu makan bareng biar gak sepi. Ya makan di bawah lah Ray," jelas Dody sambil tertawa.

Raya ikut tertawa setelah dia menyadari betapa bodohnya dirinya melontarkan pertanyaan macam itu. Gadis itu melirik jam di ponselnya, sebelum dia keluar dari kamar, dia mengirim pesan terlebih dahulu pada Ferry.

"Fer, aku makan malam dulu ya, nanti kamu hubungi aku setelah aku selesai," ketik Raya pada benda pipih itu.

Tanpa menunggu balasan dari Ferry, Raya langsung keluar dari kamar untuk makan malam. Tak lupa dia juga membawa ponselnya supaya dia bisa membaca balasan dari Ferry. Di meja makan Dody sudah menunggu sang adik. Begitu Raya tiba mereka langsung menikmati makan malam yang sudah disiapkan.

"Ray, kamu udah dapat pacar belum di sekolah baru?" tanya Dody.

"Apaan sih Kak?" ucap Raya malu-malu.

"Ya kenapa emangnya? Kan Kakak nanya. Lagian kamu kan udah mau lulus jadi wajarlah kalau udah punya pacar," ungkap Dody.

Raya tak menanggapi ucapan sang kakak. Dia terus melanjutkan makan malamnya agar dia bisa segera menghubungi Ferry. Tapi sepertinya Dody mengetahui kalau Raya sedang jatuh cinta, itulah sebabnya Dody langsung menanyakan hal itu. Untungnya Dody bertanya saat tidak ada orang di rumah mereka.

"Kak, aku udah selesai makan. Aku ke kamar dulu ya," pamit Raya.

"Mau pacaran ya?" goda Dody.

"Apaan sih! Aku mau belajar," elak Raya.

Dody terkekeh melihat sikap adiknya tapi dia tidak menahan Raya untuk kembali ke kamarnya. Di dalam kamar Raya masih bingung harus memberikan jawaban apa pada Ferry. Ditambah, Dody sepertinya sudah mengetahui kalau Raya sedang memilik perasaan pada Ferry.

Raya kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur sambil menimang-nimang ponsel di tangannya. Dia menunggu Ferry menghubunginya. tak berselang lama ponsel Raya berdering, dengan cepat Raya melihatnya berharap itu adalah panggilan dari Ferry tapi ternyata panggilan tersebut adalah dari mamanya.

"Halo Ma," sapa Raya.

"Halo Sayang. Kamu lagi di mana Ray? Sudah makan belum?" tanya Seny.

"Raya di rumah Ma, dan Raya juga sudah makan, baru aja selesai," jelas Raya.

"Oh ya sudah kalau begitu. Mama sedang di perjalanan, sebentar lagi tiba di rumah, kamu baik-baik ya di rumah," kata Seny.

Raya menjawab lalu mematikan sambungan telepon dari sang mama. Hatinya benar-benar bimbang harus memberikan jawaban apa pada Ferry, ditambah sebentar lagi mamanya akan tiba di rumah. Bisa-bisa Raya tidak diijinkan menghubungi Ferry karena sudah malam.

Gadis itu harus menghubungi Ferry sebelum mamanya tiba di rumah. Segera dia mencari kontak Ferry dan menekan tombol dial. Lama tak ada jawaban dari Ferry membuat Raya kesal.

"Duh Fer, kenapa kamu tidak menjawab telepon ku sih!" keluh Raya.

Ponsel Raya masih mengeluarkan nada sambung tanda panggilannya belum direspon oleh Ferry. Raya mencobanya sekali lagi tapi masih saja belum mendapat jawaban karena dia kesal akhirya dia meletakkan ponselnya di atas kasur kemudian dia berlalu keluar menunggu kedatangan mama serta adiknya.

"Kak, Mama belum sampai?" tanya Raya begitu dia tiba di ruang tamu.

"Belum," jawab Dody sambil menggeser posisinya agar Raya bisa duduk di sampingnya.

"Tadi Mama telepon aku katanya sebentar lagi sampai," jelas Raya.

"Ya sudah sini duduk, kita tunggu Mama bareng-bareng," ajak Dody.

Mereka pun duduk bersama di ruang tamu sambil menonton televisi. Suasana di rumah tamu itu terlihat begitu hangat karena keakraban Raya dan Dody. Mereka mengobrol bersama membicarakan tentang kegiatan masing-masing.

Lagi-lagi sang kakak menggoda Raya. Kali ini dia minta untuk dikenalkan pada kekasih Raya. Padahal Raya belum punya kekasih walau Ferry sudah menjadi salah satu kandidat untuk menjadi kekasihnya.

"Ray, kenalin kakak sama pacar kamu dong! Jadi kan bisa main game bareng," ledek Dody.

"Iya nanti kalau udah punya ya," jawab Raya asal.

"Ah, masa adik aku yang cantik begini belum punya pacar," ejek Dody.