Hubungan percintaan Ferry dan Raya benar-benar sportif. Mereka berdua tidak selalu memikirkan tentang percintaan. Mereka tetap fokus pada sekolah karena ini adalah masa-masa terakhir mereka di sekolah. Besok mereka sudah memasuki masa tenang sebelum ujian dilaksanakan.
"Ray, hari ini kamu dijemput atau pulang bareng sama aku?" tanya Ferry.
"Sepertinya sampai ujian selesai aku belum bisa berangkat atau pulang bareng sama kamu Fer. Mama sama Papa aku pasti memantau aku terus, gak apa-apa kan?" ucap Raya.
"Ya gak apa-apa dong. Ya sudah kalau begitu nanti pas sampai rumah langsung makan dan istirahat. Kita harus mempersiapkan ujian dengan baik supaya nilainya juga baik," ucap Ferry.
"Iya Fer pasti," timpal Raya tak kalah semangat.
Jam pelajaran hari ini pun telah usai semua murid kelas dua belas diperingatkan untuk segera pulang dan tidak mampir ke mana-mana lagi karena mereka akan melaksanakan ujian akhir lusa. Raya, Ferry serta Reva masih berada di dalam kelas. Mereka berbagi perasaan menghadapin ujian. Reva berkata bahwa dia sangat gugup dalam menghadapi ujian akhir ini.
"Fer, Ray, lu berdua kok kelihatannya santai banget ya? Emang lu berdua gak takut apa?" tanya Reva polos.
"Takut kenapa sih Reva sayang," ledek Raya.
"Ya takut aja Ray. Gue takut nanti pas hari H tiba-tiba gue blank. Aduh, serem banget ih," keluh Reva.
"Eh, ucapan itu adalah doa tau! Hati-hatilah dalam berbicara. Gue yakin semua murid pasti takut dan gugup tapi kita cukup pasrah, berusaha dan berdoa," jelas Ferry.
Raya tersenyum mendengar penuturan Ferry sedangkan Raya dibuat termenung dengan kata-kata yang keluar dari mulut Ferry. Ucapan Ferry memang ada benarnya, yang terpenting adalah doa dan usaha. Karena sekola sudah mulai sepi maka Raya mengajak sahabat dan juga kekasihnya untuk pulang ke rumah agar mereka dapat mempersiapkan diri mereka untuk lusa.
"Ya udah kita pulang yuk. Kita istirahat, makan yang banyak dan terus berdoa supaya ujian kita lancar," kata Raya.
"Iya betul. Yuk pulang," ajak Ferry.
"Yuk! Eh iya gue baru inget, nanti habis ujian kalian berdua harus traktir gue ya untuk ngerayain hari jadi kalian," ujar Reva.
"Duh Rev, masih sempet-sempetnya ya lu mikirin hal kayak gini," protes Raya sambil tertawa.
Ferry juga ikut tertawa mendengar celoteh Reva barusan. Mereka bertiga kemudian berjalan menuju halaman sekolah mereka. Di sana mobil Mang Ujo sudah terparkir menunggu kedatangan Raya. Setelah mendekat akhirnya Raya pulang bersama Mang Ujo setelah dia berpamitan pada Ferry dan juga Reva.
"Kabarin aku ya kalau kamu udah sampe rumah," pesan Raya pada Ferry.
"Pasti Ray," balas Ferry sambil tersenyum.
Setelah berada di mobil Raya mengucapkan kata maaf pada Mang Ujo karena telah membuatnya menunggu agak lama.
"Mang, maaf ya nungguin agak lama," ucap Raya.
"Iya Non gak apa-apa. Ini kita langsung pulang atau mau ke mana dulu Non?" tanya Mang Ujo.
"Kita langsung pulang aja ya Mang, aku mau istirahat," kata Raya.
"Baik Non," ucap Mang Ujo.
Mang Ujo pun melanjutkan perjalanan mereka, dia kembali fokus menyetir mobil. Sedangkan Raya duduk tenang di kursi belakang sambil mengutak-atik ponselnya membaca-baca materi untuk ujian lusa.
Ketika mobil Raya memasuki gerbang rumahnya, ponsel Raya berdering tanda pesan dari Ferry yang mengatakan bahwa dia sudah sampai di rumah. Raya tersenyum dan kemudian membalas pesan Ferry dengan mengatakan hal yang sama.
Sesampainya di rumah, dia melihat mamanya sedang membereskan meja makan terlihat seperti dirinya baru saja selesai makan siang. Begitu melihat sang putri yang baru saja tiba, Seny langsung memerintahkan Raya untuk berganti pakaian dan makan siang.
"Ray, kamu udah pulang?" sapa Seny.
"Iya Ma. Besok Raya libur jadi hari ini pulang agak cepat." jelas Raya.
"Ya sudah kamu ganti baju terus makan ya. Biar Mama siapkan makan siang untuk kamu," perintah Seny.
"Iya Ma. Raya naik dulu ya," pamit Raya.
Raya masuk ke kamar untuk melaksanakan apa yang diperintahkan Seny padanya. Dia juga menyempatkan diri untuk mengirim pesan pada Ferry agar laki-laki yang beberapa jam yang lalu menjadi kekasihnya tidak cemas menunggunya. Setelah berganti pakaian Raya kembali turun ke bawah untuk makan siang. Kebetulan perutnya juga sudah lapar. Seny yang melihat putrinya mendekat ke meja makan dengan sigap mengambil piring dan menyiapkan makan siang untuk Raya.
"Kamu mau makan pakai apa Ray? Biar Mama ambilin," tanya Seny.
"Gak usah repot-repot Ma, Raya kan udah besar kenapa masih dilayani kayak gini?" protes Raya malu.
"Gak apa-apa Sayang. Selagi Mama belum selesai di dapur kan gak masalah," ucap Seny.
Raya pun menuruti kemauan mamanya. Dia menunjuk capcay goreng serta ayam bakar lengkap dengan sambalnya untuk menu makan siang hari ini. Dengan penuh kasih sayang, Seny mengambil nasi, sayur serta lauk pauk untuk sang putri tercinta. Melihat Mamanya hanya sibuk menyiapkan satu piring makanan membuat Raya bertanya mengapa hanya dia seorang yang makan di sini.
"Loh, Mama gak makan?" tanya Raya.
"Mama tadi sudah makan bareng sama Tania. Kamu tau kan adik kamu itu kalau gak ada barengannya agak susah makannya," jelas Seny.
"Oh iya Ma. Jadi ini Raya makan sendiri? Raya jadi gak enak udah ngerepotin Mama," ucap Raya tak enak hati.
"Gak apa-apa Sayang. Ya udah cepet makan biar Mama temani ya," ucap Seny.
Raya pun mulai menyantap makan siangnya ditemani sang Mama. Dia makan sangat lahap, entah karena lapar atau masakan mamanya memang juara untuknya. Sambil menemani Raya makan, Seny terlihat sibuk dengan ponselnya. Sepertinya dia sedang mengirim pesan pada seseorang. Mungkin dia berkomunikasi dengan papanya Raya.
Setelah selesai makan, Raya merapikan piringnya sendiri. Karena terlalu sibuk dengan ponselnya sampai-sampai Seny tak menyadari bahwa Raya telah selesai makan dan kini sedang duduk di meja makan sambil minum. Menyadari sang putri telah selesai dengan aktifitasnya, Seny pun menceritakan apa yang dia bicarakan dengan seseorang melalui pesan teks tersebut.
"Eh kamu udah selesai Ray? Maaf ya Mama sampai gak perhatiin kamu," ucap Seny.
"Iya gak apa-apa Ma. Mama sibuk chatingan sama Papa ya?" tebak Raya.
Rupanya tebakan Raya benar. Seny memang baru saja selesai berkomunikasi dengan suaminya. Dia mengatakan bahwa besok Raya libur karena akan menghadapi ujian lusa. Maka Seny dan Bagus sepakat untuk mengajak anak-anaknya makan malam di luar malam ini. Sebagai tanda dukungan untuk Raya agar dia merasa senang dan relax dalam menghadapi ujian.
"Ray, kamu besok beneran libur kan?" tanya Seny memastikan.
"Iya Ma. Raya dapat tambahan masa tenang sebelum ujian. Kenapa Ma?" Raya penasaran.
"Begini Ray, Mama sama Papa sepakat untuk mengajak kamu, Dody dan juga Tania makan malam di luar malam ini, kamu mau kan?" tanya Seny.
Mendengar kata makan malam di luar Raya sangat senang dan antusias karena memang sudah lama mereka tidak menghabiskan waktu makan malam bersama. Selain itu Raya juga merasa senang karena hal ini dapat membuat dirinya lebih relax sebelum ujian tiba.
"Hah? Beneran Ma? Raya mau banget Ma," ucap Raya penuh semangat.
"Iya. Ini sebagai dukungan dari Mama sama Papa untuk kamu yang akan menghadapi ujian Ray," jelas Seny.
"Ya ampun Mama sama Papa baik banget sih sama Raya. Raya jadi terharu deh," ucap Raya.
"Iya Sayang. Oh iya tadi Papa bilang kamu boleh pilih tempat untuk makan malam kita nanti loh," ucap Seny.
Raya sangat berbinar mendengar ucapan mamanya. Orangtuanya memang sering mengajak mereka makan malam di luar tapi untuk pemilihan restoran itu jarang sekali Bagus mempersilahkan anak-anaknya untuk meilih tempat. Itulah sebabnya Raya merasa sangat senang, karena itu artinya dia bisa memilih restoran apa saja yang ia sukai.
"Kalau gitu Raya pilih di restoran jepang boleh ya Ma?" tanya Raya memastikan.
"Iya Sayang boleh. Nanti Mama sampaikan sama Papa ya. Sekarang kamu istirahat dulu gih," perintah Mamanya.
"Baik Ma. Sekali lagi terima kasih ya Ma." Raya memeluk mamanya sebelum dia beranjak kembali ke kamarnya.
Setelah kepergian Raya, Seny langsung menghubungi suaminya untuk menyampaikan apa yang dikatakan oleh Raya tadi. Mendengar cerita dari Seny, Bagus hanya tertawa dan menuruti kemauan anaknya. Dia berjanji pada sang istri dia akan tiba di rumah sekitar pukul empat sore. Seny pun menyetujui dan akan menyiapkan anak-anak nya setelah Bagus tiba di rumah.
"Ya sudah sampai ketemu nanti ya Pa," ucap Seny sebelum dia mengakhiri panggilannya.