Hari ini adalah hari di mana seluruh siswa kelas 3 SMA sedang merasa deg-degan menunggu hasil kelulusan mereka. Tidak terkecuali bagi Raya, Ferry dan Reva. Ketiga anak tersebut sudah sejak tadi malam saling mengirim pesan mengungkapkan perasaan mereka.
Pagi ini Raya sudah bersiap-siap datang ke sekolah bersama orangtuanya. Karena hari ini juga akan diumumkan siapa saja siswa berprestasi di tahun ajaran ini. Mungkin hanya perasaan Raya yang campur aduk saat ini. Dia sangat takut mengetahui hasil ujiannya dan juga dia sagat grogi karena ini adalah hari di mana orangtua Raya akan bertemu dengan Ferry dan ibunya. Mau tidak mau mereka pasti akan bertemu dan berkenalan.
"Ray, kamu sudah siap? Kalau sudah ayo turun kita sarapan," ajak Seny begitu dia membuka pintu anak gadisnya.
"Iya Ma, sebentar lagi Raya turun," ucap Raya.
Di meja makan seluruh anggota keluarganya sudah menunggu kedatangannya. Papa dan Mama nya menyambut kedatangan Raya dengan senyum. Tidak seperti kakak laki-lakinya yang terlihat sibuk memandang layar ponselnya.
"Selamat pagi anak Papa." Sapa Bagus.
"Pagi Pa, Ma." Raya tersenyum ke arah mereka.
"Bagaimana perasaanmu hari ini Sayang?" tanya Bagus.
"Nervous Pa," jawab Raya singkat.
Bagus dan Seny tersenyum pada Raya dan meyakinkan sang putri bahwa semua akan baik-baik saja. Mereka yakin Raya pasti lulu dengan nilai yang membanggakan.
"Gak usah takut Nak, Papa yakin kamu pasti lulus dengan nilai yang bagus. Dan siapa tau juga kamu jadi salah satu murid berprestasi," ucap Bagus.
"Aamiin ... Raya sih gak yakin kalau soal prestasi Pa," ucap Raya ragu.
"Loh kenapa gak yakin Nak?" Seny bertanya.
"Ya karena bisa lulus dengan nilai di atas rata-rata saja Raya bisa bersykur Ma." Kata Raya sambil menyuapkan nasi ke mulutnya.
Orangtua Raya menatapnya penuh dengan kebanggan tersendiri. Memang semua orangtua pasti berharap yang terbaik untuk anak-anaknya. Tapi jika memang tidak bisa mencapai target yang unggul mereka juga tidak bisa memaksa.
"Sayang, kamu harus yakin kalau kamu itu pasti bisa mendapatkan prestasi, siapa tau bisa dapat beasiswa untuk ke perguruan tinggi," kata Seny.
"Iya sih Ma. Tapi seandainya Raya gak jadi murid berprestasi Mama sama Papa gak akan marah kan?" tanya Raya.
"Ya gak dong Sayang, mana mungkin Mama sama Papa akan bertindak seperti itu," kata Bagus.
Setelah cukup lama sibuk dengan layar ponselnya, kali ini Dody ikut berbicara dan baru memulai sarapannya.
"Ada apa sih, kok dari tadi kayaknya heboh banget?" tanya Dody.
"Itu adikmu takut gak bisa dapat prestasi sebagai murid nomor satu di sekolahnya," jelas Bagus.
"Oh masalah itu. Gampang lagi Ray, kalau nilai kamu jelek kamu gak usah kuliah langsung nikah aja. Tuh minta cariin jodoh pengusaha-pengusaha kaya sama Papa," ledek Dody.
Diledek begitu oleh sang kakak Raya tidak terima, dia melempar tisu bekasnya ke arah Dody. Sontak mereka pun tertawa terutama Dody. Karena Raya dan kedua orangtuanya selesai sarapan mereka meninggalkan Dody karena dia masih sarapan.
"Sudah-sudah masih pagi jangan saling bertengkar. Raya mari kita berangkat," ajak Bagus.
"Iya Pa. Bye kakak rese!" pamit Raya.
Dody pun hanya melambaikan tangannya karena mulutnya penuh dengan makanan.
Jantung Raya semakin berdebar karena dia sudah berjalan menuju sekolah bersama kedua orangtuanya. Saat di tengah perjalanan ponselnya berdering tanda pesan masuk dari Ferry. Dalam pesannya Ferry mengatakan bahwa dia dan ibunya akan segera berangkat ke sekolah. Perasaan Ferry sama seperti Raya karena dia akan kembali bertemu dengan orangtua Raya. Ferr juga mengatakan bahwa dia tidak percaya diri jika nilai yang dia dapatkan tidak sesuai dengan harapan dan akan berpengaruh dengan ijin hubungannya dengan Raya.
Sesampainya di sekolah, Raya disambut oleh Reva yang sudah tiba sejak tadi. Setelah menyalami orangtua Raya, gadis itu pun mempersilahkan orangtua Raya untuk duduk di bangku wali murid sementara dia mengajak Raya untuk duduk di barisan murid.
"Ma, Pa, aku sama Reva duduk di sana ya," tunjuk Raya.
"Iya Sayang. Oh iya kalau pacar kamu sudah datang beritahu Papa ya," ejek Bagus.
"Ih Papa apaan sih,"
Tak lama kemudian Ferry dan ibunya sudah berada di belakang Raya dan sukses membuat dia terkejut.
"Selamat pagi Om, Tante. Kenalkan ini Ibu saya," kata Ferry sambil menunjuk ke arah ibunya.
"Selamat pagi Fer, Bu. Kami orangtua dari Raya. Mari bu silahkan duduk," ajak Seny sambil menyediakan kursi di sebelahnya.
Hati Ferry dan Raya sangat tidak karuan karena orangtua mereka saat ini sedang duduk berdampingan. Ketiga anak tersebut kembali ke tempat duduk mereka karena MC sudah mulai naik ke atas podium tanda acara akan segera dimulai.
Pertama-tama sang pembawa acara mengumkan bahwa seluruh siswa di kelas Raya lulus tanpa terkecuali. Pemberitahuan tersebut membuat selurug siswa kelas tiga bersorak gembira serta para orangtua bertepuk tangan bangga atas pencapaian anak-anak mereka.
"Alhamdulillah," lirih ibunya Ferry.
Seny dan Bagus juga turut mengucap syukur karena Raya lulus. Soal nilai dan prestasi tidak begitu mereka pikirkan saat ini. Para orangtua melihat ke barisan muurid-murid di mana mereka sedang bersorak dan saling mengucapkan selamat, Bahkan ada beberapa dari mereka yang sampai menangis haru.
Setelah puas melihat kebagaian para siswa, maka sang pembawa acara melanjutkan ke sesi berikutnya di mana para siswa di buat penasaran lagi dengan apa yang akan dia sampaikan. Yaitu pengumuman siswa siswi berprestasi.
"Aduh kalau bagian ini mah gue gak ngarep deh," ucap Reva.
"Loh kok begitu?" Raya heran.
"Ya iyalah Ray, gue mah sadar sama kemampuan otak gue. Bisa lulus dengan nilai rata-rata aja udah bersyukur," kata Reva.
"Jangan ngerendah gitu Va. Siapa tau ada nama lu di sebut dalam tiga besar." Ferry menimpali.
Raya mengangguk tanda ia setuju dengan ucapan Ferry. Siapa tau Reva memang termasuk dalam daftar urutan siswa siswi berprestasi tersebut. Tapi Reva sangat yakin bahwa dia tidak mungkin ada di daftar tersebut.
"Ya elah Fer, lu ngejek gue apa gimana ini?" sindir Reva.
"Kok ngejek? Beneran lagi Va," ujar Ferry.
"Jangankan tiga besar Fer, sepuluh besar aja udah mimpi bagi gue," kata Reva.
"Ya kita lihat aja nanti Va," kata Raya.
Mereka pun menyimak saat MC mengumumkan nama-nama siswa berprestasi tahun ini. Mulai dari urutan kesepuluh hingga kelima tak tersebut juga nama Reva, Raya dan juga Ferry. Reva yang sedari awal yakin bahwa dia tidak mungkin ada di daftar tersebut terlihat begitu tenang sementara dia yakin bahwa Ferry bisa menduduki posisi no satu. Saat yang bersamaan jantung Reva bedetak cepat karena ucapan MC yang baru saja mereka dengar.
"Siswi berprestasi posisi keempat jatuh kepada ananda REVALIA JUANITA PRATAMA. Selamat kepada ananda Reva, silahkan naik ke atas panggung," ucap MC tersebut.
"APA? Gue gak salah denger kan Fer? Ray?" tanya Reva tak percaya.
"Tuh kan bener apa kata gue, makanya jangan pesimis dulu. Udah sana naik," kata Raya menyemangati sahabatnya itu.
MC pun melanjutkan pembacaan siswa siswi berprestasi urutan ketiga hingga kesatu.
"Siswi berprestasi urutan kedua jatuh pada Ananda RAYA ANASTASYA. Selamat kepada ananda Raya, dipersilahkan naik ke atas panggung," ucap sang MC.
Sama halnya dengan Reva Raya juga masih tak percaya jika namanya disebut sebagai siswi berprestasi karena dia baru saja bergabung di sekolah itu.
"Fer, aku dapat juga?" tanya Raya pada Ferry.
"Iya. Kamu pantas kok mendapatkannya. Kamu kan pinter Ray," kata Ferry.
Raya tersenyum pada Ferry sebelum dia berjalan menuju panggung. Dia juga sempat menyalami kedua orangtuanya terlebih dahulu. Raya masih merasa terkejut karena dia bisa menjadi siswi berprestasi di sekolah barunya ini, Di atas panggung pun dia berpelukan dengan Reva.
"Selamat kepada sembilan siswa siswi berprestasi tahun ini. Kini tiba saatnya kita mengetahui siapakah siswa atau siswi yang berhasil mendapatkan nilai tertinggi di ujian tahun ini, apakah ada yang bisa menebak?" tanya MC di atas panggung.
Riuk pikuk suara dari para siswa menyebutkan satu nama yang tidak asing bagi Raya, ya hampir satu sekolah ini menyebut nama Ferry. Karena anak laki-laki itu memang terkenal karena kepandaiannya.
Ferry pun tersenyum bahagia dari tempat duduknya, sementara sang ibu menangis terharu karena putra bungsunya bisa mendapat gelar siswa berprestasi nomor satu di sekolah serta mendapat beasiswa untuk di universitas nanti.
"Ya allah Fer, ibu bangga sama kamu Nak," ucap Ibunya Ferry saat dia menyalami sang ibu sebelum menuju panggung.
Bukan hanya itu, orangtua Rayya yang duduk berdekatan dengan ibunya Ferry pun turut memberikan selamat pada Ferry. Karena kebetulan mereka juga sudah mengenal Ferry.
"Selamat ya Fer," ucap Seny dan Bagas.
"Terima kasih Om, Tante," balas Ferry.
Anak laki-laki itu pun berlari kecil menuju panggung. Tepuk tangan dari semua orang yang hadis di aula tersebut menambah kemeriahan acara pengumuman kelulusan serta siswa dan siswi berprestasi di sekolah Raya.
Di atas panggung, ketiga sahabat itu pun tak henti-hentinya tersenyum. Mereka sangat bangga pada pencapaian mereka masing-masing. Di atas panggung, Ferry masih sempat berbisik pada Raya untuk menggodanya.
"Aku seneng deh bisa buktiin ke orangtua kamu kalau hubungan kita ini sama sekali tidak mengganggu sekolah," bisik Ferry.
"Iya Fer. Kita harus rayakan ini, ajak Reva juga ya," balas Raya
Mereka pun tertawa bersama di sela-sela hiruk pikuk acara tersebut. Setelah pemberian piala, medali dan piagam selesai, maka kesepuluh siswa siswi berprestasi itu pun mulai turun satu persatu dari panggung.