Chereads / Wanita Kedua / Chapter 18 - Kesepakatan Bersama

Chapter 18 - Kesepakatan Bersama

Saat makan malam bersama keluarga memang saat yang paling tepat untuk berbagi cerita sekaligus menanyakan pendapat. Mungkin inilah yang dipikirkan oleh Bagus dan Seny untuk menanyakan hal serius pada Raya. Sambil menikmati makanan mereka yang baru saja diantar oleh pelayan. Bagus mengajak Raya ngobrol santai mengenai hubungan percintaannya seperti yang dikatakan oleh Dody.

"Gimana, kalian suka makanannya?" tanya Bagus.

"Suka banget Pa, Raya udah lama gak makan ke sini jadi Raya mau balas dendam sekarang," jawab Raya antusias.

"Hati-hati Ray, jangan berlebihan gak baik untuk kesehatan," pesan Seny.

"Iya Ma. Terima kasih ya Ma udah ingetin Raya." ucap Raya sambil menyuapkan makanan ke mulutnya.

Bagus dan anggota keluarganya begitu menikmati makan malam mereka. Di sela-sela makan malam Bagus mulai membuka obrolan dengan anak gadisnya itu.

"Ray, apa ledekkan Kak Dody itu beneran atau cuma hoax?" tanya Bagus.

"Maksudnya gimana Pa?" ucap Raya cemas.

"Ya maksudnya apa benar kamu punya gebetan?" tanya Bagus berbisik.

"Ih Papa, apaan sih Pa!" Raya tersipu.

Sebagai seorang ibu Seny tentunya tau kapan anak-anaknya itu berkata bohong atau jujur. Dengan penuh canda, kedua orangtuanya Raya mencoba membongkar apa yang sedang disembunyikan putri mereka yang kini tengah remaja.

"Ray, Mama, Papa sama Kakakmu gak akan melarang kamu kalau hal itu benar. Hanya saja kita tetap perlu mengawasi kamu Nak, karena kamu kan anak perempuan," ujar Seny lembut.

Mendengar ucapan sang Mama membuat Raya semakin bimbang, dia ingin mengatakan yang sebenarnya tapi dia malu. Tapi tidak mungkin juga dia terus berbohong pada keluarganya. Dengan penuh percaya diri Raya mengatakan bahwa dia memang sudah mempunyai pacar tapi dia berjanji hal itu tidak akan menganggu konsentrasinya dalam ujian akhir.

"Tapi kalau Raya punya pacar kalian semua gak akan marahin Raya kan?" tanya Raya.

"Tentu tidak Sayang, kami hanya perlu tau siapa laki-laki yang berhasil merebut hati anak Papa," ucap Bagus menggoda putrinya.

"Ah, Papa! Udah dong jangan bikin Raya malu." Raya tersipu.

"Jadi siapa orangnya Ray?" Seny mulai mencaritahu.

Raya terdiam memandang Papa, Mama dan Kakaknya secara bergantian. Walau dia sangat tegang tapi dia memang harus berkata jujur pada keluarganya.

"Ferry." Ucap Raya dengan kepala menunduk.

Begitu mendengar jawaban dari Raya, kedua orangtuanya tersenyum. Sama sekali tidak ada guratan tanda kemarahan di wajah keduanya. Tapi Dody, dia yang memang belum pernah bertemu dengan Ferry langsung memberondong beberapa pertanyaan untuk adiknya itu.

"Ferry siapa sih Ray? Anak mana? Ganteng gak?" cecar Dody.

Dicecar begitu oleh sang kakak, sontak membuat Raya langsung menepuk bahu Dody sebagai peringatan agar kakak laki-lakinya itu tidak memberondong pertanyaan seperti itu.

"Aduh! Sakit tau!" keluh Dody.

"Lagian bawel!" protes Raya.

Seny langsung melerai keduanya agar tidak berdebat lagi.

"Dody, Raya, sudah ah. Kalian kan sudah besar," ucap Seny.

Keduanya pun berhenti dan kembali melanjutkan makan. Hati Raya sedikit lega karena dia sudah berterus terang pada keluarganya terutama pada kedua orangtuanya.

"Ray, Mama senang kalau yang jadi pacar kamu itu Ferry," ucap Seny tiba-tiba.

"Senang kenapa Ma?" tanya Raya penasaran.

"Ya karena sejak pertama kali Mama bertemu dengan Ferry, Mama rasa dia anak yang baik dan bertanggung jawab," kata Seny.

"Menurut Raya juga begitu Ma. Mama kan tau Raya gak gampang buka hati untuk seseorang," ucap Raya.

Mereka pun tersenyum karena yang diucapkan Seny itu adalah benar. Ferry memang anak yang baik, pintar dan bertanggung jawab. Raya merasa dia berbeda dari anak laki-laki lainnya. Selain tampan, Ferry dapat membuat Raya merasa nyaman saat bersama dengan dia. Saat Raya sedang memikirkan Ferry tiba-tiba Bagus mengatakan sesuatu yang tidak disangka-sangka oleh Raya.

"Ray, nanti selesai ujian kamu bisa kan ajak Ferry datang ke rumah," ucap Bagus.

"Hah? Ke rumah kita Pa? Untuk apa?" tanya Raya heran.

"Ya untuk kenalan sama Ferry dong Ray. Boleh kan?" tanya Bagus.

"Ya boleh sih Pa tapi Raya kan malu Pa," kata Raya.

Bagus dan Seny saling menatap kemudian menatap ke arah Raya sambil tersenyum.

"Kamu malu kenapa Ray?" tanya Seny.

Saat Raya hendak menjawab, tiba-tiba Dody menyela lebih dulu.

"Berarti pacarnya jelek tuh Ma," ucap Dody asal.

Ucapan Dody membuat semuanya terbahak. Raya langsung mencubit pinggang kakaknya agar dia stop meledek sang adik.

"Kalian itu ya kalau udah ketemu gak pernah berhenti bercanda ya," keluh Seny.

Kehangatan jelas terlihat di keluarga Bagus, Keakraban anak-anaknya membuat Bagus dan Seny bangga menjadi orangtua. Saat mereka telah selesai makan malam, Bagus mengingatkan Raya agar dia tetap fokus pada ujiannya. Dia berharap nilai-nilai ujian Raya nanti memuaskan dan bisa membawanya ke perguruan yang Raya inginkan.

"Ray, pesan Papa kamu harus tetap fokus dengan sekolah kamu ya."

"Iya Pa. Pasti kok," jawab Raya yakin.

"Nanti setelah kamu ujian, baru kita bicarakan soal kuliah kamu ya," ujar Bagus.

"Iya Pa. Raya sudah memilih beberapa universitas sih Pa, tinggal lihat hasil ujian nanti aja," kata Raya.

Bagus mengangguk begitu juga Seny. Setelah Bagus selesai membayar tagihan, mereka langsung kembali ke rumah. Tania yang yang terlihat sangat lelah langsung tertidur di perjalanan.

"Ray, besok kamu gak akan ke mana-mana kan?" tanya Seny.

"Iya Ma. Paling Raya baca-baca buku aja untuk ngulang pelajaran yang dikasih sebelum ujian," ucap Raya.

"Ya sudah bagus kalau begitu. Intinya besok kamu harus jaga kesehatan dan pikiran ya Ray," pesan Seny.

"Iya Ma." Raya mengangguk.

Tak lama kemudian, mobil Bagus sudah memasuki halaman rumah. Setelah semua keluar dari mobil, Raya dan Dody langsung berpamitan untuk ke kamar mereka masing-masing. Raya tak sabar memberitahu Ferry soal pengakuannya di depan orangtuanya. Setelah bersih-bersih, Raya akan mengabari Ferry untuk memberitahukan hal ini.

"Fer, aku bersih-bersih dulu ya," ketik Raya dalam pesannya untuk Ferry.

Ferry merasa penasaran dengan apa yang akan dibicarakan oleh Raya. Saat di perjalanan pulang tadi Raya sempat mengirim pesan pada Ferry bahwa ada sesuatu yang ingin dia sampaikan setelah dia tiba di rumah. Hal itu membuat Ferry penasaran dan ingin segera mengetahuinya.

"Kira-kira apa yang ingin disampaikan sama Raya ya?" Ferry bertanya-tanya di dalam kamarnya.

Saat Ferry sedang termenung, tiba-tiba ibunya masuk ke dalam kamar dan menanyakan apa yang terjadi pada putranya. Karena dia melihat sang putra seperti orang bimbang.

"Fer, kamu kenapa?" tanya sang ibu.

"Eh Ibu, kapan Ibu masuk ke kamar Ferry?" tanya Ferry.

"Ya ampun, saking seriusnya melamun sampai-sampai kamu gak sadar kalau ibu masuk ya?" ledek ibunya.

"Ah Ibu bisa aja. Ferry gak kenapa-kenapa kok Bu. Ibu ada apa ke kamar Ferry? Perlu bantuan?" tanya Ferry.

Sang ibu hanya tersenyum melihat tingkah putranya. Dia hanya mengingatkan Ferry untuk fokus pada ujiannya supaya dia bisa mendapat beasiswa untuk masuk ke universitas.

"Gak kok Fer, ibu hanya ingin mengingatkan kamu saja kalau lusa kamu kan ujian, jadi kamu harus fokus pada ujian. Jangan mikir yang macem-macem ya," pesan ibu.

"Iya Bu. Ibu tenang aja, Ferry pasti akan berikan yang terbaik untuk Ibu," ucap Ferry.

Ibunya tersenyum lega mendengar ucapan Ferry. Dia percaya bahwa putra bungsunya pasti bisa memberikan yang etrbaik untuk dirinya. Dia hanya cukup mendoakan Ferry agar semuanya terwujud.