Selepas solat subuh Ferry langsung bersiap-siap untuk sarapan bersama ibunya. Dia penampilannya hari ini juga terlihat lebih rapi dari biasanya. Dia begitu semangat ingin menjemput Raya di rumahnya. Bu Sita yang sejak tadi memperhatikan tingkah Ferry mulai bingung dan bertanya apa yang terjadi pada putra bungsunya itu.
"Kamu mau kemana Fer? Rapi banget? Memangnya ada lomba di sekolah?" tanya Bu Sita.
"Gak Bu, Ferry mau jempu Raya di rumahnya," jelas Ferry.
"Jemput Raya? Memangnya dia mau dijemput sama kamu? Bukannya dia punya supir ya?" tanya Bu Sita semakin penasaran.
"Iya Raya punya supir tapi supirnya lagi gak bisa anter, makanya Ferry mau jemput dia. Karena waktu itu Ferry pernah nawarin bantuan," ucap Ferry menjelaskan.
Bu Sita agak khawatir dengan hubungan Ferry dan Raya. Dia takut Ferry tidak diterima oleh keluarganya Raya karena mereka berasal dari keluarga berada sedangkan Ferry hanya seorang yang sederhana. Bu Sita mengingatkan pada putranya untuk tidak melewati batas dalam berhubungan dengan Raya.
"Fer, kamu suka ya sama Raya?" tebak Bu Sita.
"Kenapa Ibu bisa bilang begitu?" tanya Ferry bingung.
"Ya karena Ibu perhatikan perlakuan kamu ke Raya agak beda aja," tutur Bu Sita.
Ferry terdiam, tak langsung menjawab pertanyaan sang Ibu. Dia takut dia tidak mendapat ijin dari Bu Sita jika dia jujur tentang perasaannya. Tapi jika dia sembunyikan juga entah akan bertahan sampai kapan. tapi untuk saat ini dia akan tetap meyakinkan Bu Sita bahwa dia dan Raya masih berteman baik.
"Bu, Ferry sama Raya gak ada hubungan apa-apa. Ferry memang suka sama Raya, tapi Ferry juga berpikir sama seperti yang ibu pikirkan," jelas Ferry.
"Iya Fer. Ibu cuma gak mau kamu sakit hati jika cintamu pada Raya akan bertepuk sebelah tangan nantinya. Kamu paham kan maksud Ibu?" tanya Bu Sita.
"Iya Bu," jawab Ferry lembut.
"Ya sudah lanjutkan sarapanmu nanti telat," perintah Bu Sita.
Raya dan keluarganya juga sedang menikmati sarapan mereka. Hanya saja Bagus tidak turut bersama mereka karena dia sudah berangkat sejak subuh tadi. Tania dan Seny juga sudah siap berangkat menuju acara sekolah Tania.
"Mama udah mau berangkat ya?" tanya Raya.
"Iya Sayang, kalau kamu butuh apa-apa minta tolong sama Mbok ya, dan ingat pulang sekolah jangan main," pesan Seny.
"Loh memangnya Mama sama Tania akan pulang malam?" tanya Raya bingung.
"Belum tau sih pastinya sampai rumah jam berapa? Kemungkinan sore," jelas Seny.
Raya mengangguk mengerti sambil meneruskan sarapannya. Seny merapikan pakaian Tania dan meminta dia serta Mba Inah untuk naik ke mobil lebih dulu. Setelah semua telah siap, maka Seny berpamitan pada Raya dan menyusul Tania ke mobil.
"Raya, Mama berangkat dulu ya Nak. Jaga diri kamu baik-baik, kalau ada apa-apa langsung telepon Mama ya," pesan Seny.
"Iya Ma, Mama tenang aja. Raya kan udah besar Ma. Mama sama Tania juga hati0hati ua," ucap Raya.
Seny pun mencium kening putrinya dan Tania pun mencium tangan mamanya itu. Kini tinggal Raya sendirian di rumah. Sambil dia menunggu Ferry, si Mbok datang untuk membereskan meja makan. Sambil bekerja, si Mbok bertanya pada Raya untuk menu makan siang.
"Non, untuk makan siang nanti Non Raya mau dimasakin apa?" tanya si Mbok.
"Terserah Mbok aja, tapi yang simpel aja Mbok, takutnya aku pulan telat dan makan di sekolah," jawab Raya.
"Loh memangnya Non Raya ada rencana pulang telat?" tanya si Mbok.
"Belum tau sih Mbok, Raya cuma takut aja. Oh ya Mbok, kalau Ferry udah datang suruh tunggu sebentar ya, Raya mau ambil barang dulu di kamar," pesan Raya.
Gadis itu pun berlari ke kamarnya untuk mengambil sebuah flash disk yang masih berada di laci kamarnya. Tak berselang lama, terdengar suara klakson dari motor Ferry di depan pagar. Sang asisten rumah tangga itu segera berlari untuk membukakan pintu.
"Selamat pagi Mas, mari silahkan masuk dulu," kata si Mbok sopan.
"Pagi Mbok. Udah pada berangkat semua ya Mbok? Kok sepi," tanya Ferry sambil melirik ke kanan dan ke kiri.
Ferry tidak menemukan mobil yang biasa dipakai Mang Ujo untuk mengantar Raya. Itu sebabnya dia bertanya pada si Mbok bahwa semua orang di rumah itu telah berangkat.
"Iya Mas, sudah berangkat semua. Tinggal Non Raya aja di dalam," jelas si Mbok.
"Tapi Raya udah siap kan Mbok?" tanya Ferry.
"Iya udah kok Mas, dia minta Mas Ferry untuk tunggu sebentar karena dia mau ambil barang katanya," ucap di Mbok menjelaskan.
Ferry pun menunggu Raya di depan sambil mengobrol dengan si Mbok. Ferry memang anak yang supel dan ramah oleh sebab itu dia mudah berbaur dengan siapa saja. Ketika Ferry dan si Mbok asik mengobrol tiba-tiba raya berlari ke arah mereka. Gadis itu berlari dengan riang.
"Hai Fer, dari tadi ya? Sorry ya aku abis ambil flash disk dulu tadi," kata Raya saat dia menemui Ferry.
"Iya aku datang dari subuh tadi di sini," ejek Ferry.
"Ah kamu ini bisa aja. Ya udah yuk berangkat, nanti kita terlambat," ajak Raya.
"Siap Non Raya! Saya siap mengantar Non kemana saja," ledek Ferry lagi.
Raya menepuk pundak Ferry karena dia malu terus diledek seperti itu oleh Ferry. Kedua nya tertawa akibat ulah Ferry itu, bahkan si Mbok pun turut tertawa dibuatnya. Sebelum motor Ferry meninggalkan halaman rumah Raya, gadis itu berpamitan pada asisten rumah tangga nya itu terlebih dahulu.
"Raya berangkat dulu ya Mbok," pamit Raya.
"Iya Non. Hati-hati ya. Mas Ferry bawa motornya pelan-pelan ya!" pesan si Mbok.
Mereka pun kini beranjak dari halaman rumah Raya. Di perjalanan Raya bertanya pada Ferry apa yang dia bicarakan dengan si Mbok saat dia menunggu tadi. Tapi Ferry malah menjawab pertanyaan Raya dengan candaan.
"Fer, tadi ngomong apa aja sama Mbok? Kayaknya seru banget?" tanya Raya ingin tau.
"Ngomongin kamu," jawab Ferry asal.
"Hah? Serius? Kamu ngomongin aku tentang apa?" tanya Raya semakin penasaran.
Ferry terbahak melihat respon Raya seperti ini. Dia tidak menyangka gadis cantik dan pintar seperti Raya rupanya adalah sosok gadis yang polos juga. Dia membuat Ferry semakin tergila-gila pada dirinya. Ferry tidak kuat lagi menahan tawa maka dia menjawab jujur tentang apa yang dia bicarakan dengan si Mbok tadi.
"Aku gak ngomong apa-apa Ray. Aku cuma nanya aja kamu udah siap atau belum," jelas Ferry.
"Oh, tapi kok kamu keliatan seru banget sampe akrab banget sama Mbok," ucap Raya.
"Kamu kenapa penasaran banget sih? Emangnya kamu pengen banget ya diomongin sama aku?" goda Ferry.
"Ih apaan sih kamu. Terus aja ya godain aku, puas?" kata Raya pura-pura ngambek.
Bukannya takut Raya marah, Ferry malah semakin tertawa terbahak-bahak. Merasa aksinya ditertawakan oleh Ferry gadis yang duduk di belakangnya juga ikut tertawa. Mereka berdua terlihat sangat bahagia hingga pada saat tiba di sekolah pun mereka masih tertawa dan bercanda.
Baru kali ini Raya merasa sangat senang mengobrol bersama teman laki-lakinya. Perlakuan Ferry malah membuatnya nyaman saat mereka sedang bersama. Walau sebelumnya Raya sempat berpacaran dengan seorang laki-laki tapi dia tidak pernah merasakan perasaan seperti saat ini.
"Lu berdua kenapa girang banget?" tegur Reva saat mereka tiba di dalam kelas.
"Tau nih, kayaknya temen lu lagi seneng," ledek Ferry.
"Apaan sih. Gak apa-apa kok Rev," ucap Raya.
"Hmmm ... gue curiga nih jadinya. Kalian berdua baru jadian ya?" tebak Reva.
Dicecar pertanyaan begitu oleh Reva membuat Ferry dan Raya tersipu malu. Sontak mereka pun saling berpandangan dan wajah keduanya menjadi memerah. Reva sibuk meletakkan tas di atas meja nya sambil menunggu kedua sahabatnya itu duduk di bangku mereka masing-masing.
Murid-murid di kelas Raya sudah mulai berdatangan. Tak jarang dari mereka juga menoleh ke arah Raya dan Ferry berdiri. Mungkin pikiran mereka sama dengan apa yang Reva pikirkan. Tak terasa bel pun berbunyi, maka Raya dan Ferry pun menyudahi aksi padang-pandangan itu. Raya hendak melangkah ke bangku tempat dia duduk tapi Ferry menahan tangannya.
"Nanti pas istirahat aku mau ngomong sesuatu ya Ray," ucap Ferry.
Jantung Raya berdegub sangat kencang dia penasaran dengan apa yang akan Ferry bicarakan nanti. Dia menjadi tidak sabar untuk menunggu jam istirahat. Apa mungkin Ferry akan menyatakan perasaannya pada Raya? Raya tak menjawab, dia hanya mengangguk sambil tersenyum kemudian berlalu menuju tempat duduknya.