Karena kegiatan Raya di sekolah sudah mulai padat dengan pelajaran tambahan serta extra kurikuler yang dia ikuti maka akhir-akhir ini Raya lebih sering pulang telat. Tak jarang Mang Ujo selalu menunggu Raya sampai dia pulang hingga membuat kegiatan orang di rumah tertunda sampai Raya sampai di rumah.
"Ray, itu Mang Ujo emang supir khusus anter jemput lu ke mana-mana ya?" tanya Reva ketika mereka sedang latihan bakset di halaman sekolah.
"Gak juga sih, nyokap gue kalo ke mana-mana juga sama Mang Ujo. Kecuali bokap dan abang gue. Kalau bokap kan bawa mobil, kalo Kak Dody naik motor. Kenapa emang Va?" tanya Raya.
"Oh gitu. Gak apa-apa sih gue cuma nanya aja. Terus kalau lu pulang telat kayak sekarang ini, orang rumah harus nunggu lu balik dong kalau mau pergi," lanjut Reva.
"Iya begitu." jawab Raya sambil mendrible bola berwarna orange itu.
Reva mengusulkan supaya Ferry mengantar Raya jika pulang telat seperti hari ini. Tapi Raya tidak langsung setuju karena dia harus meminta ijin dulu pada orangtuanya terlebih mamanya sudah memberikan ultimatum pada Raya soal pergaulannya.
"Ray, mendingan kalau pulan telat kayak hari ini lu pulang bareng Ferry aja deh. Gue kok kasihan ya sama Mang Ujo," ucap Reva.
"Hah? Maksud lu gimana Va?" tanya Raya tak mengerti.
"Iya sekarang kan gue udah bawa motor sendiri tuh, jadi kan gue gak perlu nebeng Ferry lagi jadi dia bisa anter lu pulang. Dia pasti mau kok," terang Reva.
Raya dan Reva berjalan kepinggir halaman karena latihan mereka sudah selesai. Saat beristirahat sambil menghilangkan keringat, kedua gadis itu melanjutkan obrolan mereka. Raya mengatakan pada Reva bahwa dia tidak enak jika terus merepotkan Ferry ditambah belum tentu dia mendapat ijin dari keluarganya.
"Va, kayaknya gue gak enak kalo ngerepotin Ferry, lagian lu tau sendiri nyokap sama bokap gue pasti gak akan setuju sama saran gue," ujar Raya.
"Iya juga sih, masalahnya ada di orangtua lu. Kalau soal Ferry mah gue yakin dia mau-mau aja," tukas Reva.
"Ya udah yuk kita ganti baju terus pulang. Nanti gue coba omongin ke Mama Papa gue deh," kata Raya.
Saat kedua gadis itu berjalan menuju koridor sekolah, mereka berpapasan dengan Ferry dan laki-laki itu mengingatkan Raya bahwa sore ini mereka ada tugas kelompok dan kemungkinan akan berlangsung sampai malam.
"Hai cewek-cewek!" sapa Ferry pada kedua sahabatnya itu.
"Alah, sok asik lu!" celetuk Reva.
"Emang gue asik kan? Ngomong-ngomong kalian gak lupa kan kalau sore ini ada tugas kelompok?" kata Ferry.
"Iya aku ingat kok," jawab Raya dengan senyum.
Sementara wajah Reva langsung berubah sekitika rupanya dia lupa kalau hari ini mereka ada tugas kelompok. Untungnya Ferry mengingatkan karena kebetulan mereka satu kelompok.
"Aduh gue lupa lagi. Terus kita mau ngerjain di mana nih?" tanya Reva.
"Bebas. Mau di luar ayo, mau di rumah salah satu diantara kita juga ayo," ucap Ferry.
Mereka bertiga terdiam untuk sesaat hingga akhirnya Raya megusulkan bahwa mereka belajar di rumahnya saja. Karena hari ini dia sudah pulang telat tidak mungkin juga dia bisa keluar rumah, ditambah dia juga kasihan dengan Mang Ujo jika harus mengantarnya lagi.
"Kalau di rumah gue aja gimana? Kalian mau gak?" tanya Raya ragu.
"Emang boleh?" tanya Ferry ragu.
"Ya bolehlah Fer. Justru kalau kita ngerjainnya di luar aku takut akunya gak dapat ijin dari Mama karena kan sekarang udah pulang telat," jelas Raya.
Reva yang sudah lumayan sering berkunjung ke rumah Raya dan selalu mendengar cerita tentang keluarganya juga mengerti bagaimana peraturan di rumah itu. Makanya tanpa pikir panjang lagi dia pun setuju dengan ide Raya.
"Iya, gue mau da setuju. Udah Fer lu ikut setuju aja ya biar cepet pulang nih kita. tapi nanti lu boncengin gue ya," kata Reva.
"Huu ... kalau ke rumah Raya aja lu cepet banget responnya," cetus Ferry.
"Ya udah kalau begitu gue pulang duluan ya. Gue tunggu kalian di rumah, bye ...." ucap Raya kemudian berjalan menuju mobil yang sudah menunggunya.
Ketika sudah berada di dalam mobil Raya menelepon mamanya untuk memberitahu soal kerja kelompok ini. Raya memberitahu mamanya agar beliau bisa menyiapkan makanan untuk dirinya dan teman-temanny saat mengerjakan tugas kelompok.
"Halo Ma. Mama hari ini sibuk gak?" tanya Raya.
"Halo Sayang. Kenapa kamu tanya begitu? Tumben," sahut Seny heran.
"Raya mau minta ijin sama Mama. Sore ini Raya mau ngerjain tugas kelompok tapi Raya milih di rumah kita, jadi teman-teman Raya yang datang ke rumah, boleh kan Ma?"
"Teman-teman yang mana Ray? Reva sama Ferry? Atau ada yang lain lagi?" tanya Seny.
"Iya Ma, Ferry sama Reva aja kok," jawab Raya.
Seny dengan senang hati menijinkan Raya membawa temannya untuk kerja kelompok, karena itu artinya putrinya tidak perlu keluar rumah lagi karena kebetulan hari ini dia dan Bagus harus berkunjung ke rumah klien kerja Bagus untuk menghadiri acara launching perusahaan barunya.
"Ya boleh dong Sayang, yang penting kamu dan teman-teman kamu benar-benar belajar," ucap Seny meningatkan.
"Iya Ma. Tapi Ma satu lagi. Raya boleh minta bantuan Mama untuk bantu siapin cemilan?" tanya Raya malu-malu.
Dengan nada menyesal Seny mengatakan pada Raya bahwa untuk hal yang satu itu dia tidak bisa memenuhinya.
"Wah sayang banget Ray, untuk hal yang satu itu Mama belum bisa bantu kamu. Soalnya satu jam lagi Mama sama Papa harus pergi. Kamu minta tolong si Mbok aja ya, atau beli online aja," perintah mamanya.
"Oh begitu Ma. Ya udah kalau begitu, nanti Raya minta tolong si Mbok atau delivery aja. Ya udah ya Ma Raya lagi di jalan pulang nih," ucap Raya.
"Oke Sayang. Hati-hati ya! Bilang Mang Ujo jangan ngebut," pesan mamanya.
Raya pun melanjutkan perjalanannya dan mengingatkan Reva dan Ferry untuk tidak datang terlambat agar mereka bisa selesai tepat waktu.
Sesampainya di rumah Ferry bergegas ke kamar mandi dan bersiap-siap berangkat lagi ke rumah Raya untuk mengerjakan tugas kelompok. Sambil berganti pakaian dan menyisir rambutnya Ferry bersiul riang di kamarnya hingga memancing Bu Sita untuk menemuinya dan bertanya.
"Fer, mau kemana kamu kok kayaknya seneng banget?" tanya Bu Sita.
"Mau ke rumah Raya bu," jawabnya tanpa menegok ke arah ibunya dan sibuk menata rambutnya.
"Ke rumah Raya? Mau ngapel?" tebak ibunya.
"Hah? Apa Bu? Ngapel? Ibu ini ada-ada saja," protes Ferry.
Bu Sita terlihat mengerutkan dahinya karena dia merasa tidak ada yang aneh dengan pertanyaannya. Wajar jika Bu Sita bertanya hal itu karena hari ini adalah malam minggu, hari di mana para muda-mudi pergi untuk berkencan. Dan Bu Sita menangkap Ferry mempunyai perasaan khusus pada Raya makanya dia bertanya seperti itu.
"Loh memangnya pertanyaan ibu salah? Ini kan malam minggu," ungkap Bu SIta.
"Bu, memangnya Ferry sama Raya pacaran? Ferry mau ke rumah Raya karena mau ngerjain tugas sekolah, perginya juga bareng Reva kok," jelas Ferry.
"Oh, Ibu pikir kamu mau ngapel," goda ibunya lagi.
Ferry menggelengkan kepalanya sambil mencium tangan ibunya meminta ijin bahwa dia akan segera berangkat ke rumah Raya. Sebelum ke rumah Raya, Ferry mampir dulu ke rumah Reva untuk menjemputnya dan setelah itu berangkat bersama ke rumah gadis itu.
Suara klakson dari motor matic Ferry memancing Reva keluar dari rumahnya. Terdengar suara teriakan Reva memberi salam pada orangtuanya sebelum dia naik ke motor Ferry.
"Rapi amat lu Fer, mau ngerjain tugas apa mau ngapel?" goda Reva.
"Apaan sih lu! Sama aja lu kayak ibu gue," tukas Ferry.
Reva tertawa karena memang Ferry yang dia lihat saat ini sungguh berbeda dengan Ferry yang dia lihat sehari-hari. Di perjalanan Reva selalu menggoda Ferry dengan penampilannya itu. Dia tak segan-segan mencecar Ferry dengan pertanyaan-pertanyaan tentang Raya.
"Lu suka ya sama Raya?" tebak Reva.
Mendengar pertanyaan dari Reva membuat Ferry terkejut dan sempat menekan rem pada sepeda motornya itu dan membuat Reva mendengkus kesal.
"Apa-apan sih lu Fer pake ngerem mendadak segala!" umpat Reva kesal.
"Lu yang apa-apaan? Pertanyaan lu bikin gue kaget tau gak?" protes Ferry.
"Orang pertanyaan biasa sih, kenapa kaget segala?" tanya Reva.
Ferry tak menjawab pertanyaan Reva karena dia sendiri belum tau bagaimana perasaannya pada Raya. Yang dia rasakan hanyanya merasa senang dan semangat jika dekat dengan Raya.