Pagi ini Mba Inah yang membangunkan Raya karena Tania sedang ingin dilayani oleh mamanya. Waktu sudah menunjukkan pukul lima lewat tiga puluh menit itu artinya Raya hanya mempunyai waktu satu jam untuk menyelesaikan mandi serta sarapan sebelum dia berangkat ke sekolah.
"Nah, kamu tolong bangunin Raya ya biar Tania sama saya dulu, soalnya dia lagi ngambek nih," ujar Seny.
"Baik Bu, saya ke kamar Non Raya dulu kalau begitu," timpal Inah.
"Iya Nah," ucap Seny.
Setelah itu Seny sibuk melayani Tania yang katanya ingin ikut mengantar Raya ke sekolah sedangkan Inah langsung membangunkan Raya di kamarnya.
"Non Raya bangun Non sudah siang nanti terlambat ke sekolahnya," ucap Inah sambil mengetuk pintu.
Gadis cantik itu menggeliat di balik selimutnya kemudian meraih ponsel di atas kepalanya untuk melihat jam pagi ini. Setelah dia melihat jam yang sudah menunjukkan pukul lima tiga puluh lima itu dia langsung menjawab panggilan pengasuh sang adik yang saat ini masih berada di depan pintu kamarnya.
"Iya Mba aku udah bangun. Aku mandi dulu," teriak Raya dari dalam.
"Baik Non, saya permisi," ucap Inah sopan.
Inah kembali ke kamar Tania untuk membantu Seny melayani majikan kecilnya itu. Selesai mandi rupanya Tania sudah tidak ngambek lagi. Dia sudah bersedia kembali dilayani oleh Inah. Karena Tania sudah aman bersama sang pengasuh maka Seny kembali mengecek Raya di kamarnya takut anak itu kembali terlelap setelah kepergian Inah.
"Nah, tadi Raya udah bangun?" tanya Seny.
"Tadi sih Non Raya gak buka pintu kamarnya Bu, tapi dia bilang dia sudah bangun dan mau mandi," jelas Inah.
"Oh ya sudah. Kalau Tania sudah selesai langsung ajak sarapan ya Nah, tadi saya sudah minta Mbok Sri untuk masak," perintah Seny.
"Baik Bu," ucap Inah.
Seny berjalan menuju kamar putrinya untuk mengecek apa Raya sudah selesai bersiap-siap. Setelah Seny sampai di kamarnya ternyata Raya sudah selesai dan hendak keluar.
"Pagi Ma," sapa anak gadis itu penuh semangat.
"Pagi Sayang. Kamu udah siap? Kita sarapan dulu yuk!" ajak sang Mama.
"Udah Ma. Ayo Ma," timpal Raya.
Keduanya pun turun menuju meja makan di mana sudah ada Bagus dan Tania yang sedang menunggu mereka.
"Pagi Pa," sapa Raya pada papanya.
"Hey, selamat pagi Sayang. Gimana, kamu udah siap memulai pelajaran di sekolah baru?" tanya Bagus.
"Siap dong Pa. Kalau gak siap Raya gak mungkin sesemangat ini." ucap Raya sambil mengambil piring.
Saat dirinya hendak menyendok nasi goreng seafood kesukaannya tiba-tiba gadis kecil bernama Tania itu menyapanya dengan riang dan mengatakan bahwa dia ingin ikut ke sekolah Raya.
"Kak Raya, Tania nanti ikut ke sekolah Kak Raya ya," rengek gadis kecil itu manja.
"Emangnya Tania mau ngapain? Tania kan masih kecil," ledek Raya.
"Ya mau jalan-jalan dong," celoteh gadis itu.
Mereka semua pun tertawa karena ulah Tania barusan.
Setelah selesai sarapan Bagus langsung menggiring istri, kedua anaknya serta pengasuh Tania untuk masuk ke dalam mobil dan berangkat menuju sekolah Raya. Hari ini Raya masih berangkat bersama kedua orangtuanya karena Bagus dan Seny akan mengajak Tania serta Inah jalan-jalan sebelum keduanya kembali ke kantor.
Bagus menjelaskan pada Raya bahwa mulai besok Raya diantar jemput oleh Mang Ujo atau Dody jika kebetulan jadwal mereka sama. Mendengar papanya mengucapkan nama Dody Raya tersadar bahwa dia tidak melihat kakak laki-lakinya saat sarapan tadi.
"Ray, besok kamu berangkat dan pulang sekolah sama Mang Ujo ya. Tapi kalau pas Dody satu jadwal sama kamu ya kamu bisa bareng dia," kata Bagus.
"Iya Pa siap. Ngomong-ngomong Kak Dody mana Pa, Ma?" tanya Raya.
"Jam kuliah Dody hari ini siang Ray, makanya dia tadi masih tidur tapi mungkin sekarang sudah bangun," jawab Seny.
Raya hanya mengangguk mendengar jawaban mamanya. Dia merasa tenang karena kakak laki-lakinya yang jahil itu tidak ikut bersama mereka. Raya menikmati perjalanan Jakarta di pagi hari ini. Suasananya tidak berbeda jauh dari kota asalnya sebelumnya. Karena sewaktu tinggal di Jogja pun mereka memang tinggal di kotanya oleh sebab itu suasana jalannya cukup ramai.
Mobil Bagus sudah memasukin parkiran sekolah. Murid-murid sekolah itupun mulai berdatangan dan beberapa dari mereka ada yang menatap bingung ke arah mobil papanya Raya karena mereka baru melihatnya pertama kali.
"Ray, kamu mau Mama antar masuk?" Seny menawarkan.
"Ih Mama apaan sih, Raya kan udah SMA Ma, masa masih dianter kayak anak TK aja," ptotes Raya.
"Ya barangkali kamu malu atau bingung mencari kelas," goda mamanya.
"Gak lah Ma. Ya udah Raya masuk dulu ya Ma, Pa." ucap Raya sambil mecium kedua tangan orang tuanya.
Setelah dia turun dari mobil dan menyusuri halaman sekolah tersebut tiba-tiba dia melihat sosok murid laki-laki yang pernah dia lihat sebelumnya. Sambil berjalan mencari kelasnya dia juga mengingat-ingat di mana dia melihat laki-laki itu. Laki-laki yang dimaksud Raya rupanya Ferry, ketua osis sekaligus teman sekelas Raya yang kemarin sempat dikenalkan oleh kepala sekolah.
Melihat kedatngan Raya yang seperti orang bingung, Ferry menghampirinya untuk menawarkan bantuan karena pesan kepala sekolah kemarin seperti itu. Ferry yang tadinya sedang sibuk memantau majalah dinding langsung berlari ke arah Raya dan menyapanya.
"Hmm ... kamu anak baru yang kemarin kan? Kalau aku tidak salah nama kamu Raya kan?" tanya Ferry.
"Iya aku Raya. Kamu Ferry yang kemarin kan?" tanya Raya balik.
Mereka pun berkenalan dengan ramah.
"Kamu lagi cari kelas kamu ya?" tanya Ferry lagi.
"Iya, kalau gak salah kita satu kelas kan? Bisa gak kamu bantu aku ke kelas?" tanya Raya ragu.
"Bisa dong. Nanti aku juga akan kenalin kamu sama temen-temen sekelas kita," ucap Ferry ramah.
"Terima kasih ya Fer," ujar Raya dengan senyum manisnya.
Dalam hati Raya memuji kebaikan Ferry. Dan rupanya bukan hanya kebaikannya Ferry yang ia kagumi tapi juga paras Ferry yang menurutnya cukup mempesona. Akhirny Ferry mengajak Raya berjalan menuju kelas mereka. Tak terasa mereka telah sampai di kelas tersebut dan begitu mereka tiba di depan kelas ada salah satu murid laki-laki yang menggoda Ferry.
"Wah Fer siapa tuh> Boleh dong kenalin ke gue," celetuk anak laki-laki itu.
Ferry tak menjawab dia hanya tersenyum ke arah teman sekelasnya itu. Kali ini seorang murid perempuan yang menghampiri Ferry dan Raya.
"Fer, ini siapa?" tanya murid perempuan itu.
"Oh iya Rev, kenalin ini Raya, dia anak baru di kelas kita. Nanti kamu bantu dia juga ya," ucap Ferry.
"Siap Fer. Hai Raya, kenalin aku Reva. Nanti kamu duduk di sebelah aku aja ya, kebetulan kursi di sebelah aku kosong," ucap Reva ramah.
"Iya Rev. Terima kasih ya," balas Raya tak kalah ramah.
Ketika mereka sedang asyik mengobrol tiba-tiba bel sekolah berbunyi maka mereka semua masuk ke dalam kelas. Sebelum wali kelas mereka masuk Raya sempat melirik ke arah Ferry sambil tersenyum kemudian dibalas oleh Ferry.
Saat jam pulang tiba, Raya mengucapkan banyak terima kasih pada Reva dan juga Ferry karena sudah banyak membantunya di hari pertama dia sekolah. Reva juga menawarkan bantuan dengan memberikan catatan kepada Raya untuk mengejar pelajaran yang tertinggal sebelum Raya masuk ke sekolah ini.
"Terima kasih banyak ya Fer, Rev, kalian udah bantu aku. Kalau boleh sih aku mau pinjam catatan pelajaran yang sebelumnya, kalian bisa bantu?" tanya Raya tak enak hati.
"Boleh banget dong Ray. Kamu mau pinjem punya aku atau punya Ferry?" tanya Reva.
"Terserah," jawab Raya singkat.
"Ya udah punya aku aja nih." kata Ferry sambil menyodorkan sebuah buku pada Raya.
Raya mengucapkan terima kasih pada Ferry. Lagi-lagi dia mengagumi laki-laki itu karena di mata Raya anak laki-laki itu adalah anaknya baik, pintar juga tampan. Tak lama setelah itu Mang Ujo tiba di sekolah Raya untuk menjemputnya. gadis itu pun berpamitan pada Reva dan juga Ferry.