Malam pertama Farrel dan Novi mereka lewati dengan menginap di hotel mewah tempat resepsi mereka berlangsung.
Namun diluar dugaan Novi,Farrel tidak melakukan dan menuntut apapun dari dia sebagai istrinya kini selayaknya suami istri lainnya.
"Istirahat lah,Nov..kamu pasti sudah sangat lelah .."ucap Farrel ketika berdiri disamping tepi ranjang pengantin mereka.
"Kalau kamu membutuhkan sesuatu,bangunkan saja aku...aku tidur di sofa..selamat malam..."
Untuk sesaat Novi tertegun,dan menatap Farrel yang berjalan menuju sofa dan merebahkan dirinya disana.
Terbersit rasa bersalah di hati Novi sejak ucapan kasarnya kepada Farrel saat melakukan fitting terakhir baju kebaya pengantin nya seminggu yang lalu,dan Novi belum meminta maaf untuk itu.
Apakah bayang Febrian begitu menyakiti hatinya juga..?seperti yang dialaminya kini..?
Novi merebahkan tubuh nya diatas ranjang sambil menatap langit langit kamar hotelnya sambil menerawang kan pikirannya yang penat hingga pada akhirnya dia merasa lelah dan tertidur.
Novi baru terbangun ketika merasakan silau matahari menyapa matanya
Novi mengerjap dan membuka matanya perlahan.
Tampak Farrel telah bangun dan tampak sudah berpakaian rapi.
"Pagi..." sapa Farrel sambil mengulas kan seuntai senyum kearah Novi.
"Pagi juga..."balas Novi dan bangkit duduk diatas tempat tidurnya.
"Apa kita akan segera balik...??"
"Mandi dan sarapan dulu..setelah itu aku akan membawamu ke rumahku.."ucap Farrel sambil mengemas pakaian bekasnya ke dalam koper.
Novi pun beringsut bangun dan menuju kamar mandi untuk mandi.
Lima belas menit kemudian,Novi keluar dari kamar mandi dan telah tampak rapi.
Dan Farrel telah menunggunya
"Ayo..kita sarapan dulu..setelah itu kita check out..."ucap Farrel begitu melihat Novi sudah rapi.
"Mas...aku...aku minta maaf.."cetus Novi dalam nada yang tersendat.
Farrel tertegun seketika mendengar ucapan Novi barusan.
"Minta maaf untuk hal apa,Nov...??"
"Aku telah berkata kasar saat kita melakukan fitting baju pengantin kemarin..."
Farrel tersenyum menanggapi ucapan Novi barusan sambil berjalan mendekatinya.
"Aku sudah melupakannya...jangan terlalu di pikirkan..."ucap Farrel sambil mengusap lembut kepala Novi.
Setelah itu Farrel membawa Novi untuk sarapan dan balik ke rumahnya.
"Nov....aku berharap kita bisa seperti layaknya pengantin baru lainnya di depan orang tua kita .."ucap Farrel di mobil saat perjalanan mereka kembali ke rumah orang tua Farrel .
"Aku..tidak ingin orang tua kita kecewa..."
Novi menatap sekilas ke Farrel yang kini tampak serius sambil menyetir mobil.
"Baik...aku mengerti mas...."sahut Novi singkat.
Tak lama kemudian mereka sampai di rumah orang tua Farrel,rumah yang akan ditempati oleh Farrel dan dirinya untuk beberapa bulan kedepan.
Ayah Farrel menyambut mereka dengan baik berbeda dengan ibunya yang terkesan sedikit tidak perduli.
"Ini..ayah sudah siapkan tiket untuk bulan madu kalian ke Slandia baru..bawalah Novi.."ucap ayah Farrel sambil menyodorkan sebuah amplop diatas meja tamu.
Farrel dan Novi sama sama terkejut.
"Yah...Farrel rasa tidak perlu...kehamilan Novi masih muda..dan dia tidak boleh terlalu capek.."tolak Farrel halus sambil menyodorkan kembali amplop tersebut kepada ayahnya.
"Sudahlah..jangan menolak rejeki..!!"sela ibu Farrel tiba tiba tanpa menyembunyikan nada ketusnya.
"Kamu selalu saja menolak itikad baik orang tua mu..!!"
Dan Novi dapat merasakan,ibu mertuanya memang tidak menyukai Farrel.
"Baiklah..kami akan pergi...!"potong Novi spontan dan meraih amplop tersebut dari meja.
Farrel terkejut dengan reaksi Novi barusan.
"Mas...mana kamar kita..aku lelah...."
"Bawalah istrimu untuk rehat,Farrel..."sahut Ayah Farrel berusaha tenang.
Farrel pun meraih tangan Novi dan membawanya masuk ke dalam kamar yang telah disiapkan oleh ayahnya.
"Nov...kenapa kamu menerima tawaran mereka...?"tanya Farrel tidak habis fikir.
"Kenapa....??bukankah kita baru menikah...?"kata Novi dengan entengnya.
"Wajar bagi pasangan baru untuk berbulan madu...!"
"Tapi...kehamilan mu masih dalam usia muda..dan Slandia baru itu jauh...!"sergah Farrel ragu ragu.
"Sudah la mas...anggap aja bonus kita untuk merelaksasikan pikiran...bukankah hidup kita sudah kacau...?"
"Ya sudah la aku tidak akan membantah bumil..karena akan panjang ceritanya.."ucap Farrel lembut sambil membelai kepala Novi.
Novi menahan senyumnya mendengar ucapan Farrel barusan.
"Besok aku yang akan melakukan USG...!"
"Mas..sebelumnya mengambil spesialis Obgyn kah di Jerman...?"tanya Novi penasaran karena selama ini Febrian tidak pernah menyinggung soal dia mempunyai seorang kakak laki laki.
"Iya..saya mengambil jurusan Obgyn di Jerman..dan mungkin akan kembali lagi kesana setelah semua urusan selesai..."
'Deg....!"seketika jantung Novi berdebar mendengarnya.
'Akan kembali kesana setelah semua urusan selesai...?apa dia akan meninggalkan aku dan anak ini...?'
Ya Tuhan...Novi tidak mengerti kenapa dia sekarang harus gelisah seperti ini..?bukankah mereka juga akan bercerai setelah anak ini lahir...?
Farrel memang berhak pergi karena sebenarnya ini bukan tanggung jawabnya dan Febrianlah yang seharusnya di salahkan..pengecut..!
Farrel seakan mengetahui apa yang dipikirkan,dan langsung menyunggingkan seulas senyuman ke arah Novi.
"Aku akan membawamu...dan anak dalam perutmu ini..."ucap Farrel ketika berjongkok di depan Novi yang tengah terduduk di tepi ranjang.
Wajah Novi bersemu merah seketika,begitu mudahkah Farrel dapat menebak pikirannya?
"Jika hari itu tiba,maukah kamu pergi bersamaku...?"
Novi memandang Farrel dengan gelisah,tidak tau harus menjawab apa,dan menatap Farrel dengan tatapan kosong.
"Tidak usah kamu jawab sekarang,Nov..."sela Farrel cepat seolah mengetahui kegelisahan yang melanda hati Novi.
"Apakah kita akan bercerai setelah anak ini lahir...?"tanya Novi spontan,pertanyaan itu terlintas begitu saja dalam pikirannya.
Farrel terdiam sesaat
"Jika kamu menghendakinya,aku tidak punya pilihan..."desah Farrel lirih.
***
Novi merasakan mual dan kepalanya terasa pusing.inikah yang dinamakan morning sick..?
Novi beranjak bangun dari ranjangnya dan berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya.
Farrel terjaga dari tidurnya diatas sofa dan menyusul Novi ke kamar mandi.
"Kamu baik baik saja,Nov....??" tanya Farrel cemas sambil mengurut punggung Novi pelan.sementara Novi terus memuntah kan isi perutnya hingga terduduk lemas di depan closet.
Farrel meraih tissu dan mengusap bibir Novi pelan.
"Mas...berikan aku obat anti mual..."gumam Novi lemas.
"Nov ..ini wajar dialami oleh wanita hamil..it's just morning sick...nanti kalau muntah lagi baru kita minum obat ya..."ucap Farrel sambil mengusap keringat dingin di dahi Novi dengan tissue.
Wajah Novi kini tampak begitu pucat dan lesu.
Farrel membantu Novi berdiri dan memapah nya untuk duduk di tepi ranjang.
"Tarik nafas dalam dalam.."ujar Farrel sambil memberikan segelas air kepada Novi
"Minumlah..."
Novi mengikuti anjuran Farrel dan menghela nafas dalam dalam kemudian meneguk beberapa teguk air minum dari gelas yang diberikan Farrel.
dan Novi merasakan lebih baik.
"Terimakasih..."gumam Novi lemah
"it's better now..."
Farrel tersenyum lega ketika melihat Novi membaik dan tidak sepucat tadi lagi.
"Rehat lah sejenak...jika sudah baikkan kita baru ke rumah sakit untuk USG..!"
Setelah tidur tiga jam lamanya,ketika terbangun Novi merasa badan nya lebih baik dan waktu telah menunjukkan pukul sebelas siang.
Dan Farrel tampak sedang sibuk di depan laptopnya.sepertinya tengah mengikuti simposium online.
Novi berjalan mendekati Farrel,penasaran dengan apa yang sedang dilakukan nya.
"Sudah baikkan....??"tanya Farrel begitu Novi mendekatinya.Novi hanya mengangguk.
"Mas..sedang apa...?"
"Saya tengah mengikuti simposium in Vitro Fertilisation(IVF) visual bagi yang ingin punya bayi kembar..."
Novi melirik ke arah laptop Farrel dan melihat simposium tengah berlangsung.tampak beberapa dokter senior tengah memberikan penjelasan.
"Aku juga terpilih sebagai salah satu narasumber dalam simposium ini..."
"Luar biasa mas...!"puji Novi spontan dengan mata memandang takjub kearah Farrel.
"Sebentar lagi giliran saya presentasi,Nov...kamu ingin mendengarkan nya..?"tanya Farrel sambil menoleh kearah Novi.
"Tentu saja...!"jawab Novi bersemangat.
"Apa isi presentasi mas?"
"Tujuh tahapan yang harus di lalui oleh calon pasangan yang ingin menjalani program bayi tabung hingga cara menanamkan banyak embrio yang telah dibuahi ke dalam rahim,sehingga memperbesar persentase kehamilan kembar..."
"Mas telah berhasil dalam praktek kah...?"tanya Novi penasaran.
"So far..semuanya rata rata berhasil Nov,...tingkat persentase keberhasilan lebih tinggi jika calon ibu usianya masih muda.."
Novi memandang kagum ketika Farrel mulai berbicara memberikan pemaparan tahapan program bayi tabung oleh pasangan yang ingin memiliki momongan .untuk sesaat Novi merasa bersalah dengan bayi dalam perutnya dimana dia pernah menolak kehadiran bayi ini dengan cara ingin mengakhiri hidupnya. padahal diluar sana begitu banyak pasangan menginginkan anak dengan berbagai cara,dia malah ingin membuang apa yang telah dititipkan Tuhan untuknya..!
Setelah acara simposium visual nya berakhir,Farrel mengajak Novi ke rumah sakit tempatnya berdinas untuk mengecek kehamilannya.
Farrel membawa Novi ke ruangan nya dan seorang perawat masuk kedalam ikut membantu Farrel.
Sang perawat menyelimutkan Novi dengan sehelai kain putih diatas perut Novi lalu menurunkan nya sedikit diatas tulang pulbisnya.
Farrel mulai mengoleskan gel diatas perut Novi dan melihat ke arah monitor.
"Nov....lihatlah....itu dia...!!"cetus Farrel semangat sambil menunjuk kearah monitor.
"Itu kepalanya...!"
Novi menoleh kearah monitor dan melihat hasil 4D USG yang dipakai oleh Farrel.bayinya tampak jelas dan sudah hampir sempurna mengingat usia kandungan nya telah memasuki enam belas minggu.
"He is a boy.."ujar Farrel sambil tersenyum bahagia,seolah muncul naluri kebapakkan dirinya adalah calon ayah dari bayi dalam kandungan Novi.
"Akan ada Baskoro kecil yang mengusik ketenangan mu..!"
"Sialan....!"umpat Novi sambil menahan haru.dan begitu terdengar suara jantung anaknya terekam,airmata Novi meleleh jatuh ke pipinya Anaknya hidup...!
"So far its okay...dia sempurna tanpa cacat sedikitpun...!"ucap Farrel sambil meletakkan kembali alat USG nya sementara sang perawat membantu Novi membersihkan sisa gel di perut Novi.
"Selamat ya dok...."ucap sang perawat kepada dokternya,Farrel.
"Sebentar lagi sudah jadi papa..."
Farrel tertegun seketika saat membantu Novi untuk turun dari ranjang.namun segera ditepisnya dengan seulas senyuman.
"Terima kasih sus..."
Farrel pun berjalan menuju mejanya dan duduk disana untuk mengisi patient list nya Novi .disusul Novi yang sudah keluar dari balik tirai .
"Kita tinggal cek darah,Nov..."
Novi hanya mengangguk patuh kepada Farrel.
"Kamu aja yang atur,karena kamu dokternya..!"cetus Novi sambil tersenyum terus memandangi hasil USG nya.
meski masih samar,namun bentuk wajah bayi nya sudah tercetak sempurna.dan wajah itu mirip Febrian..atau Farrel kah..??
Novi melirik sekilas kearah Farrel yang tengah serius mengisi datanya.
"Astaga...!sudah gilakah aku..??"dumal Novi dalam hati.dua pria Baskoro ini sudah cukup mengacaukan hidupnya..dan kini akan muncul Baskoro junior lagi...!
"Lagi menebak si junior akan mirip siapa,hmm..??"cetus Farrel tiba tiba sambil memegang tangan Novi.dan lamunan Novi pun buyar seketika dan raut wajahnya berubah menjadi merah jambu.
"Sialan...kenapa Pandir ini selalu bisa menebak isi pikirannya...??"umpat Novi dalam hati.
"Tentu saja dia akan mirip dengan ku..."
"Percaya diri amet,bisa aja dia mirip denganku.."protes Novi untuk menutupi kegugupannya.
Dan perawat yang mendampingi mereka dari tadi hanya tersenyum melihat reaksi pasangan pengantin baru itu .
"Mas...antarkan aku ke rumah sakit tempat aku berdinas..aku mau meninjau cuti tahunan pns ku..."pinta Novi ketika mereka berada di dalam mobil.
"Sekalian menjumpai direktur sumber daya untuk meminta tanda tangannya..."
"Apakah seribet itu mengajukan cuti di Indonesia...??berapa lama di ijinkan cuti,Nov..?"
"Yah..namanya masih di Indonesia musti melewati banyak birokrat dan direksi.."gumam Novi pelan.
"Cutiku hanya boleh setahun saja,mas..."
Akhirnya mereka sampai di rumah sakit tempat Novi berdinas.
ada sedikit rasa bimbang ketika Novi menelusuri lorong IGD.hati nya sedikit takut untuk bertemu dengan Anggun,apalagi saat ini Farrel menemaninya.
Apa ya g ditakutkan selalu akan terjadi.begitulah yang terjadi sekarang.
Novi menapakkan kaki nya di aspal begitu Farrel telah memarkirkan mobil dan mematikan mesin mobil.
Tiba tiba saja muncul Anggun dari arah mobil sebelah kanan yang terpakirnya mobil Farrel.
"Nov..."sapa Anggun begitu melihat Novi.
Terperanjat,Novi pun segera memutar kepalanya,dan menemukan Anggun tengah berdiri tegak.
"Nggun...apa kabar beib..?"sapa Novi kembali berusaha untuk tetap tampil seperti biasanya sambil membuka kedua tangannya untuk memeluk Anggun.
"Baik.. beib...gimana kabar perut buncit mu..?maaf aku tidak menghadiri pernikahanmu..jadwal ku padat sejak kamu pergi,Nov..."
"Maafkan aku,Nggun...."desis Novi pilu disela pelukannya.airmatanya jatuh membasahi pundak Anggun
"Ijinkan aku meminjamnya sesaat darimu.."
Anggun menggeleng lemah.
"Jangan,Nov....kumohon..jangan sakiti dia..."bisik Anggun dengan seringaian pahit.
"Jika kamu sakiti dia...aku tidak akan memaafkan mu dan mengambilnya kembali darimu..."
"Kamu mengerikan..."ujar Novi sambil tersenyum masam,dan akhirnya mereka pun tertawa bersama.
Farrel berjalan mendekati mereka ketika melihat kedua sahabat itu bisa saling tertawa kembali.
"Hai...Anggun...apa kabarmu...?"sapa Farrel serba salah.
"Baik kak..."jawab Anggun setenang mungkin
"Aku permisi dulu ya kak...Nov...aku mau balik nih..karena semalam jadwal ku jumping karena Bayu minta di ganti jadwalnya...."
Novi mengangguk mengerti,Anggun pasti menghindari Farrel.
Novi sebenarnya merasa bersalah dengan Anggun.Sungguh luar biasa seorang Febrian baskoro mampu memutar balikkan kehidupan orang lain dalam hitungan bulan saja...!!
Lama Novi berdiri mematung memandang mobil Anggun meninggalkan parkiran hingga hilang dari pandangan.
"Nov....!!"panggil Farrel,membuyarkan lamunan Novi.
"Kamu baik baik saja...?Anggun sudah pergi..."
Novi tersenyum getir sambil menahan airmatanya.
"Febrian memang sungguh luar biasa...hanya dalam hitungan bulanan dia mampu memporak porandakan harapan dan hidup orang lain dengan begitu mudahnya..."
Farrel hanya mendesah lirih.dan Novi menemukan tatapan mata tersakiti itu kembali dari balik mata Farrel,tatkala saat Farrel merengkuh bahunya ke dalam pelukannya.
"Ayo..kita masuk,Nov...."
Dan Farrel pun membawa Novi memasuki rumah sakit dalam langkah kaki yang terseret.
Sesaat sebelum memasuki lobby rumah sakit,Novi merasakan sebuah gerakan halus menyentak perutnya.
Novi langsung menghentikan langkahnya sambil memegangi perutnya.
"Kenapa,Nov....??perutmu sakit...??"tanya Farrel cemas.
Novi tidak menjawab,tangannya masih tetap memegangi perutnya seperti menunggu bayinya menyapa dirinya lagi.
"Nov....!!ada apa...??sakitkah...??"desak Farrel tegang.
"Mas....."Novi menarik nafas dan meraih tangan Farrel dan menaruhnya diatas perutnya.
"Kamu rasakan...???"tanya Novi gugup
"Sepertinya dia bergerak mas...."
Farrel bernafas lega begitu mengetahui Novi mendapat tendangan dari bayi nya.
Farrel pun penasaran,dan ikut menunggu.
Tiba tiba Farrel merasakan balasan dari perut Novi di balik telapak tangan kanannya yang kini tengah menempel di perut Novi.
Sang jabang bayi seakan menegurnya dengan lembut,membangkitkan sensasi yang belum pernah dirasakannya sebelumnya seolah bayinya kini tengah menyapanya.
"Lihat lah dia menyapa mu,mas..."gumam Novi gemetar menahan haru.
"Tentu saja...dia tau ini tangan ayahnya tengah menyapanya..."Farrel mengelus perut Novi dengan lembut.
Sesaat Novi tertegun mendengar apa yang batu diucapkan Farrel barusan.Memang bayi ini bukan dari benih Farrel,namun mereka memiliki ikatan darah yang erat..,karena itu sang jabang bayi menyapanya.
Dan ketika pandangan mata mereka bertemu,Novi tersenyum bahagia dengan mata yang berkaca kaca.
"Iya...dia tau itu tangan ayahnya..."
Begitu pula sebaliknya,mata Farrel memerah menahan rasa haru begitu mendengar ucapan Novi barusan.
Direngkuhnya Novi ke dalam pelukkan nya dengan erat
"Aku berjanji...akan menjaga kalian berdua..karena kamu lah detak jantungku,dan anak ini adalah nafasku..."