Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Beautiful Sacrifice

🇮🇩cahya46
--
chs / week
--
NOT RATINGS
20.6k
Views
Synopsis
Blurb: Karina, selama ini selalu dianggap anak haram bagi keluarga Ayah dan ibu tirinya. Anak tak dianggap dan dilupakan. Namun, demi membayar hutang keluarganya kepada keluarga Alatas. Keluarganya mulai menganggapnya ada. Sayang, semua itu harus ditukar dengan kebebasannya. Kirana harus bersedia menggantikan Eleanor sebagai mempelai anak pertama Omar Alatas-- Athar Alatas. Yang cacat akibat kecelakaan. Maukah Karina berkorban demi keluarga yang bahkan selalu memandangnya hina?
VIEW MORE

Chapter 1 - PROLOG

PROLOG

"Daddy nggak mau tau, kamu harus mau menikah dengan anak Omar Alatas itu," bentak Hendra kepada putri kesayangannya itu.

"Aku nggak mau, Dad. Lelaki itu cacat, wajahnya mengerikan." Eleanor memalingkan wajah sebal. Dia tak mau dipaksa menikah dengan lelaki cacat dan wajahnya juga rusak. Apa kata dunia nantinya? Seorang Elenaor, Sang super model menikah dengan lelaki cacat dan berwajah rusak. Bisa-bisa dia akan ditertawakan oleh saingannya.

"Tapi dia anak sulung Tuan Omar, Nak. Ibu yakin, kamu tidak akan kekurangan apapun." Nancy membelai rambut sang putri dengan penuh sayang.

"Kenapa bukan dengan Alif Alatas. Dia juga putra Tuan Omar." Eleanor menolak alasan yang kesannya dibuat-buat untuk menikahi orang cacat itu. Dia merasa dikorbankan.

"Tapi, syarat yang diajukan oleh Tuan Omar adalah anak tertuanya," ucap Hendra menatap sang putri penuh permohonan.

"Aku menolak," ucap Eleanor keras kepala.

"Mas, kenapa tidak meminta Alif saja yang menikah dengan putri kita?" tanya Nancy ke arah sang suami langsung membuat wajah sang putri kembali secerah pagi.

"Iya, Dad. Bisa 'kan ditukar mempelai lelakinya?" tanya sang putri memandang daddy-nya penuh harap. Lelaki itu hanya menggeleng pasrah.

"Kau tahu itu tak mungkin."

"Yaaah," desah Eleanor.

"Daddy mohon, Nak. Nasib perusahaan Daddy ada di tanganmu," pinta Hendra penuh harap sang putri mau berkorban demi keluarga.

"Putri Daddy 'kan bukan cuma Eleanor, di kampung itu juga putri Daddy 'kan?" elak Eleanor enggan.

"Jaga mulutmu El," bentak Nancy tak suka anak tirinya kembali diperbincangkan.

"Tapi, hanya dia harapan keluarga kita, Mom. Eleanor tidak mau mengorbankan masa depan Eleanor dengan menikahi orang cacat!" bantah Eleanor tetap keras kepala.

"Eleanor benar, Sayang. Karina pasti mau. Kita hanya perlu memberinya nama keluarga. Seperti yang selama ini dia mau," rayu Hendra.

"Iya, Mom. Lagipula Eleanor, sudah punya Bram. Keluarganya memang tak sekaya keluarga Alatas. Tapi dia lebih baik dari lelaki cacat itu."

"Mommy masih tidak terima kalau anak haram itu akan menikah dengan keluarga Alatas. Kelasnya pasti akan lebih tinggi dari kita. Tidak. Mommy nggak setuju," tolak Nancy. Dia benci dengan Karina. Sampai kapanpun dia tak mau menerima anak gadis dari perempuan sundal penggoda suaminya. Tidak.

"Sayang, ini satu-satunya cara. Apa kau mau perusahaan kita bangkrut begitu saja? Perusahaan itu hasil kerja keras kakek buyutku. Dan aku nggak mau usaha mereka hancur di tanganku."

Nancy terdiam. Pikirannya buntu. Dia dilema antara mengijinkan atau menolak. Dia menatap sang putri penuh harap.

"El, Mommy mohon menikahlah dengan Athar Alatas. Mommy nggak mau melihat anak dari wanita perusak rumah tangga kita. Mom nggak sanggup, Nak," mohon Nancy.

"Maaf, Mom. El nggak bisa. Kita hanya tak harus melihatnya saja. Biarkan dia menikahi lelaki cacat itu. Kita bisa atur pernikahannya di gedung. Jadi Mom nggak harus melihat Anak haram itu. Beres 'kan?"

"Apa kamu mau derajadnya lebih tinggi darimu?" ejek Nancy memancing emosi sang putri. "Dia akan dipanggil nyonya terhormat. Dan kamu bukan siapa-siapa."

"Mommy nggak usah khawatir. Aku nantinya akan mendekati Alif. Dia sempurna, aku yakin nantinya Alatas group akan diserahkan padanya. Athar cacat, tidak mungkin mengelola perusahaan sebesar itu."

Nancy, menatap sang putri dan sang suami mencari jawaban dari kegamangan hatinya. Putrinya benar, Athar cacat, tidak mungkin menjadi penerus kerajaan Alatas. Dia membenarkan ucapan putrinya, tapi membiarkan anak dari perempuan yang sudah berani hamil dan melahirkan anak suaminya membuatnya berat mengambil keputusan. Dia lebih rela jika orang lain saja yang menikahi keluarga Alatas.

"Kamu janji akan mendapatkan hati Alatas satunya?" tantang Nancy. Dia ingin diyakinkan sekali lagi.

"El janji, Mom. Pesona putrimu ini siapa yang bisa menolak?" tanya Eleanor balas menantang. Senyuman di bibir Nancy mengembang sudah. Ya, apa yang dia takutkan?Alif tidak akan menolak seorang Eleanor. Pikirnya.

"Iya, Mom percaya padamu Sayang. Putri Mommy yang foto model ternama ini siapa yang sanggup menolak pesonanya?" sahut Nancy bangga. Dia memeluk Eleanor dengan senyuman kian merekah di bibirnya.

"Kalau kamu berniat mengejar Alif Alatas. Kau harus melepaskan Bramantyo itu." Hendra menatap putrinya penuh ketegasan.

"Daddy, tidak mau ada drama jilid kedua dalam rumah kita. Jangan ada Nico lainnya!" ancam Hendra pada putrinya yang memang terkenal sebagai man killer.

"Ih, Daddy kok ngingetin psyco itu lagi sih. Dia sudah dipenjara. Daddy tenang saja," sahut Eleanor tak suka masa lalu kelamnya diungkit kembali.

"Daddy hanya tidak mau Bram melakukan hal yang sama seperti yang Nico lakukan padamu. Putuskan dia baik-baik. Lelaki itu egonya besar. Jangan kamu singgung."

"Iya. Iya. El ngerti."

"Lagian seharusnya Daddy mikirin gimana cara ngebujuk Karina supaya mau menikahi Athar si cacat itu," rajuk Eleanor tak suka terus dipaksa memutuskan Bram. Nanti saja kalau Alif sudah ada digenggaman baru dia akan memutuskan Bram.

Seorang Bram, terlalu sayang untuk dilepas begitu saja. Bukan karena dia cinta setengah mati pada lelaki itu. Namun, dari sekian banyak kekasihnya. Hanya Bram yang paling royal dan romantis. Lelaki itu selalu memberikan apa yang diinginkan Eleanor. Kurang beruntung apa Eleanor?

Di luar sana, banyak perempuan yang iri akan posisinya sebagai kekasih Bram. Masak lelaki seperti itu dilepas begitu saja. Tidak semudah itu, Ferguso.

"Urusan Karina, itu masalah yang gampang. Anak itu hanya butuh pengakuan dari Daddy saja." Hendra tersenyum penuh siasat.

"Asal Mas nggak ajak dia tinggal di rumah kita saja. Aku nggak sudi seatap sama dia," ancam Nancy dengan nada tak suka yang kentara sekali.

"Kamu jangan khawatir, aku akan mengontrakkan dia rumah kecil sebelum dia menikah," jawab Hendra meyakinkan hati sang istri. Nancy mengangguk senang.

"Nggak usah yang bagus-bagus. Kalau perlu pilih kos-kosan kecil aja," sahut Nancy kejam.

Hendra hanya bisa mengangguk pasrah. Dia juga tidak terlalu menginginkan kondisi serba salah ini. Baginya Karina, hanya aib yang menodai kesempurnaan hidupnya. Sayangnya, aibnya kini harus dia buka demi kelangsungan perusahaan warisan keluarganya.

Karina adalah putrinya hasil hubungan tak sengajanya dengan anak pembantu rumah tangganya.

Ya, malam di mana dia sedang mabuk berat. Di saat dia bertengkar berat dengan Nancy. Membawanya pada perbuatan memalukannya yang sudah memperkosa anak pembantu rumah tangganya yang bahkan masih berusia 17 tahun kala itu.

Malangnya lagi, akibat perbuatannya itu menghasilkan Karina. Anak haram. Begitulah, gadis itu dipanggil.