Vanessa merasa kesal dengan sikap Mira, yang apapun Vanessa lakukan harus melapor pada oma. Sudah tahu kelemahan Vanessa aku adalah omelan oma, yang dimana Vanessa akan melakukan apapun yang oma katakan. Termasuk pulang ke ibukota.
Dan malam tau, Vanessa harus ikut makan malam bersama dengan Mira dan juga Arya. Meskipun rasanya Vanessa ingin marah dan membanting semuanya. Namun, melihat walau Veronica meminta hati Vanessa berpikir dua kali.
Dan malam ini, Vanessa pergi ke club seorang diri, tanpa Angela dan juga Chrissy yang menemaninya. Selain ingin menenangkan diri, setidaknya Vanessa memiliki rencana cadangan jika dia gagal. Wanita itu hanya takut jika oma pulang ke ibukota juga karena permintaan Mira. Kalau saja dunia tidak ada hukum, sudah dipastikan kalau Vanessa akan membunuh wanita tua itu untuk membalas dendamnya.
Menunjukkan kartu VVIP milik Regan, akhirnya wanita itu masuk ke dalam. Hal pertama yang dia sapa adalah suara musik yang begitu merdu menyapa telinganya. Banyak pria yang langsung menatap Vanessa dari atas hingga bawah tanpa kedip sekalipun. Menghela nafasnya, Vanessa merasa sesak dalam dirinya. Dia tidak suka ditatap, dan tidak suka dipuja. Tapi semua orang malah memuja dan menyukainya.
Duduk di bartender, memesan satu gelas minuman. Vanessa pun segera mengeluarkan satu kotak rokok dalam tas yang dia kenakan. Belum sempat pemantik yang baru saja dia nyaman menyentuh ujung rokok. Tiba-tiba saja ada sebuah tangan yang menarik rokok itu dari bibir Vanessa dan digantikan dengan sebuah permen.
Mengerjapkan matanya berkali-kali, Vanessa memutar tubuhnya pelan untuk melihat siapa yang sudah berani merebutnya rokoknya dengan lancang. Ketika tahu siapa yang mengambil rokoknya, langsung saja Vanessa mendengus sempurna.
"Kamu ngapain sih kesini? Ngikutin aku?" ucap Vanessa.
"Kartu VVIP mu itu terhubung ke ponselku. Jadi aku tahu, kalau kamu datang kesini."
Vanessa mendengus, dia pun mengambil satu batang lagi di dalam kotak samping tangannya. Lagi, lagi Regan langsung menarik satu batang rokok itu dan menyimpannya di saku jaketnya. Entah kenapa hal itu tentu saja langsung membuat Vanessa kesal. Sebenarnya mau dia itu apa sih?
Regan tidak meminta apapun, dia pun hanya tidak ingin Vanessa merokok atau minum seperti ini. Lagian ini kan Indonesia, memang banyak sih yang suka hal buruk seperti ini begitu juga dengan Regan. Tapi kan masalahnya Vanessa itu perempuan, dan Regan tidak ingin terjadi sesuatu pada wanita itu.
"Aku akan baik-baik saja. Toh, aku cuma minum sedikit." kata Vanessa menyakinkan.
Regan menatap sejenak. Lalu menaruh rokoknya di tempat yang semestinya. "Aku tau. Kamu tumben kesini sendiri kenapa? Ada masalah dirumah?"
Memangnya kapan sih hidup Vanessa tidak ada masalah? Sejak kecil hingga dia dewasa pun juga masih banyak masalah. Vanessa adalah salah satu orang yang tidak suka hidup di rumah itu. Apalagi bertemu dengan Mira dan juga Arya. Dia masih kesal dengan sikap Mira yang membuangnya dulu, Mira yang bersikap tidak adil padanya dan juga Veronica. Bagaimana ampun Vanessa juga anaknya 'kan? Lalu kenapa juga dia harus diperlakukan tidak sama dengan Veronica?
"Usiaku masih tujuh tahun, tapi mereka tega membuangku. Katanya cuma liburan, tapi kok lama banget. Giliran di telpon, katanya nggak pengen lihat aku balik lagi ke ibukota dan tinggal sama mereka. Itu tandanya aku di usir kan?terus kenapa juga aku diminta kembali, hanya karena merasa bersalah? Aku sudah nyaman dengan hidupku dulu disana. Aku tidak suka hidup disini, apalagi dia suka sekali mengadu pada oma." cerita Vanessa tersenyum sedih.
Regan mengangkat tangannya mengusap punggung Vanessa. Dia pun meminta Vanessa untuk bersabar lebih dulu. Lagian, Mira melakukan hal itu juga ada alasannya kan? Tidak mungkin Mira melakukan hal itu tanpa sebab.au ada sebab atau tidak, yang jelas menurut Vanessa itu sama saja. Vanessa juga anaknya yang membutuhkan perlakukan sama dengan Veronica. Dia juga memiliki hak yang sama dengan gan Veronica, sayangnya, Mira itu sama sekali tidak mengetahui hal itu dan lebih menyayangi Veronica dibanding dirinya
Helaan nafas keluar dari bibir wanita itu, mengambil gelas kristal yang ada di hadapannya, hanya hitungan detik saja air dalam gelas kristal itu langsung tandas.
Regan melotot, dia pun merampas gelas itu dan menatapnya kaget. Dia saja kalau minum bisa tiga atau empat teguk, lah Vanessa sekali teguk langsung habis.
"Heh … Kenapa diminum!!" pekik Regan kaget.
"Kenapa sih? Aku haus ya aku minum lah."
"Ya tapi jangan begitu lah. Ini banyak Nessa isinya."
Bukannya ikutan panik seperti Regan, Vanessa malah cekikikan dan meminta dua gelas lagi untuk dirinya dan juga Regan. Dia harus merasakan minum dalam sekali teguk, tidak berkali-kali teguk dalam satu gelas. Bukannya tidak bisa, Regan lebih suka beberapa kali teguk sambil merasakan sesuatu yang mulai membuat dirinya tak sadarkan diri.
"Hidup itu harus dinikmati, Re. Seperti minuman ini, meskipun sekali atau berkali-kali naik nya tetap sama kok, nggak ada bedanya."
Regan tersenyum, "Hmm, harus dinikmati." katanya penuh arti.
Vanessa yang tidak tahu pun hanya mengangguk. Dia bahkan sempat menyinggung masalah Troy dan juga Sean, yang kata Veronica untuk dikenalkan pada diri Vanessa. Lagian itu tidak buruk juga sih, kalau salah satu diantara mereka mengenal Vanessa. Mereka bisa double date setiap hari.
Nyatanya Regan menolak itu.
"Bilang dulu alasannya apa?" kata Vanessa penasaran.
"Nggak ada alasan. Mereka itu brengsek, suka celup sana sini. Jadi mending jangan."
"Situ juga kan?" tuduh Vanessa.
Regan mendelik lalu menggeleng. Mana mungkin dia suka celup sana sini, dia itu bukan Troy dan juga Sean yang ada wanita cantik langsung suka dan ingin mendapatkannya. Regan itu berendam, dan pria itu juga yakin jika Veronica juga sudah menceritakan siapa Regan pada Vanessa.
"Hal baik. Semuanya dia cerita, tapi … " Vanessa menggantung ucapannya menatap penampilan Regan yang terlihat bad boy, lalu menggeleng pelan. "Nggak yakin." ujarnya lirih dan membuat Regan tertawa.
Menikmati beberapa gelas minuman. Vanessa memutuskan untuk pulang, dia pun masuk ke dalam mobilnya dan duduk di kemudi. Tapi yang ada, Regan langsung menarik tangan Vanessa hingga membuat wanita itu keluar dengan perasaan kesal. Untuk apa juga dia keluar dari mobilnya? Dia itu harus pulang dan ini sudah jam tiga pagi. Doa harus ke kampus besok siang, dan yang jelas Vanessa tidak ingin terlambat ke kampus hanya karena Regan.
Itulah gunanya Regan, dia akan mengantar Vanessa pulang ke rumah menggunakan mobilnya. Sedangkan mobil Vanessa nanti akan ada orang suruhan Regan, yang mengambil mobil itu dan membawanya pulang ke rumah Vanessa. Yang terpenting saat ini adalah pria itu tidak akan membiarkan Vanessa menyetir mobilnya sendiri sampai ke rumah. Iya kalau tidak terjadi apa-apa, kalau terjadi sesuatu pada Vanessa?
Mengalah adalah jalan satu-satunya. Masuk melewati pintu samping, Vanessa pun memiringkan tubuhnya menatap Regan yang baru saja duduk di sampingnya. Hanya menatapnya saja tanpa mau memikirkan hal bodoh kembali. Dan nyatanya hal itu mampu membuat Regan sedikit risih, dia pun menutup kedua bola mata Vanessa agar tak lagi menatapnya. Namun, Vanessa langsung menurunkan tangan itu dan menarik jaket Regan. Berniat ingin mencium aroma parfumnya yang memabukkan. Yang ada Vanessa malah terkejut dengan wajah Regan yang dekat dengan wajahnya.
Hembusan nafas hangat Regan saja Vanessa bisa merasakan. Bahkan jarak antara bibir mereka juga hanya beberapa senti. Ibarat kata, jika ada yang menoyor kepala Regan atau Vanessa, sudah dipastikan jika bibir mereka akan bertautan satu sama lain. Apalagi tatapan mata mereka sudah mengarah satu sama lain.
Tidak mau membuang banyak waktu, belum lagi mereka juga terpengaruh alkohol yang tinggi. Pada akhirnya hal itu pun terjadi, dimana Regan yang mencium bibir Vanessa dan juga wanita itu yang mengalungkan tangannya di leher Regan.
Shit!! Rasanya begitu nikmat dan berbeda. Dia pandai bermain lidah, dan mampu membuat Regan kehilangan akal sehatnya.
To Be Continued