Chereads / Bad X Bad: My Dear Vanessa / Chapter 33 - Bad-33

Chapter 33 - Bad-33

"Ya ampun Nessa … ," pekik Veronica saat tau baju yang dikenakan adiknya cukup berani. Langsung saja dia menutup tubuh Vanessa dengan tubuhnya sendiri dari tatapan Regan. Bisa-bisanya pria itu menelan ludahnya melihat bentuk dan lekuk tubuh Vanessa di hadapannya. "Ini kenapa kamu pakai baju kayak gini sih!! Nggak tau apa kalau ada Regan!!" omelnya.

Menunjukkan wajah polosnya Vanessa pun menggeleng. "Nggak tau kalau Kakak pulang sama dia. Aku pikir sendiri." ujarnya.

Meskipun Vanessa tahu jika sejujurnya Veronica pulang bersama dengan Regan. Dia melakukan hal ini, agar Veronica ada pertanyaan tentang cupang yang ada di dada dan juga leher Vanessa. Tapi yang ada wanita itu sama sekali tidak mengatakan apapun, kecuali mengancingkan kemeja yang Vanessa pakai saat ini. benar bukan pemikirannya, jika wanita itu terlalu polos dan tidak tahu makna dari cupang yang ada di dada dan juga leher Vanessa.

"Kamu masuk angin atau gimana, banyak banget kerokannya mana nggak beraturan lagi." kata Veronica.

Vanessa mendelik sempurna, dia pun menatap Regan yang malah membuang pandangannya ke arah samping. bisa-bisanya dia menganggap cupang ini adalah kerokan dan masuk angin.

"Cupang bukan kerokan." dengus Vanessa. Dan sekarang giliran Regan yang mendelik sempurna mendengar hal itu.

Veronica menatap aneh. "Cupang? Kamu mau ikan cupang atau gimana."

Ingin rasanya Vanessa menenggelamkan dirinya di tengah lautan mendengar jawaban Veronica. Dia itu polos atau bego sih. Sampai nggak bisa bedain cupang sama ikan cupang beneran. Menepis tangan wanita itu, Vanessa lebih memilih meminta apa yang dia inginkan siang tadi.

Beda cerita dengan dengan Regan yang hanya mampu menahan tawanya. Kekasihnya itu begitu polos, hingga dia tidak tahu apapun kecuali cium kening dan juga pipi. Selain itu jangan harap Veronica tahu segalanya. Dia bukan Regan apalagi Vanessa.

Memberikan satu paper bagus orens dengan logo timbul. Vanessa pun bertepuk tangan dan berlari meninggalkan Veronica dan juga Regan. Bahkan Vanessa juga dengan sengaja menabrakkan diri pada Mira, dan tidak meminta maaf atau menghentikan langkah nya. Anggap saja Vanessa terlalu bahagia dengan apa yang dia dapat.

"Regan yang pilih, gimana … suka nggak?" kata Veronica penuh harap.

Mata Vanessa memicing mendengar hal itu, dia pun langsung menatap Regan dan juga Vanessa bergantian. Tas itu begitu cantik simpel, dan nyatanya Vanessa suka. Yah, walaupun tas ini keluaran dua bulan yang lalu, tapi tidak masalah yang penting koleksi tas Vanessa bertambah.

"Terima kasih." katanya, menunjukkan wajah manisnya pada Veronica dan juga Regan.

"Sama-sama." jawab Veronica, sedangkan Regan pria itu hanya mampu menganggukan kepalanya sebagai jawaban.

Kembali ke kamar, Vanessa lebih memilih mengambil ponselnya. Jika ada satu pesan masuk dari Regan, yang memberitahu wanita itu jika masih ada satu hadiah lagi dari Regan untuk Vanessa. Hadiah itu berada di dalam tas, ketika membungkusnya Regan lebih tidak suka jika Veronica tahu dan berpikir negatif. Sedangkan niat Regan itu baik, dia membelikan Vanessa hadiah itu sebagai permintaan maafnya atas sikap agresifnya di mobil. Mereka sama-sama mabuk, dan tentunya tidak tahu apa yang mereka lakukan malam itu. Namun, kejadian itu juga membuat Regan merasa lega. Karena dia tidak membawa Vanessa ke hotel atau mungkin ke apartemennya, hanya untuk mencicipi tubuh wanita itu.

Menatap tas barunya dengan heran, Vanessa mengambilnya kembali dan melihat isinya. Dan benar saja, ada satu kantong lagi yang belum diperiksa. Dibelakang tas ini dan timbul kotak kecil disana. Kenapa tadi dia tidak sadar? Harusnya Vanessa membuka kotak ini tepat di hadapan Veronica.

Buru-buru dia pun mengambil kotak itu dan membukanya. Isinya hanya sebuah kalung kecil dengan liontin bulatan, dengan permata hitam.

"Ini … bagus juga." komentarnya dan langsung menggunakan kalung kecil itu dengan susah payah. "Kudunya dia yang pasang ini kalung di leher aku!!" gumamnya kembali.

****

Malam pun tiba, Vanessa memilih duduk di kursi taman dengan tatapan mata yang fokus pada langit gelap. Pikirannya melayang di masa lalu yang sama sekali tidak dia inginkan.

Dulu …

Vanessa yang tidak tahu apapun duduk di samping kolam renang di rumahnya. Kepalanya menunduk, Mira baru saja memarahinya hanya karena masalah piring pecah. Bocah kecil itu tidak sengaja menyentuh piring makan milik Veronica hingga terjatuh. Belum lagi, Mira melarang Vanessa untuk ikut malam bersamanya. Secara ekonomi mereka ini tidak kekurangan, malah bisa dikatakan lebih. Tapi Mira begitu kejam tidak membagi Vanessa makan hingga siang hari. Sampai akhirnya mbok Darmi datang, menarik tangan Vanessa pergi dari sana dan memberinya makan.

Di usianya yang kecil, Vanessa begitu bahagia dengan sikap itu. Dia begitu menyayangi mbok Darmi karena mau mengurusnya, ketika Mira dan juga Arya tidak mau mengurusnya. Kedua orang tuanya, hanya membutuhkan dan mau merawat Veronica yang sakit-sakitan itu.

Merasakan seseorang duduk di samping, membuat Vanessa menoleh dengan tatapan malasnya.

Mira. Entah siapa yang memintanya datang ke sini dan dengan lancang malah duduk di samping Vanessa tanpa dipersilahkan.

"Ini sudah malam, Nes. Kenapa nggak tidur." tanya Mira mencoba untuk mengakrabkan dirinya.

Vanessa mendesah. "Peduli, kalau aku tidur atau nggak?"

Mira ingin menyentuh baju Vanessa. Tapi wanita itu menolehkan kepalanya cepat, dan mengangkat tangannya ke udara. "Jangan sentuh aku!! Dramamu, cukup di depan Vero tapi tidak di depan aku!!" sinis nya.

Menarik tangannya kembali, Mira menegakkan tubuhnya menghadap satu tanaman hias di depannya. Tanaman itu memiliki bunga yang cantik, sayangnya Mira harus menggantinya hingga empat kali untuk mendapatkan bunganya, dikarenakan cepat mati.

Tidak suka keheningan, apalagi ada asap rokok dari samping. Mira mencoba mencairkan suasana, dia mengenang masa kecil Vanessa yang dulunya sangat gemuk dan menggemaskan. Bahan baju kecil Vanessa saja, masih tersimpan rapi di rumah ini. Mira yang menyimpannya, mainan milik Vanessa pun juga masih ada meskipun sudah usang.

Entah kenapa hal itu malah membuat Vanesaa tertawa kecil. "Ingat nggak, kamu dulu pernah nggak ngasih saya makan. Cuma karena saya jatuhin piring Vero?" tanya balik Vanessa.

Pertanyaan itu menohok hati Mira, dia pun segera menoleh dan menatap putrinya dengan tidak percaya. "Kamu kok ngomongnya begitu?"

"Kenapa? Bukannya saya berkata benar. Kamu tidak memberi saya makan, setelah saya menjatuhkan piring Vero. Itu yang saya ingat!!" kata Vanessa. Nada bicaranya menjengkelkan, dan yang jelas Mira hanya mampu diam di samping putrinya dengan perasaan sesak. "Mau saya ingatkan lagi, apa yang Anda lakukan dulu ke saya? Mumpung saya baik hati, pengen mengenang masa lalu dengan anda. Betapa kejamnya anda pada anak kecil yang tidak tahu apapun!!" ujarnya penuh kemarahan.

To Be Continued