Chereads / Bad X Bad: My Dear Vanessa / Chapter 36 - Bad-36

Chapter 36 - Bad-36

Turun dari mobil, Vanessa menatap bangunan di hadapannya dengan ragu. Alamat yang baru saja Veronica kirimkan benar ini atau tidak. Nama butiknya sesuai dengan apa yang Veronica sebutkan tadi. Mencoba untuk menelpon Veronica, yang ada wanita itu malah tidak merespon panggilan dari Vanessa.

Menggerutu tak jelas, pada akhirnya Vanessa pun langsung masuk ke dalam butik ini. TIdak peduli salah atau tidak, yang penting masuk dulu dan bertanya. Mengabaikan ucapan selamat dari orang dibalik pintu kaca. Vanessa pun langsung berjalan ke arah kasih dan menatap sekeliling butik ini. Lumayan bagus kalau dilihat, bajunya tidak banyak tapi bermerk, dan hanya kalangan tertentu saja yang bisa membelinya. Termasuk Veronica.

"Vio ada?" tanya Vanessa ragu.

"ADa sudah ada janji dengan ibu Vio?" kata kasir itu.

Vanessa pun menjelaskan jika dia mengambil pesanan baju atas nama Veronica Griffin, dia tidak bisa mengambil baju dikarenakan ada meeting pagi. Dan dia lupa kalau pagi ini, dia juga ada janji dengan Vio untuk mengambil bajunya dan mencobanya. Berhubung Veronica itu tidak ada, jadi Vanessa hanya mengambilnya saja. Masalah perbaikan biar diurus sendiri dengan Veronica dan juga Vio nantinya.

"Baik ditunggu sebentar ya, saya panggilkan bu Vio."

Wanita itu mengangguk, sambil menunggu wanita yang bernama Vio. Vanessa memutuskan melihat-lihat banyak model baju terbaru di butik ini. Dia pun tertarik untuk membeli satu dress berwarna kunyit, dengan panjang diatas lutut dan juga angka di dada kirinya. Delapan tujuh, itu lah angka yang tertera.

Membalik badannya ingin memba bawa itu ke kasir, yang ada Vanessa malah dikejutkan oleh seorang wanita yang tersenyum ramah padanya.

"Hai … selamat pagi." sapanya.

"Selamat pagi. Saya mau ngambil baju Vero, sekalian ini tolong masukkan ke dalam tagihan Vero." kata Vanessa to the point.

Wanita itu, yang kemungkinan Vio pemilik butik mengangguk. Dia mengambil baju yang ada di tangan Vanessa, dan meminta wanita itu untuk mencobanya. Namun, Vanessa tidak mau, dia akan mencoba di rumah. Dan dia juga yakin kalau baju itu pas di tubuhnya.

Tidak mau berdebat dengan wanita itu, Vio pun membawa baju itu ke kasir, dan meminta bunga untuk mengambil baju pesanan Vero. Meskipun Vio meminta Vanessa untuk melihat gaun apa yang Veronica pesan. Sayang sekali, Vanessa lagi-lagi menolak. Dia tidak mau tau, dan itu bukan urusan dia. Mau gaun sebagus dan semahal apa, nyatanya Vanessa sama sekali tidak tertarik. Untungs aja tadi Verinica sudah menjelaskan jika adiknya itu keras kepala dan cuek, jadi untuk saat ini kata sombong tak terlintas dipikiran Vio sama sekali.

"Terima kasih." kata Vanessa.

vio mengangguk. "Sama-sama."

Cibiran keluar dari bibir BUnga, yang menilai Vanessa itu sombong. Nada bicaranya juga angkuh sekali, disapa LInda yang ada di pintu pun juga tidak menyahut sama sekali. Namun, Vio menjelaskan jika sikap semua orang itu berbeda-beda, mungkin dari lahir sikapnya seperti itu dan sulit untuk dikendalikan atau diubah. Atau mungkin di balik sikap cuek dan sombongnya dia adalah pribadi yang baik. Dia seperti itu pasti ada sesuatu yang merubahnya.

"Huff, tapi cantik sih kalau mau sombong. Sabi lah .. , " kata Linda tertawa.

"Sudah, saya harus terlambat ke airport. Tolong jaga butik saya, kalau Vero datang bilang aja masih di Paris." ucap Vio melerai. Bisa ketinggalan pesawat kalau meladeni ucapan mereka.

"Siap Bu, kami akan jaga butik ini sampai Ibu pulang." jawab Bunga cepat dan hormat, hingga membuat dua orang di hadapannya tertawa kecil.

****

Mengambil foto dan mengirimkan foto itu pada Veronica, Vanessa pun memutuskan untuk pergi mencari makanan. Dia tidak akan makan di rumah, jika tidak ada Veronica. Apalagi wanita itu sudah pergi ke kantor pagi tadi, dan yang jelas saat ini Vanessa lapar.

Membelokkan mobilnya di restoran cepat saji, wanita itu memesan nasi bowl dan juga susu coklat. Tak lupa juga mengirim pesan pada Veronica meskipun pesan itu tak ada balasan sama sekali.

"Mau pesan apa?" tanya seseorang di samping Vanessa.

"Saya sudah pesan!!"

"Ada tambahan mungkin?" tanya nya kembali.

"Nggak!!" jawab Vanessa cepat.

"Di sini lagi ada diskon loh Kak, yakin nggak minat?" ucapnya kembali, dan membuat Vanessa darah tinggi, dia itu tau nggak sih kata TIDAK?

"Kak saya-- Reban, kamu ngapain di sini!!" pekik Vanessa saat tau yang berbicara sejak tadi adalah Regan.

Pria itu tersenyum, dia pun langsung duduk di depan Vanessa dan menatap wanita itu dengan memuja. Dia datang kesini juga tidak sengaja, dia melihat mobil Vanessa di pinggiran jalan. Karena penasaran, itu sebabnya Regan sampai di tempat ini.

"Kamu ngapain pagi-pagi ada disini? Bukannya jam segini biasanya masih tidur?"

Itu benar. Harusnya di jam segini Vanessa itu masih tidur nyenyak dan bergulat dengan selimut. Tapi yang ada, karena kegaduhan yang disebabkan oleh Veronica pad akhirnya membuat Vanessa terbangun. Dia harus mengambil gaun milik Veronica di butik Vio. Dan kali ini dia lapar, sebelum kembali ke rumah, alangkah baiknya jika Vanessa makan lebih dulu sebelum dia pingsan di dalam mobil karena kelaparan.

"Itu … ," ucap Vanessa ambigu. "Kamu sendiri ngapain, mau kemana pagi-pagi gini?" tanya nya.

"Mau ke kantor, nyariin kamu nafkah. Kan udah pakai jas begini, masa mau tanya sih." jawab Regan.

Menggelengkan kepalanya pelan, pesanan Vanessa pun datang. Dia lebih dulu, meneguk minumnya dan menikmati nasi bowl nya. Sesekali melirik Regan yang hanya diam saja di depannya.

"Nggak makan apa kamu?" tanya Vanessa risih,. Risih karena setiap kali bertemu, itu mata pengen banget Vanessa congkel dari tempatnya.

"Liatin calon istri makan, udah kenyang duluan."

Untung hati Vanessa itu terbuat dari baja, rayuan maut Regan bahkan tidak akan mempan pada Vanessa. Sebagai respon, Vanessa hanya tersenyum geli sambil menikmati makannya. Dia juga meminta Regan untuk memesan makanan, agar mereka bisa sarapan bersama. Jarang-jarang kan mereka kayak gini, ketemu saja kadang juga suka bikin emosi. Kalau tidak pertemuan mereka juga karena Veronica, itulah kenapa Vanessa tidak suika, jika Regan terlalu menuruti apapun yang Veronica mau. dia itu poria dan sebentar lagi akan menjadi kepala rumah tangga, usia mereka juga sudah cukup matang untuk menikah. Dan tidak mungkin juga, membuat Regan selalu di bawah Veronica.

"Gila!!" cibirt Vanessa.

Regan tertawa renyah, dia pun mengeluarkan ponselnya dan melihat ada beberapa email masuk ke dalam ponselnya. Email kerjasama, laporan bulanan dan masih banyak lagi. SElama Vanessa datang ke ibukota, [pekerjaan Regan harus berantakan, karena Veronica selalu saja meminta Regan untuk mengikuti apapun yang wanita itu lakukan. Sekecil apapun itu, Regan harus tau sedangkan kakak dan keluarganya saja seolah mereka benar-benar tidak peduli. Mereka hanya senang ketika Vanessa berada di rumah.

"Aku selalu baik-baik saja." kata Vanessa dengan sorot mata yang tak bisa berbohong.

Meraih tangan Vanessa dan menggenggamnya, Regan pun berkata, "Mau jadi kekasihku? Aku akan membahagiakanmu."

To be continued