Veronica mendadak memikirkan apa yang Mira katakan. Wanita itu berpikir apa yang dikatakan Mira mendadak benar. Tapi bukankah memiliki pikiran buruk itu tidak baik? belum lagi pada adiknya sendiri.
Semalam, Veronica dengan tidak sengajanya mendengar ucapan Vanessa dan juga Mira. Yang menurutnya sangat berlebihan, Veronica tidak tahu apa masalah besar antara mereka berdua. Tapi mendengar ucapan Vanessa, membuat Veronica berpikir, jika kedatangan Vanessa itu ada kaitannya dengan masa lalu. Entah masa lalu apa yang mereka sembunyikan selama ini. Belum lagi Vanessa juga menyebut tentang balon. Balon apa yang dia maksud dan untuk apa Mira merebut balon miliknya?
Mengusap wajahnya pelan, veronica mendadak pusing sendiri. Sejauh ini banyak hal yang Veronica tidak tahu tentang Vanessa. Mira hanya bilang, jika dia memiliki adik yang tinggal bersama dengan oma di London. Hanya itu, setelahnya Veronica tidak tahu apapun lagi tentang adik perempuannya itu.
Terlalu banyak memikirkan hal tentang semalam dan juga adiknya. Tanpa di sadari Veronica, jika Vanessa yang baru saja turun dari kamarnya menatap wanita itu dengan tatapan memicing. Meskipun itu bukan urusan Vanessa, tapi dari siluet bayangan semalam menandakan jika yang mendengar obrolan dirinya dan juga Mira adalah Veronica.
Vanessa mencoba berdehem untuk membuat wanita itu menyadari, jika Vanessa baru saja datang dan bergabung dengan mereka di meja makan. Tentu, deheman singkat yang tidak begitu keras membuat Veronica menoleh. Wanita itu tersenyum, dan menepuk satu kurus kosong di sampingnya. Meminta Vanessa untuk duduk disampingnya, dan makan bersama dengan dirinya.
"Kamu udah bangun, Kakak pikir masih tidur." ucap Veronica.
Vanessa menggeleng, dia tidak akan bangun siang hari ini. Karena ada jadwal kelas pagi di kampus. Beberapa bulan lagi dia akan keluar dari kampus itu, belum lagi sidang dan juga mengumpulkan skripsi yang entah kenapa malah membuat Vanessa malas. Andai saja ada orang yang mau mengerjakan itu semua, Vanessa mau kok bayar mereka dengan harga mahal. Bertemu dengan orang bukanlah, kesukaan Vanessa. Dia tipe wanita yang introvert yang bertemu dengan orang langsung membuat Vanessa tidak nyaman. Tapi dia termasuk juga suka keramaian, di hal-hal tertentu.
"Kemarin malam Kakak tunggu kok nggak datang kenapa?" katanya kembali.
Vanessa menoleh, dia pun mengambil roti dan juga selain coklat kesukaannya. Lalu menatap Veronica sejenak, begitu juga dengan Mira yang ternyata memperhatikannya.
"Aku belum siap. Kakak juga nggak bilang kan kalau mau mengumumkan aku sebagai CEO baru di perusahaan cabang. Terus tiba-tiba langsung pengangkatan." jelas Vanessa yang berbicara dengan nada kesalnya.
Veronica diam, dia pun melirik ke arah Vanessa yang lebih memilih menikmati roti selainya. Apa yang dikata Vanessa itu benar, jika dia tidak memberitahu Vanessa dulu tentang masalah ini. Bertanya apakah dia sudah siap atau belum memegang satu perusahaan. Sedangkan Veronica tahu jika selama ini Vanessa tidak pernah bekerja di perusahaan, dia lebih fokus pada kuliahnya di London. Dan sekarang waktu dia pulang ke ibukota, dia malah menyamakan hidup Vanessa dan juga Veronica. Dulu, Veronica bekerja sambil kuliah. Arya sudah mengajarkan banyak hal tentang bisnis. Dan mengatakan jika perusahaan pusat akan menjadi miliknya, semua aset milik Arya akan jatuh ke tangan Veronica. Selang beberapa tahun ketika dia dewasa, Mira mengatakan jika Veronica memiliki adik yang tinggal di London. Entah bagaimana wajahnya waktu itu Veronica tidak tahu. Sampai akhirnya mereka bertukar foto saja sudah membuat Veronica senang. Dan sekarang …
"Konfirmasi itu perlu, tanya dulu aku sudah siap atau nggak. Jangan asal tunjuk saja tapi aku nggak tau apapun." kata Vanessa kembali, dan membuat Veronica menoleh. "Bukannya menolak, tapi aku nggak suka kalau apapun tanpa ngomong dulu ke aku. Aku bukan tipe orang yang bisa mengerjakan semuanya secara bersamaan. Itu sebabnya oma nggak pernah maksa aku di kantor, meskipun aku menginginkannya. Karena oma pengen aku fokus kuliah hingga selesai dan barulah bekerja." itu sebuah sindiran dari Vanessa untuk Veronica, agar tidak berbuat sesuka hatinya. Dia memang kakak bukan berarti hidup Vanessa ada di bawah tangannya juga kan. "Tapi … bukannya sebelum memegang perusahaan dan juga menyandang sebagai CEO, bukannya aku harus bekerja lebih dulu di perusahaan lainnya untuk belajar? Setidaknya mengasah mental dan juga kemampuanku." katanya kembali.
Veronica diam sejenak. Dia tak menjawab apapun yang keluar dari bibir adiknya. Rasanya dia begitu malu dengan pertanyaan gampang tapi mampu mempengaruhi pikiran Veronica. Kalau diingat, dulu dia tidak melakukan hal itu. Arya langsung mengumumkan dirinya sebagai pengganti ayahnya. Tidak ada bekerja di perusahaan orang, mengasah otak, mental dan apapun yang Vanessa sebutkan. Semuanya tidak termasuk dalam daftar diri Veronica dulu. Itu sebabnya Veronica ngeyel dan ngotot mengangkat Vanessa sebagai ceo baru di perusahaan cabang. Tapi mendengar pertanyaan itu malah membuat Veronica berpikir dua kali.
"Kakak minta maaf, Kakak nggak akan maksa lagi. Dan apapun yang terjadi kedepannya Kakak akan bilang dulu sama kamu." ucap Veronica akhirnya dan mengalah. Dia tidak mau berdebat dengan Vanessa hanya masalah kedudukan. Dia akan memberi waktu sampai Vanessa siap dan mau memegang perusahaan cabang.
"Sebenarnya hal itu nggak perlu. Contoh Kakakmu, dulu dia nggak pernah belajar dari siapapun kecuali Papa, nggak harus bekerja di perusahaan lainnya untuk mengasah kemampuan. Semuanya berjalan dengan sesuai perintah Papa dan perusahaan juga maju." komentar Arya.
Vanessa mengangkat kepalanya menatap Arya dengan tatapan memicing, lalu detik berikutnya dia pun tersenyum kecil. "Bangkrut, rugi besar juga termasuk didikanmu kan Pak Arya?" sinisnya, dari nada bicaranya saja Arya tahu jika putri keduanya sangat membenci komentarnya. "Tapi maaf, selama ini bukan kamu yang mendidikku jadi … aku nggak harus menuruti apapun yang anda katakan!!" ujarnya kembali.
Setelah mengatakan hal itu Vanessa pun memilih pergi, tidak ada yang membuat dia tertarik dengan pembahasaan pagi ini, selain membuat dirinya muak. Bahkan Vanessa juga yakin, jika Mira selaku ibu kandungnya pasti akan melapor pada oma tentang sikap Vanessa pagi ini. Lagian apa yang dikatakan Vanessa itu benar, jika selama ini Arya tak pernah mendidiknya, kecuali hanya kata kasar dan juga bentakan yang dulu Vanessa ingat selama tinggal bersama dengan mereka. jadi tidak ada salahnya juga kan jika wanita itu berkata jujur? Mungkin jika tidak ada Veronica sudah dipastikan perdebatan itu masih berlanjut. Berhubung ada Veronica dalam satu meja, Vanessa memilih pergi.
Capek. Tentu saja iya, dia capek jika harus diatur ini itu. Dia memiliki kehidupan sendiri, yang dimana dia sendirilah yang menentukan bukan orang lain. Menyalakan mobilnya, Vanessa pun segera pergi ke kampus, jangan sampai dia terlambat hanya karna moodnya rusak pagi ini.
To Be Continued