Pagi sekali Revan telah berada di ruangan kerjanya, Revan memang sudah merencanakan semuanya sejak 2 hari lalu.
Revan tak bisa bohong, jika memiliki sekretaris seperti Vanya adalah sebuah keberuntungan tersendiri.
Dan karena hasil kerjanya yang selalu memuaskan bagi Revan, Revan akan memberikan sedikit hadiah untuknya.
Hal itu memang selalu Revan lalukan jika hasil kerja Vanya benar-benar membuat Revan puas.
"permisi pak Revan"
Revan menoleh sosok yang masuk ke ruangannya.
"ada apa"
"semua yang bapak minta sudah selesai"
"ok, kita tunggu yang lainnya datang dulu"
"baik pak"
Pintu pun kembali tertutup bersamaan dengan menghilangnya sosok yang berbicara pada Revan.
"Laura gimana ya, aku buru-buru kesini, jadi ga sempat jenguk Laura"
Revan mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Maura, tak perlu menunggu lama ternyata Maura menjawab panggilannya dengan cepat.
"gimana keadaan Laura sekarang"
"sangat baik, dokter bilang besok sudah boleh pulang"
"syukurlah, bilang maaf karena aku gak sempat datang ke rumah sakit"
"kenapa"
"ada urusan di kantor, aku harus segera datang"
"baiklah, aman"
Revan mengakhiri panggilannya, dan kembali pada pekerjaannya.
Kalau Laura pulang besok, Revan juga harus siapkan sesuatu untuk Laura.
----
"mamah, papah berangkat ya"
"gak sarapan dulu"
"gak usah, Revan bilang langsung ke kantor saja"
"ya udah, hati-hati ya"
Setelah berpamitan, Angga pun berlalu meninggalkan rumah.
Revan juga meminta Angga untuk datang, dan itu juga sudah bukan hal baru lagi buat Angga.
Angga tahu kalau Revan selalu melakukan hal itu terhadap Vanya, mungkin karena itulah Vanya merasa nyaman memiliki atasan seperti Revan.
Laju mobil Angga terhenti, saat tiba-tiba Ervan menghadang jalannya.
"ada apa"
"ada den Ervan di depan"
Angga mengernyit dan memang benar sosok Ervan ada disana.
"pagi-pagi seperti ini sudah cari masalah saja"
Kesal Angga yang kemudian turun. menghampiri Ervan.
"berapa banyak nyawa mu"
"Ervan minta waktu untuk bicara pah"
"kamu lupa, ini jam kantor, bukan jam untuk ngobrol"
"bukan sekarang, nanti malam Ervan akan datang ke rumah"
Angga tak menjawab, Angga justru memilih kembali memasuki mobilnya, memerintahkan sopir pribadinya untuk kembali melajukan mobilnya tanpa harus memperdulikan Ervan.
"pah .... papah"
Teriakan Ervan sama sekali tak dihiraukan Angga, mobilnya semakin jauh dan menghilang dari pandangan Ervan.
Ervan menggeleng, tak boleh emosi dan Ervan harus tetap pada tujuan awalnya.
Malam nanti, Ervan akan tetap datang ke rumah tak peduli meski akan ada penolakan nantinya.
----
Vanya berkali-kali mengetuk pintu ruangan Revan, tapi tak juga mendapat jawaban.
Satu kali, dia kali dan 3 kali Vanya bolak balik berniat menemui Revan, tapi tak juga bisa.
"padahal sudah siang, pak Revan kemana ya, gak ada kabar kalau gak masuk juga"
Vanya terdiam berfikir kemana perginya Revan, sedangkan kemarin malam Revan meminta berkas yang masih belum diselesaikannya.
"telpon aja kali ya"
Vanya mengangguk sambil mengeluarkan ponselnya, melakukan sambungan pada Revan tapi tetap tak mendapat hasil apa pun.
"ya udahlah, tunggu ditempat aja, lagian masih banyak kerjaan"
Vanya kembali melangkah menuju meja kerjanya, sepanjang langkahnya, Vanya heran dengan mereka yang menatap Vanya tanpa jeda.
Vanya meneliti penampilannya, apa mungkin ada yang salah dengan pakaiannya.
"Vanya, kalau udah cair, makan-makan ya"
Ucap Hengki menghentikan langkah Vanya, ucapan Hengki membuat Vanya mengernyit.
"cair apanya, gajian kan masih lama"
"gak heran kali"
Jawab Hengki seraya berlalu meninggalkan Vanya, Vanya menggeleng dan kembali melangkah, tak mau ambil pusing dengan perkataan Hengki.
"Vanya"
Vanya menoleh dan melihat sosok Angga yang berjalan ke arahnya.
"selamat pagi Pak"
Sapa Vanya sesopan mungkin, Angga tersenyum dan mengulurkan tangannya begitu saja.
"kenapa pak"
"selamat"
"selamat untuk apa"
Vanya menjabat tangan Angga, dengan penuh rasa bingung, sesaat kemudian Angga. melepaskan jabatannya dan menepuk bahu Vanya sambil melangkah pergi.
"ada apa sih, aneh, perasaan gak ulang tahun"
Langkah Vanya kembali tertahan karena dering ponselnya, Vanya meraihnya dan melihat panggilan dari Revan.
"hallo pak Revan, saya tadi ke ruangan bapak untuk memberikan berkas yang diminta kemarin malam"
"bawa ke rooftop, saya ada disini"
"baik pak"
Vanya memutus sambungannya, dengan hati yang bertanya-tanya, Vanya melangkahkan kaki menuju tempat yang maksud Revan.
Memasuki lift untuk menuju ke lantas atas, Vanya heran, untuk apa Revan disana dan itu sangat tak biasa.
Lift terbuka, Vanya pun kembali melangkah, menaiki anak tangga untuk mencapai puncak bangunan, Vanya terkejut dengan teriakan *surprice* dari banyak orang disana.
Angga dan Revan tersenyum melihat Vanya yang masih bingung dengan keadaannya.
"ini ada apa"
"sekretaris kesayangan"
Teriak para wanita yang ada disana, Vanya beralih menatap Revan, sekarang Vanya mengerti dan melangkah mendekat pada Revan dan Angga.
"mungkin hal ini bukan hal baru lagi, kalian semua tahu kalau ibu sekretaris ini adalah kebanggan saya"
"kebanggaan saya juga"
Tambah Angga, Vanya merasa senang dengan semua pujian 2 atasannya itu.
"seperti yang kalian tahu, dalam 1 tahun ini ada banyak sekali masalah dikantor kita, dan terakhir adalah kasus yang buat Ervan sendiri, tapi seperti yang kalian tahu juga kalau kita berhasil memperbaiki semuanya, meski pun harus terputus satu kerja sama"
Revan membicarakan banyak hal tentang semua yang terjadi di kantornya, Revan juga memuji setiap bagian yang terlibat dalam memperbaiki permasalahannya dan itu tak cuma Vanya.
Tapi bagi Revan, Vanya adalah kebangga tersendiri baginya.
Semua bersorak saat Revan memberikan banyak hadiah untuk Vanya tak lupa dengan bonus keuangannya, Vanya juga mendapat banyak ucapan dari orang-orang disana.
"kalian semua harus mencontoh sosok Vanya, pekerja keras, jujur dan bertanggung jawab, mengabdi sungguh pada pekerjaannya"
"Pak kita gak dapat hadiah, kita juga terlibat dalam masalah tersebut"
Revan tersenyum dan mengangguk mendengar kalimat karyawannya.
"kalau kalian yang disini sekarang, itu urusannya pak Angga"
Angga mengangguk setuju dengan ucapan Revan.
"baiklah, untuk kalian semua, kita akan makan malam bersama diakhir minggu ini"
Semua bersorak setuju, mereka yang dirooftop adalah karyawan yang memang sudah terasa hasil kerjanya, tanggung jawabnya sangat membanggakan Angga dan Revan.
Acara makan tersebut adalah hal biasa bagi mereka, tapi itu menjadi suatu kebanggaan karena bisa sedekat itu dengan atasannya.
"dekat sama atasan, memang lebih berat ditanggung jawabnya, tapi puas dihasil akhirnya, bisa dapat lebih dari yang lain"
Ucapan Vanya membuat semua tertawa, selesai dengan pembahasannya, mereka menikamti beberapa hidangan yang disediakan.
"Vanya, sebelum pulang ke ruangan saya"
"baik pak"
Vanya pun ikut bergabung, mereka menikmati waktu kebersamaan itu dengan penuh canda dan tawa, tanpa beban pekerjaan.