Chereads / Tunawicara Itu Kekasih Ku / Chapter 53 - Patah Hati

Chapter 53 - Patah Hati

Maura turun dari taxi online yang dipesannya, Maura datang ke rumah Gilang, sudah terlalu lama Maura membiarkan masalahnya dengan Gilang menggantung.

Maura ingin menyelesaikannya, Perasaan Maura masih sangat besar untuk Gilang, dan Maura memutuskan untuk ikut saran Laura, bertahan demi hubungannya.

Maura melangkah menuju pintu, melihat pintu yang terbuka Maura pun langsung memasuki rumah.

Maura tersenyum melihat sekitar ruangan, Maura sangat merindukan tempat itu, lama Maura tak datang kesana membuatnya sangat rindu.

Maura menggeleng mendengar suara tv yang kecang, itu adalah kebiasaan Gilang jika berada di rumah pasti akan menyalakan tv dengan volume besar, sekali pun tv itu ga ditontonnya.

"Gilang"

Tak ada jawaban, mungkin Gilang tidur atau mungkin sura tv yang membuat suaranya tak terdengar oleh Gilang.

"Gilang mana sih, masa iya belum pulang kerja udah sore gini"

Maura membuka ponselnya yang bergetar, ada pesan masuk dari Ervan, Maura menggeleng dan membalas pesannya.

Fokus Maura berpindah pada suara tertawa didalam sana, Maura memperjelas pendengarannya dan itu memang bukan suara tv.

"Gilang sama siapa"

Maura kembali melanjutkan langkahnya mencari sumber suara, fikirannya mulai kacau begitu juga dengan perasaannya, Maura datang untuk memperbaiki semuanya tapi akan berbeda jika apa yang dilihatnya tak sesuai.

"Gilang, aku datang"

Maura terus melangkahkan kakinya, mengejar suara yang terus terdengar ditelinganya.

Maura sampai pada kamar Gilang, memperjelas pendengarannya dipintu, jantungnya mulai berdetak diluar kendali, suara itu berasal dari dalam sana.

"apa itu mungkin"

Niatnya untuk mengetuk pintu, dihentikannya.

Maura ingin tahu apa yang terjadi didalam sana, dengan perlahan Maura membuka pintu berharap tak mengganggu fokus orang didalam sana.

Maura memasuki kamar tapi tak melihat siapa pun, kakinya kembali melangkah menuju balkon kamar, perasaannya semakin gelisah, Maura tak ingin kecewa.

Bagaikan seorang pencuri, Maura mengintip orang di balkon.

Dan seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya disana, Maura memejamkan matanya kuat-kuat dan kembali melihat kebenarannya.

"bagaimana mungkin"

Ucapnya tanpa suara, 2 orang yang tampak begitu mesra, saling rangku, peluk bahkan cium.

Tontonan apa yang dilihat Maura, air matanya mengalir begitu saja, hatinya seketika remuk bersamaan dengan Gilang yang mengecup bibir gadis dihadapannya.

Maura benar-benar tak bisa terima itu, berhari-hari Maura memikirkan nasib hubungannya dengan Gilang, tapi Gilang justru melupakannya begitu saja.

Maura menggeleng dan bergegas pergi, tapi tangannya menjatuhkan gelas dimeja sampingnya.

Maura keget begitu juga dengan dua orang diluar sana, Maura menoleh dan langsung berlari saat Gilang akan menghampirinya.

"Maura .... Maura tunggu"

Teriakan Gilang tak mampu menghentikan lari Maura, dengan sisa kekuatannya Maura berlari keluar dari rumah.

"Maura"

Dihalaman rumah, Gilang berhasil menghentikan Maura.

Maura tak ingin berhenti, berusaha lepas dari genggaman Gilang, Maura ingin pergi jauh dari sana.

"Maura .... diam dulu"

"lepas"

"diam .... diam aku bilang, diam"

Maura terdiam dengan tangisnya, Maura tak ingin melihat Gilang.

"diamlah, kita memang harus bicara"

"gak perlu, aku nyesel udah datang kesini"

"kalau pun memang harus berakhir, tolong jangan seperti ini"

Maura tak paham dengan apa yang dikatakan Gilang, berakir dan jangan seperti ini.

"aku minta maaf Maura"

Maura berbalik dan menatap Gilang dengan penuh kekecewaan.

"baru beberapa hari dia didisini, tapi udah bisa merubah semuanya, merubah hati kamu Gilang"

"aku udah berusaha nemuin kamu Maura, berusaha memperbaiki semuanya, berusaha menghindar dari Jessy, tapi balasan kamu apa, kamu malah lebih milih Ervan"

Ucapan Gilang semakin tak bisa dimengerti oleh Maura, Maura tak peduli dengan semua itu, tanpa permisi Maura Menampar Gilang.

"aku memang hindari kamu, aku juga memang jalan sama Ervan, tapi bukan aku juga gantikan perasaan aku terhadap kamu itu sama Ervan"

"aku gak bisa hindari Jessy"

Maura tersenyum dan mengangguk, itulah alasan sebenarnya, bukan karena Ervan tapi karena Jessy.

"kalau aja kamu gak terus-terus menghindar dari aku, aku pasti bisa menjauh dari Jessy, tapi kamu gak dukung aku Maura, kamu tahu Jessy siapa tapi kamu gak dukung aku untuk tetap jaga hubungan kita"

"iya .... semua memang salah aku, dan mungkin kesalahan aku juga karena udah jatuh hati sama kamu"

"bukan Maura, aku cuma ...."

"udahlah Gilang, kamu mau balik sama dia kan, silahkan, makasih selama ini udah kasih aku kesempatan untuk bisa sayang sama kamu"

"tapi aku gak mau kalau ...."

"aku permisi"

Maura kembali pergi meninggalkan Gilang, tak ada gunanya lagi Maura ada disana.

Semua udah jelas, mereka harus mengakhiri semuanya.

Langkahnya yang tak terarah, hampir membuatnya tertabrak, Maura seketika menjerit dan berjongkok.

Beruntung mobil itu berhenti tepat waktu, Maura tak berani membuka matanya saat pemilik mobil menghampirinya.

"kamu gak apa-apa"

Maura menoleh lantas memeluk sosok yang tak lain adalah Ervan, kembali menangis sejadi-jadinya dipelukan Ervan.

"ada yang luka, kamu kenapa Maura, mobil aku jauh gak mungkin kena kamu"

Bukan menjawab, Maura justru semakin mengeraskan tangisnya.

"hey .... suutt kamu kenapa, Maura"

Ervan melihat sekitar, gak mungkin mereka tetap disana, akan ada fikiran buruk dari orang-orang yang melihat mereka.

Ervan membawa Maura masuk ke mobilnya, dan melaju meninggalkan tempat itu.

Sepanjang perjalanan Maura tak henti menangis, Ervan tak bisa berbuat apa-apa karema Ervan tak tahu apa yang terjadi sama Maura.

"mau sampai kapan nangis, ini udah terlalu jauh kita menyusuri jalan"

Ervan meminggirkan mobilnya dan berhenti, Ervan mencoba mengajak Maura bicara agar Ervan juga gak bingung sendiri.

"Maura, hey udah dong, kenapa kamu ini, Gilang lagi, kenapa dia"

"mereka keterlaluan"

"kenapa"

Maura tak menjawab, hanya tangisan yang didengar Ervan.

"udah, jangan nangis"

Ervan menggeser posisinya dan memeluk Maura, Ervan mengusap lembut kepala Maura, membiarkannya tetap terisak didalam dekapannya.

Ervan tersenyum puas, ini kabar yang membuatnya senang.

"udah tenang, berhenti nangis, gak ada gunanya Maura"

"aku akan balas mereka"

"gak perlu, mereka akan mendapat balasannya sendiri"

"aku gak bisa terima ini"

"diamlah, tetap bersama ku, kamu pasti akan bisa melupakan semuanya"

Maura menggeleng, berada bersama Ervan terus, pasti akan berdebat lagi dengan Riana, saran macam apa itu.

"jangan fikirkan yang lain, aku akan bantu kamu lupain semua yang hari kamu lihat, kamu akan kembali baik dalam waktu singkat"

"gimana"

"diamlah, aku sudah bilang, tetap bersama ku, cuma itu dan selebihnya biar urusan ku, kamu gak perlu tahu"

Maura terdiam, tak ada lagi yang ingin dikatakannya, Maura hanya ingin lupa dengan apa yang terjadi hari ini.

Ervan mengangguk dan terdiam, memikirkan cara untuk menjalankan tujuannya setelah ini, tentang Maura dan Laura.