Chereads / Tunawicara Itu Kekasih Ku / Chapter 52 - Berkat Maura

Chapter 52 - Berkat Maura

Maura menghentikan langkahnya dan juga langkah Ervan setelah berada didepan pintu rumah Ervan, hubungan mereka tetap baik meski setelah kejadian sama Riana.

Bagi Maura itu tak harus dipermasalahkan, karena memang Maura tak merasa dengan apa yang dituduhkan Riana.

"harus banget malam ini"

"ayolah Maura, kenapa masih bertanya"

"besok ajalah, lagian udah malam"

"kalau besok papah gak akan di rumah"

Maura menghembuskan nafasnya pasrha, setelah menekan bel, pintu pun terbuka.

Maura tersenyum melihat bi Marni.

"apa mereka ada di rumah"

"ada den, silahkan masuk"

Ervan membawa Maura masuk, beruntunglah karena Angga, Riska dan Revan tengah berada di ruang keluarga.

Mereka tengah berbincang disana, perbincangan mereka terhenti setelah Ervan menyapa mereka.

"Ervan, kamu pulang nak"

Riska bangkit dan berjalan lantas memeluk Ervan, Riska sangat merindukan sosok putranya tersebut, meski sempat bertemu di rumah sakit, tapi Riska rindu kehadiran Ervan di rumah.

Revan terdiam menatap Maura, kenapa semakin hari mereka justru semakin dekat, bagaimana dengan Gilang dan Riana disana.

"datang juga kamu"

Ucapan Angga berhasil memisahkan pelukan ibu dan putranya, Riska pun mengajak Ervan dan Maura untuk duduk bersama mereka.

"makasih tante"

Riska mengangguk dan kembali duduk, Angga terdiam menatap Ervan, menunggu kalimat apa yang akan dilontarkan Ervan padanya.

Menyadari hal itu, Ervan pun mulai berbicara tentang apa yang menjadi tujuannya datang malam ini.

"Ervan mau minta maaf sama kalian, untuk semua yang Ervan lakukan"

Semua menatap heran kearah Ervan, bagaimana bisa Ervan minta maaf setelah semua sifat angkuh yang ditunjukannya.

Berbeda dengan Maura, yang malah tersenyum mendengar kalimat Ervan, Maura. senang karena sarannya diikuti oleh Ervan.

"Ervan akui kalau Ervan salah telah melakukan semuanya, dan juga salah karena selalu saja iri dengan Revan"

Revan mengernyit, untuk apa Ervan iri padanya, apa yang dikerjakannya juga sama dengan yang dikerjakan Ervan, mengurusi perusahaan.

"Ervan iri dengan semua perhatian papah dan mamah terhadapnya, kasih sayang, kepercayaan dan semuanya, Ervan benci dengan semua itu"

"itu masalah mu sendiri, pemikiran mu sendiri, kamu yang buat ulah kenapa orang lain yang disalahkan"

Ervan terdiam untuk beberapa saat, Ervan haru tenang mendengar setiap kalimat jawaban dari Angga.

"Ervan terima kalau papah mau marah lagi sama Ervan, tapi kali ini Ervan mohon, beri Ervan kesempatan untuk mendapat kepercayaan papah lagi"

Angga tesenyum acuh, sejak dulu Ervan hanya selalu mengecewakannya, bagaimana bisa Angga memberikan kepercayaan lagi padanya.

"kali ini Ervan janji pah, Ervan gak akan lagi kecewakan papah"

"papah sudah percayakan semua urusan kantor sama Revan, kamu gak perlu repot lagi mengurusinya"

"Ervan memang gak akan minta tanggung jawab perusahaan"

"lalu apa"

"Ervan mau buka usaha sendiri, dan Ervan minta bantuan dana"

Semua terdiam, mengurusi perusahaan yang sudah jelas adanya pun Ervan gak bisa, bagaimana lagi membuka usaha sendiri.

"sekali lagi pah"

"usaha apa kamu"

Ervan terdiam, Ervan belum memikirkan jenis usaha yang akan dirintisnya.

"cafe, om"

Jawab Maura tiba-tiba, semua mata beralih kearah Maura.

"Ervan waktu itu cerita, kalau dia juga mau coba buka usaha seperti Revan"

"seperti Revan apa"

"jadi gini, beberapa hari ini kan Ervan udah banyak cerita om, tentang masalahnya disini, terus aku tanya kenapa gak coba buka usaha sendiri seperti Revan, kalau sukses kan ada kebanggaan sendiri gitu"

Ervan terdiam mencerna kalimat Maura, kenapa harus sangkut pautkan Revan dalam niatnya.

"ya udah aku saranin aja, gimana kalau minta tolong siapin tempat yang cocok untuk tempat makan gitu, kan nantinya bisa digabung tuh sama usahanya Revan, masakan Laura enak loh om, aku yakin nanti usahanya pasti berkembang didukung pasilitas yang memang seharusnya gitu"

"cafe sama warung makan milik Revan beda, bagaimana bisa kamu memilih Laura untuk memasak"

Maura tersenyum dan mengangguk, ini kesempatan Laura untuk mengambil perhatian Angga.

"kenapa diam, gak kefikir kearah sana"

"bukan om, cuma .... gini aja nanti kalau misal Laura udah pulang terus udah pulih juga, om boleh deh uji kehebatan memasak Laura, aku jamin pasti puas makanya aku berani bilang seperti ini dan saranin Ervan buat buka cafe"

Ervan dan Revan saling lempar pandangan, Revan akan disibukan dengan kegiatan kantor waktu berkunjung ke warung pun cuma sebentar, sedangkan Ervan akan seharian berada disana, Revan khawatir dengan hal buruk yang mungkin terjadi.

Berbanding terbalik dengan fikiran Revan, Ervan merasa saran Maura adalah paling benar, Laura dan Laura, setiap hari Laura, Ervan senang dengan itu.

"gimana om, boleh kan, dicoba aja dulu, orang salah kan belum tentu gak bisa kasih yang benar, toh orang benar juga selalu aja buat kesalahan, yang penting itu kesempatan dan kepercayaan"

Angga terdiam menatap Maura, gadis itu benar-benar membuatnya kesal, gadis itu begitu pintar berbicara.

"kamu kenapa, semangat banget untuk hal ini"

Maura menoleh Revan yang mengeluarkan pertanyaannya, Maura tersenyum tapi Maura tak akan menjawabnya, tujuan Maura adalah baik yaitu agar Laura bisa mendapat kesempatan untuk lebih dekat dengan Angga.

Revan menggeleng dan pamit begitu saja meninggalkan semuanya, Ervan tersenyum tebakannya tak akan salah tentang apa yang ada difikiran Revan saat ini.

"jadi gimana pah"

"kita lihat nanti, dia bilang kan tunggu Laura pulih, baru akan ada jawabannya"

Ervan melirik Maura, keduanya sama-sama tersenyum, Ervan yakin saran Maura akan berhasil karena Laura memang pintar memasak.

"satu lagi om, selama menunggu waktu itu, apa Ervan boleh pulang"

"dia belum bisa buktikan apa-apa, untuk apa dia pulang"

Ervan sudah bisa menebaknya, dan memang seharusnya pertanyaan itu tak pernah dilontarkan.

"baiklah, yang penting kesempatan untuk Ervan akan tetap ada"

Angga mengangkat kedua alisnya, setuju dengan ucapan Maura.

Keduanya pun lantas pamit, urusannya telah selesai dan mereka harus pergi karena waktu juga sudah malam.

Riska kembali kecewa karena Ervan harus pergi lagi dari rumahnya sendiri, tapi Riska yakin untuk kesempatannya kali ini, Ervan pasti akan bisa membanggakan mereka.

Selama diperjalanan, Ervan dan Maura tampak ceria, Ervan merasa senang dengan apa yang didapatnya.

Meski memang semua itu belum tentu terwujud, tapi Ervan yakin Maura dan Laura akan bisa membatunya mewujudkan keinginannya.

"makasih banyak"

"sama-sama, kalau sampai berhasil ingat ya ada bagiannya"

"pasti, aku ingat itu"

"selamanya"

"iya, tenang aja, kamu juga akan menjadi pemiliknya"

"serius gak nih"

"lihat aja nanti"

"ok"

Maura mengangguk dan terdiam memikirkan Laura, semoga dengan rencananya, bisa membuat Laura bahagia bersama Revan.

Maura akan berusaha membantunya untuk meraih bahagianya bersama Revan.