"Oohhh..." Juan melenguh, mendesah nikmat.
Seorang Gadis dengan pakaian khas Negeri Timur, persis seperti Yukata, atau mungkin memang Yukata.
Gadis itu duduk dengan tenang menindih tubuh Juan persis diatas tonjolan penisnya yang mengeras karena menonton adegan dewasa di Ponsel Androidnya.
"Anda adalah yang terpilih..."
Gadis dengan perawakan dan wajah imut, gaya rambut Ponytail dan suara genit itu mulai mencondongkan tubuhnya kearah Juan sambil membelai lembut dada yang dibalut kaos Jersey klub Sepak bola asal Italia.
Juan tertegun tak sanggup bereaksi dengan cepat. Ia hanya fokus menikmati himpitan kuat diatas penisnya sekaligus wajah khas oriental yang menggoda.
Disaat yang sama di tempat berbeda.
Zahal terbangun merasakan beban berat di bahu kanannya.
Seorang cowok remaja tidur bersandar dibahu kananya sambil mengalungkan lengan didada Zahal.
"Anda sudah bangun rupanya"
Cowok itu terbangun setelah merasakan gerakan tubuh Zahal.
"Siapa kamu..."
Rasa kantuk setelah bangun membuat kesan bertanya terasa datar.
"kakak telah terpilih!"
Zahal memasang raut sebal dan membangunkan tubuhnya dengan cepat dan tegas, membuat remaja barusan terdorong dengan kuat dari posisinya semula.
Berbeda lagi dari yang dialami Tamasha.
Setelah mandi, masih berbalut handuk tebal menyelimuti dada hingga pangkal paha, ia merasa aneh dengan sebuah amplop yang tergeletak didepan meja kaca dihadapannya.
"Sejak kapan Amplop surat ini ada disini?"
Ia mengambil dan segera membuka dan membaca isi surat tersebut.
"Nona telah terpilih."
Waktu seakan berhenti.
Semua suara tiba-tiba sunyi.
Cahaya perlahan meredup.
Hanya mereka "Yang Terpilih" yang merasakan ini.
Akhirnya Dunia seakan diselubungi kegelapan.
Juan, Zahal, dan Tamasha berusaha menggapai apapun, siapapun yang ada disekitarnya, namun nihil.
Mereka berusaha memanggil siapapun, mengeluarkan suara apapun, tapi percuma.
Beberapa detik kemudian dengan serta-merta muncul cahaya silau didepan mata mereka.
Mata mereka berakomodasi sesuai Kemampuan masing-masing.
"Wah... kemana kau membawaku?"
Zahal yang belum berubah dari posisi duduk sebelumnya melihat sekelilingnya dengan wajah serius dan bertanya pada remaja tadi yang ternyata masih ada disekitarnya.
Di tempat yang berbeda.
Tamasha baru menyadari ia berpindah tempat. Ditangannya masih tersimpan amplop tadi.
"Apa yang terjadi? Dimana ini?"
Sesaat setelah pertanyaannya berhenti terucap kertas surat ditangannya bergerak cepat seperti tertiup angin kencang.
Tamasha melihat kertas ditangannya dan terkejut begitu tulisan didalamnya berubah.
"Kami membawa nona dan sekarang anda berada di Awaland, Dunia para Dewa."
Tamasha masih merasa aneh, namun ia cepat menanggapi bahwa kertas itu tampaknya menjawab pertanyaan dalam pikirannya.
"Apa yang harus kulakukan supaya bisa keluar dari sini?"
Tamasha bertanya langsung pada intinya. Tak ada alternatif jawaban dan pasti terjawab dengan baik.
"Nona harus menjadi Dewa paling berkuasa disini."
Berbeda dengan yang dialami Juan.
"Hey nona, kita ada dimana sekarang? dan oh, tolong menyingkirlah, sedikit lagi bisa-bisa aku ejakulasi jika kau terus duduk disitu!"
Gadis itu beranjak dan menarik tangan Juan untuk membantunya berdiri.
"anda berada di Awaland, dunia para Dewa."
Juan berdiri setelah gadis tersebut beranjak, dengan wajah polosnya ia memasang raut tak percaya mendengar ucapan non-sense dari gadis itu.