Chereads / How To Be a God / Chapter 8 - Doppleganger

Chapter 8 - Doppleganger

Rebella masih membantu beberapa Werewolves yang terluka akibat pertarungan melawan Saberio.

Ia dan semua Werewolves tak pernah menyadari kehadiran Juan yang sejak tadi mengamati apa yang mereka lakukan.

Secara Tiba-tiba Awan gelap muncul sedikit demi sedikit di langit dan membuat siang hari itu menjadi gelap.

Sambaran dan Kilatan Petir bersahutan.

"Apa ini? Kenapa tiba-tiba?"

Juan kebingungan melihat kondisi awan dan langit yang mendadak berubah.

"Ini ulah Calon Dewa lain."

Rebella mengutarakan Prasangkanya didepan para Werewolves, ia tak sadar bahwa Juan bisa mendengarkan ucapannya.

"Masa sih ulah Calon Dewa sampai bisa melakukan hal ini."

Juan spontan menanggapi ucapan Rebella yang perhatiannya teralihkan oleh Gumpalan Awan Hitam di Langit.

Tiba-tiba sosok Rebella lenyap dari hadapan mereka.

Sama seperti yang terjadi dengan Rebella, Tamasha, Brunott, Sabero, Naraka, dan Calon Dewa lainnya semuanya lenyap dari posisi mereka masing-masing. Kecuali Juan.

Para Calon Dewa terdampar dalam sebuah tempat misterius yang dikelilingi awan dan daratan hitam pekat.

Tamasha : "Aw..."

Brunott : "Kau tidak apa-apa Macha?"

Zahal : "...."

Ratatta : "Aduduh!"

Pierre : "Dimana ini?"

Naraka : "Ugh..."

Bayi : "Apa yang terjadi?"

Rebella : "Calon Dewa?"

Beberapa orang lain ikut 'Terdampar' di tempat asing itu, termasuk Saberio yang masih terluka.

"Selamat datang seluruh Calon Dewa!"

Semua orang yang hadir disitu menoleh mencari suara tersebut berasal.

"Aku adalah 'Doppelganger'! Salah satu Calon Dewa seperti kalian."

Suara menggema tersebut akhirnya berpusat disatu tempat.

Gumpalan Kabut Asap berkumpul ditempat tersebut dan membentuk tubuh manusia secara perlahan.

"Mulai saat ini, Kemenanganku sudah ditentukan!

Aku mampu mengumpulkan kalian saat ini dan selanjutnya aku akan menawarkan kerjasama terhadap kalian!"

Gumpalan Kabut Asap tersebut akhirnya berwujud Manusia Bertudung dan Bertopeng.

Naraka : "Kerjasama?"

Bayi : "Apa maksudmu?"

Ratatta : "Keluarkan aku dari sini!"

Pierre : "Sepertinya akan menarik!"

Naraka : 'Di tempat seperti ini aku hanya bisa membuat sesuatu dengan bahan dasar Udara.

Terlebih terlalu beresiko mengeluarkan tehnik dihadapan nyaris semua Calon Dewa...'

Tamara : 'Evolusiku tiba-tiba lenyap dan aku kembali dalam wujud manusia. Apa-apaan sebenarnya ini?'

Doppelganger : "Kemenanganku sudah bisa dipastikan, namun walaupun aku sudah menang tapi lebih baik jika dunia yang dikuasai Dewa seperti ini dibantu juga oleh Calon Dewa dalam posisi-posisi tertentu."

"Itu bukan Dewa namanya. Lebih cocok jika disebut sebagai Kerajaan atau Pemerintahan."

Seorang Calon Dewa menyela ucapan Doppelganger.

"Hahaha... lagipula lebih seru jika kita bisa bertahan hidup dengan saling bersaing hingga tersisa satu orang!"

Calon Dewa lain menanggapi ucapan Calon Dewa barusan.

Ratatta : "A... Aku setuju dengan Aliansi Calon Dewa! lagipula pada akhirnya hanya satu Dewa yang akan menguasai Awaland ini!"

Rebella : "Hanya hewan lemah yang berpikir mengenai hal seperti Aliansi itu!"

Naraka : "Cepat tentukan apa mau kalian dan kembali ke persaingan yang sebenarnya..."

Pierre : "Jiahahaha, ini seru sekali, semuanya memiliki pendapat sendiri-sendiri!"

Bayi : "Dasar Bocah! Kau pikir ini permainan Anak-anak!"

Doppelganger : "Hebat! Tidak salah kalian terpilih! Kalian punya pendirian dan semangat yang kuat!"

"Begini saja! Setelah ini aku akan mengirim kalian kesuatu tempat untuk saling Mengalahkan agar permainan cepat berakhir!

Tujuh orang yang bertahan akan kukembalikan menuju posisi asal kalian!"

Doppelganger menepuk tangannya tiga kali

"T...Hey Tunggu!!"

Rebella terlambat mengucap sesuatu, dalam sekejap mereka berpindah kesuatu tempat.

Silau...

Terang sekali...

Mereka semua menyesuaikan penglihatan mata dengan cahaya Matahari yang terlampau silau itu.

Rebella : "Hah, pantai!?"

Tamasha : "Cepat sekali Akomodasi matamu..."

Saberio : "Ugh... Apa yang terjadi?"

Naraka : "Sepertinya kita akan saling bertarung disini!"

Ratatta : "Aduuuh, repot sekali harus saling bertarung disini!"

Brunott : "Lihatlah, ini bukan sekedar pantai!"

Mereka semua melihat sekeliling setelah Brunott menunjuk keseluruhan pulau.

Bayi : "Wah, ini artinya Petualangan dan Permainan!"

Pierre : "Bertarung, Bersembunyi, Mengejar, Lari, Menjebak, sepertinya itu yang akan kita lakukan untuk bertahan hidup dalam pertarungan disini!"

Semua orang merenungkan apa yang diucapkan Pierre barusan.

Tamasha : "Sebelum kita memulai, ada Calon Dewa yang sebelumnya berkumpul sekarang tidak lagi ada disini..."

Semua Calon Dewa melihat satu sama lain.

Pierre : "Kau cermat juga sampai menghitung jumlah Calon Dewa yang tadi berkumpul dan yang ada disini sekarang."

Bayi : "Diantara Calon Dewa seperti kalian ada yang bisa berubah wujud menjadi Serigala dan Burung Hantu."

Tamasha dan Brunott saling memandang, rupanya Bayi tidak menyadari bahwa Calon Dewa yang dimaksud adalah mereka berdua.

Tamasha : "Dari 17 Calon Dewa yang dipilih, ditempat ini ada 15 Calon Dewa, sementara saat Doppelganger mengumpulkan kita tadi Calon Dewa yang hadir berjumlah 16 orang."

Tamasha mengeluarkan Gulungan Undang-Undang Dasar miliknya.

Tamasha : "Aku tahu kalian sudah menyadari bahwa kita bisa mengecek Kemampuan yang mana yang sudah dipilih oleh Calon Dewa dari 45 kemampuan yang ada."

Brunott, Saberio, Ratatta, & Bayi serentak : "Ternyata bisa berfungsi seperti itu ya!"

Rebella menepuk dahinya dengan tangan : "Setidaknya kalian tidak menunjukkan Kebodohan kalian Terang-terangan seperti itu Dasar Dungu!"

Tamasha : "Kita tidak bisa menebak siapa diantara kita disini yang memilih kemampuan yang sudah dipilih disini sampai kita pernah bertarung atau mendengar penjelasan kemampuan dari pemilik kemampuannya langsung."

Saberio : "Bisakah kita lewati penjelasannya dan langsung saling menghajar?! Rasanya tenagaku seperti meluap-luap?"

Rebella terkejut dengan kata-kata Saberio : "Kita baru saja bertarung beberapa menit lalu dan sebelumnya kau jatuh pingsan...

Sekarang kau bilang tenagamu meluap-luap?"

Saberio bergerak maju ketengah-tengah para Calon Dewa dengan kuda-kuda pukulan yang kokoh : "Berisik!!!"

"BLAAAAAARRRRR!!!"

Ledakan hebat membuat pasir-pasir dipantai berhamburan, getaran dan gelombang dahsyat membuat air laut ikut terbelah, pepohonan di pinggir pantai seolah nyaris terhempas lepas dari tanah.

Brunott sepertinya mengikuti pergerakan Tamasha dan bergerak sejauh mungkin dari ledakan.

Brunott : "Macha, kita terlalu jauh dari mereka!"

Tamasha : "Justru itu yang seharusnya kita lakukan. Biarkan mereka saling bertarung hingga tersisa sedikit!"

Brunott merenung cukup lama : "Benar juga, bagaimanapun yang kalah akan tereliminasi, dan yang menang akan kehabisan tenaga."

Mereka berdua akhirnya berubah wujud dan menjauh secepatnya dari posisi awal.

Disisi yang berbeda, sambil menghindari serangan Saberio, ternyata posisi Rebella dan Pierre berdekatan.

Rebella : "Hewan bodoh itu melakukan kerusakan yang tidak perlu! Dan sekarang aku disini bersama Ayam lainnya."

Pierre : "Wihh... Cewek galak! Menakutkan sekali! Jiahahaha.

Nenek tua ada juga yang kelihatan muda sepertimu ya!"

Pierre memprovokasi Rebella sambil bergerak menjauhinya.

Rebella : "Hentikan Mulut Busukmu dan Biar Kubunuh kau disini!"

Emosi Rebella terpancing meluap dan mengejar Pierre.

Naraka berada disisi yang berbeda bersama dengan dua Calon Dewa lain.

Naraka : "Ledakan itu merepotkan sekali...

Sebetulnya aku ingin sekali menghajar Pria besar dengan kekuatan dahsyat tadi...

Tapi sepertinya lebih baik aku mengurus kalian dulu disini..."

"Tidak bisakah aku melewatkan ini dan bersantai? Aku lapar sekali dan belum makan sedikitpun sejak tiba di Awaland ini."