Chereads / How To Be a God / Chapter 10 - Intelektual tingkat Dewa

Chapter 10 - Intelektual tingkat Dewa

Mamba : "Aku akan mengakhiri segalanya tanpa basa basi."

Mamba berjalan menjauh meninggalkan Surya yang terkapar.

Surya : "Ap..pa i...ni?"

Surya tak mampu mengendalikan kesadarannya yang perlahan-lahan kabur.

Ratatta bersembunyi dibalik Kaktus aneh berwarna biru didekat posisi Surya.

Ratatta : "Apa yang dilakukan "Pria Hitam" tadi?"

Ia mengamati Mamba hingga yakin "Pria Hitam" yang dimaksud sudah benar-benar pergi menjauh.

Didekatinya Surya yang terkapar.

Perlahan-lahan Ratatta menyentuh tubuh Surya, memastikan kondisinya.

Surya terbujur kaku, mulutnya berbusa, tubuhnya dingin.

"Mati... Orang yang bisa meredam kekuatan ledakan dahsyat bisa mati seperti ini?"

Ratatta gemetar. Kematian pertama di Awaland ini muncul dihadapannya.

Tubuh Surya mendadak bersinar, Gulungan Undang-Undang Dasar muncul dari dalam tubuh Surya.

Ratatta : "Ini... Gulungan 'Reduction'!"

"Aku bisa menggunakannya!"

Ratatta mengambilnya dan menyerap kemampuan Reduction dari dalam gulungan itu.

Ratatta : "Aku tetap harus berhati-hati dengan type kemampuan lain. Aku akan mencoba bagaimana caranya menggunakan kemampuan 'Reduction' ini dengan gayaku..."

Di atas Langit di dalam kastil putih megah dengan dinding marmer, pintu megah, dan lantai kaca yang bening. Zahal mengecek Gulungan Undang-Undang Dasar ditangannya.

Zahal : "One Down! Akhirnya ada satu orang yang jatuh dan kalah."

Terlihat Coretan Merah Daftar Nama Kemampuan dalam Gulungan yang digenggamnya. Coretan yang seolah menunjukkan bahwa pemilik Kemampuan Reduction telah mati dan berpindah ke Calon Dewa lain.

Zahal : "Bukan hanya dibekali dengan Kemampuan Unik. Tapi Calon Dewa juga harus mampu menggunakan Kemampuan Intelektualnya dengan maksimal untuk bertahan hidup atau bahkan menyerang."

Louise : "Anda adalah yang paling santai dan bisa memaksimalkan potensi Kemampuan dengan baik tuan Zahal."

Zahal : "Belum Louise. Setelah fase ini, mereka akan tahu tingkat kesulitan permainan ini Sangat Tinggi dan bukan hanya perlombaan kelas rendah tanpa pengorbanan apapun.

Fase ini, fase dimana mereka semua menyadari bahwa kemungkinan untuk mati karena perburuan sangat tinggi setelah mereka berada dalam satu pulau yang sama dan saling memburu didalamnya."

Louise mengangguk paham.

Zahal : "Setelah ini aku akan turun dan berpartisipasi langsung dalam pertempuran."

Ekspresi Louise yang selama ini datar kini berubah.

Louise : "Akhirnya anda turun tangan juga tuan Zahal!"

Zahal : "Aku akan menguji kemampuanku lebih jauh. Aku sendiri juga harus melatih Kemampuan Intelektualku untuk mengembangkan Kemampuan 'Manipulasi' yang kugunakan."

Zahal berjalan perlahan menuju kearah gerbang kastil. Louise yang kini menunjukkan raut semangat pelan-pelan mengikutinya.

Kembali ke pulau dimana para Calon Dewa berkumpul & bertarung.

Saberio : "Ugh... aku terlempar tidak terlalu jauh. Akan kubalas Kakek tua tadi!"

Mamba : "Tak perlu repot-repot, aku sudah membalaskan dendammu."

Saberio terkejut dengan suara Mamba yang muncul dari arah awal dia terlempar.

Saberio : "Calon Dewa lain! HUAHAHAHA! Akan kuremukkan tulang-tulangmu!"

Saberio melesat cepat kearah Mamba sehingga Pria Hitam itu terkejut.

Mamba : "Ap...pa?"

Saberio menghantamkan kepalan tangan kirinya dengan sangat kuat.

Mamba terlempar hingga membentur dinding karang dan membuat ledakan yang hebat.

Saberio : "Selesai... Hanya segitu saja!"

Mamba berdiri menahan sakit.

Mamba : "Ugh... Aku tidak menduga gerakannya secepat itu!"

"Aku harus mundur beberapa saat dan melatih..."

Belum selesai ia bergumam Saberio menghampirinya dengan posisi tubuh siap menghantam.

Saberio : "MATI KAU!!!"

"BLAAAARRRRR"

Tubuh Mamba hancur berkeping-keping.

Dari antara kepingan tubuhnya yang hancur, Cahaya yang diikuti Gulungan Undang-Undang Dasar muncul. Saberio lekas mengambilnya.

Saberio : "Generation? Kemampuan macam apa ini?"

"Waduh! Aku tidak bisa bertanya kepada siapapun tentang kemampuan ini! Generation artinya Generasi...

Apa ini artinya aku bisa membuat Generasi?"

Saberio memejamkan mata seolah membayangkan kemampuan. Sejenak setelahnya Gulungan di tangannya terserap masuk kedalam tubuhnya.

Saberio : "Baiklah akan kucoba!"

Saberio melakukan kuda-kuda bertarung.

Tiba-tiba dari dalam bayangannya muncul tubuhnya yang lain.

Saberio : "Huahahahaha... persis seperti yang kubayangkan!"

Disaat yang sama ditempat berbeda Zahal menyadari kejanggalan.

Zahal : "Jadi rupanya Gulungan yang sama bisa menghasilkan kemampuan yang berbeda, tergantung bagaimana penggunanya membayangkan kekuatan itu sendiri.

Selama sesuai dengan arti kata Kemampuan itu."

Louise : "iya, seperti yang dijelaskan para Moderator diawal."

Zahal : 'Mamba menggunakan kata Generation yang bisa dialihkan menjadi 'Degeneration' untuk meracuni, dan 'Regeneration' untuk regenerasi luka.

Sedangkan Saberio menggunakan kata Generation langsung merujuk pada kemampuan membentuk Generasi yang menjadi 'Tiruan Gen' miliknya."

Louise : "Anda menganalisa dengan sangat baik dan cepat."

Zahal : "Bukan begitu Louise...

Malah jika asumsiku benar, maka sejak awal akulah Dewa dunia ini."

Langkah Zahal semakin cepat dan terkesan terburu-buru. Sementara Louise sempat berhenti beberapa saat.

Louise : "Anda memiliki Intelektual tingkat Dewa tuan Zahal."

Zahal semakin terburu-buru, sampai ia melangkah diatas awan diluar kastil dan terjun ke Daratan yang terlihat sangat kecil, jauh dibawah awan.

Louise : "Tuan! Jika anda jatuh dari ketinggian ini, anda tetap akan mati!"

Louise berjalan dengan cepat dan berteriak begitu melihat Zahal melompat dari atas awan.

Zahal terjun dengan wajah serius, ia sepertinya memahami sesuatu.

Terjun dan meluncur dengan cepat. Dalam hitungan detik ia sudah berada di ketinggian yang sama dengan tinggi sebuah Gunung.

Beberapa detik lagi ia pasti menyentuh tanah.

Dalam beberapa saat kecepatan terjun Zahal menurun drastis.

Zahal : 'Bermodalkan kemampuan Manipulasi. Aku bahkan bisa Memanipulasi dorongan angin yang mengangkatku keatas untuk memperlambatku jatuh.

Aku memang memiliki potensi menjadi Dewa di tempat ini.'

Tak lama lagi Zahal mendarat dan kini kecepatan terjunnya nyaris seperti Kertas yang jatuh dari ketinggian.

Zahal : "Bagus, jika terjun dengan memanipulasi angin seperti ini berhasil, berarti akupun bisa memanipulasi angin untuk membuatku melayanh dan terbang."

Angin berhembus dari arah belakang dan mendorong tubuh Zahal terbang kedepan.

Zahal : "Memanipulasi bentuk negara menjadi pulau berdasarkan Peta Dunia sama mudahnya dengan memanipulasi aliran, tekanan, dan dorongan angin."

Zahal melayang dengan cepat melewati hutan, sungai, gunung, hingga laut.

Zahal : "Membentuk tabir udara beberapa sentimenter didepan wajah agar tidak tertampar oleh hempasan angin juga sederhana tapi mempengaruhi pergerakan."

Zahal berhenti di pulau seberang. Pulau yang hanya dikelilingi hutan dan sebuah gunung.

Ia masuk kedalah Gua dikaki gunung.

Zahal : "Disini."

Zahal masuk semakin dalam di dalam goa. Gelap & lembab.

Mendadak hawa disekitar Zahal menjadi lebih hangat. Sebuah hembusan angin menghempas setiap beberapa detik.

Zahal : "Sudah dekat."

Setelah berjalan beberapa langkah terdengar dengkuran makhluk.

Zahal : "Wah-wah-wah, besar juga."

Seekor Makhluk raksasa ditengah bagian gua yang luas dengan dinding gua menjulang dan langit-langit yang terbuka secara alami. Bagian tengah gunung itu ternyata terhubung dengan gua yang dilalui Zahal barusan.

Zahal : "Mamalia Raksasa yang menyimpan gulungan 'Repetition' atau 'Pengulangan'.

Dengan ini aku akan mencoba 'Hal itu'. Jika berhasil maka teoriku benar."

Zahal tampak memahami suatu hal yang rumit yang tidak dipahami oleh Calon Dewa lainnya.

Zahal menyentuh tanah dengan kedua tangannya. Karenanya pulau itu bergetar dan bergemuruh.

Mamalia raksasa berbulu tebal dan berbentuk seperti lembu dengan tanduk berduri yang sangat panjang dihadapan Zahal itu terbangun karena getaran itu.

BLAAAAAAAAMMMM!

Makhluk itu terlambat bereaksi. Gunung itu menyempit dan menghimpitnya dengan cepat dan kuat.

Setelah beberapa saat perlahan himpitan gunung itu melemah dan kembali seperti semula.

Tubuh Mamalia Raksasa itu hancur tak berbentuk. Menyisakan cipratan darah yang menempel secara acak ditanah dan dinding-dinding gunung.

Sebuah Gulungan Undang-Undang Dasar muncul dan Zahal mendekatinya untuk mengambilnya.

Zahal : "Mudah sekali. Lalu langkah berikutnya..."