Chereads / How To Be a God / Chapter 13 - Kapasitas Guru

Chapter 13 - Kapasitas Guru

Rebella masih kesal dan terus menerus mengejar Pierre yang bergerak begitu cepat.

Ratatta yang memiliki kemampuan Adaptation & Reduction yang diambilnya dari tubuh Surya yang dibunuh Mamba dengan mudah masih belum percaya diri untuk bertarung dengan Calon Dewa lainnya.

Naraka Gugup dan tak menyangka kemampuannya memaksimalkan Creation masih perlu dilatih.

Saberio semakin menjadi-jadi setelah berhasil membunuh Mamba dan mendapatkan Gulungan Generation.

Bayi bersekutu dengan Soraya dan Samarinda, menghindari serangan Calon Dewa yang tak diketahui arah dan wujudnya, sambil menyusun strategi untuk memaksimalkan kerjasama tim mereka.

Brunott dan Tamasha menuju bagian Pulau yang berlawanan dari lokasi berkumpul para Calon Dewa setelah dipindah oleh 'Dopelganger' dan mencoba keluar dari pulau itu.

Zahal berpindah tempat setelah berhasil mengalahkan Monster yang menyimpan Gulungan 'Repetition'.

Masriz menarik tangan Yoke yang ingin meninggalkan tempat itu, walau lebih tepatnya meninggalkan saingannya.

Masriz : "Kali ini kita berada di dunia Antah-Berantah dengan segala bentuk Fantasi yang nyata..."

Yoke tak bereaksi, menunggu Masriz menyelesaikan kata-katanya. Sementara Masriz melepaskan pegangan tangannya ketika merasa Yoke pasti mendengarkan ucapannya.

Masriz : "Di dunia nyata, aku terlalu malas mengejar ketertinggalanku darimu.

Tapi disini, jika kau ingin kembali ke Bumi, tak ada pilihan lain selain bersaing lagi denganku dan berdiri di Puncak.

Dalam bidang yang sama-sama belum kita kuasai..."

Yoke berjalan perlahan selangkah membelakangi Masriz.

Masriz : "Kita berpisah disini, aku akan kembali menemuimu di pertarungan akhir!

Pastikan kau adalah lawan terakhir dan terkuatku, dan jangan kalah selain olehku!"

Masriz mengeluarkan Hawa Intimidasi yang sangat kuat yang membuat seisi pulau merasakan imbasnya. Rebella, Pierre, Bayi, Samarinda, Soraya, Ratatta, Tamasha, Brunott Tiba-tiba berhenti karena perasaan buruk yang mengelilingi mereka. Mereka menoleh kesemua arah dengan wajah pucat seolah ada sesuatu yang mengerikan disekeliling.

Saberio : "Perasaan macam apa ini?"

Naraka : "Sensasi ini... Pria tadi? Bukankah aku sudah menjauhinya sejauh mungkin!"

Remaja dengan pakaian hijau bercorak militer.

"Kesan apa ini? Mengejutkan sekali!"

Yoke berjalan meninggalkan Masriz dengan langkah yang semakin cepat.

Masriz melihatnya cukup lama hingga saingannya itu menghilang tertutup pepohonan dikejauhan.

Sementara itu ada seorang cowok yang enak-enakan tidur siang di desa para Werewolves.

Sampai sekarang ia tak mengetahui Calon Dewa lainnya tak bisa sesantai dia.

Juan yang tidur di atas pohon rindang setinggi kira-kira 170 cm terlihat begitu menikmati harinya yang entah kapan akan terus tenang seperti yang dirasakannya saat ini.

Beberapa Kilometer di Selatan Desa para Werewolves.

Kimochi : "Ini adalah titik pertemuanku sekaligus titik menghilangnya tuan Juan karena permohonannya menggunakan kemampuan Transparation. Jejaknya tak bisa kuikuti apalagi kutemukan sama sekali."

Kimochi melihat bekas ledakan dari kejauhan.

Kimochi : "Ada bekas ledakan yang sebelumnya tidak ada disini. Jika tuan Juan terkena ledakan itu dan mati, pasti namanya tercoret dari daftar Calon Dewa pengguna Transparation."

Kimochi : "Ia masih hidup, tapi menebak keputusannya untuk menghindari atau malah mendekati ledakan membuatku bisa menentukan arah mana yang kira-kira diambilnya."

Kimochi berpikir keras. Sementara ditempat lain ada yang masih terus bergerak menyelesaikan segala persiapan dan rencananya, Zahal.

Zahal membuka Gulungan Undang-Undang Dasar miliknya.

Zahal : "Calon-calon Dewa yang sembrono...

kalau saja aku berniat mengakhiri permainan ini dengan cepat pasti aku sudah memulainya dengan menemukan Gulungan Kemampuan Deteksi dan menemukan kompetitor terakhir, Calon Dewa dengan kemampuan 'Transparation'."

Zahal : "Akan kubuat permainannya sedikit lebih asyik dan seru dengan membiarkan mereka sedikit lebih berkembang.

Tingkat kesulitan dan tantangannya akan kutingkatkan."

Zahal : "Aku harus membuat mereka mencari Gulungan Kemampuan 'Detection' dan berlomba menemukannya lebih dulu dariku.

Walaupun aku yakin pasti aku akan menemukannya lebih dulu daripada para Calon Dewa lugu seperti mereka semua..."

Zahal berjalan santai, setelah sebelumnya terbang, melayang, dan melakukan berbagai macam atraksi dengan kemampuan 'Manipulasi' miliknya.

Kembali ke Pulau buatan Zahal dimana para Calon Dewa bersaing.

Naraka berjalan menelusuri hutan dan waspada ketika mendengar suara berisik.

Suara pergerakan cepat diantara semak.

Naraka menyelinap diantara semak untuk melihat siapa yang ada disekiternya.

Naraka : "Itu gadis Calon Dewa berkuncir yang memiliki penglihatan bagus itu... Pandangannya benar-benar fokus. Siapa yang dikejarnya?"

"BRUAKK!!!"

Naraka terkejut, begitu pula gadis yang dimaksud Naraka, Rebella.

Rebella menabrak pria bertubuh besar dan kokoh.

Rebella : "Aduh... kau lagi!"

Saberio melihat Rebella yang terjatuh karena menabraknya.

Saberio : "Bisa juga kau lengah dan menabrakku... Ada rahasia dengan kemampuan dan kecepatanmu rupanya ya!"

Rebella berdiri dan melesat mundur dengan cepat.

Rebella : "Dan sepertinya sekarang kau semakin tenang ya Hewan liar!"

Rebella tersenyum sinis melihat Saberio.

Saberio : "Aku baru mendapatkan kemampuan lain. Dan merasakan kekuatan yang besar mengalir ditubuh membuatku sedikit lebih tenang dan terarah Bocah tengik!"

Saberio berjalan dengan kalem mendekatu Rebella.

Rebella : 'Dia bisa jadi setenang ini? Kemampuan apa yang didapatnya? Jika aku gegabah dan terbawa arus, aku bisa kalah dengan sekali serang...'

Naraka mengamati mereka dengan seksama dari balik semak.

Naraka : 'Orang itu, Calon Dewa yang merusak apapun dengan pukulannya! Jika aku terkena dampak serangannya, tubuhku bisa-bisa hancur lebur!'

Naraka : 'Aku harus memanfaatkan pertarungan mereka berdua dan menunggu salah satu atau bahkan keduanya lengah!'

Dengan posisi berlutut Naraka menyentuh tanah. Tak berapa lama tanah disekitarnya mengelilingi tubuhnya dan memadat. Diikuti rerumputan dan semak belukar yang membuatnya tak disadari sedikitpun.

Naraka : 'Dengan begini setidaknya aku bisa meredam daya ledak serangan pria tersebut jika ia melakukan serangan.'

Saberio maju perlahan kearah Rebella. Rebella yang merasa aneh dengan perubahan sikap Saberio yang lebih tenang kini semakin waspada.

"Dukkk..."

Rebella berhenti mundur karena menabrak sesuatu.

"Selesai sudah gadis kecil!"

Suara Saberio yang datang dari belakang telinga Rebella membuatnya sangat terkejut, sayang Saberio sudah mengunci leher dan tangan Rebella sesaat setelah berbicara.

Rebella : "Kau? Bagaimana bisa?"

Rebella terkejut karena melihat dua sosok Saberio dibelakang dan dihadapannya.

Saberio : "Aku berhasil membunuh seorang Calon Dewa dan mendapatkan kemampuannya. Huahahahahahaha!"

Rebella : "Kemampuan? Jangan-jangan Duplikasi?"

Saberio : "Cemaskan nyawamu gadis kecil!"

Rebella : "SIAL!!! LEPASKAN AKU HEWAN KEJI!"

Saberio yang berada dibelakang Rebella menarik leher Rebella perlahan. Tak terasa air mata merembes dari kedua pelupuk Rebella yang sadar hidupnya akan berakhir.

"Jangan Kasar dengan gadis kecil dong Bang Jago..."

Suara yang pernah didengar Naraka membuatnya merinding.

Naraka yang berhasil mengamati hingga detik-detik menegangkan kini lemas seolah tak ada harapan.

Naraka : "Pria itu..."

Baik Saberio dan Rebella menoleh kearah datangnya suara.

Saberio : "Mengganggu saja!"

Rebella merasakan secercah harapan dalam sesaat, namun melihat ekspresi Saberio yang berniat melanjutkan niatnya membuat gadis kecil itu kembali bergidik ngeri menanti ajalnya.

Masriz : "Akulah lawanmu Bayi!"

Seketika Aura mengerikan yang sempat dikeluarkannya dihadapan Naraka dan Yoke muncul kembali.

Saberio dan Naraka melotot merasakan hawa jahat yang menakutkan.

Kegelapan dan Dingin yang menusuk seolah mengelilingi mereka. Sosok Masriz menjadi begitu agung, tangguh, & mengerikan dihadapan mereka.

Saberio : "A... ap... apa-apaan ini!"

Tubuh Saberio tak disadarinya bergetar hebat, suaranya melemah dan putus-putus.

Masriz : "Menyerah saja, tubuhmu nggak akan sanggup melawan perasaan takutmu!"

Pandangan mata Masriz yang tajam dan dingin membuat mental Saberio semakin terguncang.

Air mata Saberio dan Rebella tak disadari mengalir karena rasa takut. Saberio memegang lututnya yang bergetar.

Saberio : "Ayo berdirilah! Jangan menyerah karena ini..."

Suara lirih Saberio yang terputus-putus membuat Rebella dan Naraka makin pilu.

Entah karena begitu kuatnya Intimidasi Masriz yang bisa membuat sosok setangguh Saberio menjadi merengek seperti anak kecil.

Atau malah perjuangan mental Saberio yang begitu kuatnya melawan tekanan mental dari Masriz.

Masriz : "Jika kau tak mau menyerah, aku akan membunuhmu sekarang juga!"

Sosok Masriz seolah berubah menjadi Pembunuh Berdarah dingin atau Malaikat Pencabut Nyawa yang bengis, kejam, dan tanpa ampun.

Nafas mereka sesak, ditambah tubuh yang menggigil dan bergetar ketakutan, bagaimana bisa sosok manusia biasa menimbulkan efek mental yang begitu dahsyat.

Jangan lagi. Mereka benar-benar lebih baik pergi saat ini juga, atau setidaknya bunuh saja saat ini tanpa rasa sakit. Jangan lagi ada siksaan mental seperti ini.