Selera memanggil nyaris semua Moderator yang ada di Louise Castle untuk memantau keadaan Awaland yang menggenting dari ruang Monitor.
Naruna : "Terjadi sesuatu hingga ada yang terlempar keluar dari dalam El D. Cave."
Veleon : "Itu adalah lokasi Hidden Moderator Vilxliv."
Mendengar hal itu Juan mendekat kearah monitor yang dimaksud.
Selera dan beberapa Moderator datang, masuk kedalam ruang monitor, dan menyusul Moderator lain memantau Private Island.
Tiba-tiba layar monitor yang memantau pulau itu padam.
Selera : "Apa yang terjadi?"
Naruna : "Bertepatan dengan sesuatu terjadi dari dalam El D. Cave hingga membuat sesuatu terlempar keluar. Setelah itu Monitor dan Penyadap suara tidak berfungsi."
Louise melihat semua Moderator.
Selera : "Sudah jelas itu kemampuan tuan..."
Louise : "Bagaimana dengan Kimochi, Selera?"
Sebelum Selera melanjutkan kata-katanya Louise memotong pembicaraannya.
Juan merasakan kejanggalan disitu.
Selera : "Dumstang bersamanya. Sepertinya mereka berniat mengawasi beberapa Teritori dari dekat."
Louise memejamkan mata.
Louise : "Tolong mulai sekarang semua Moderator berhati-hatilah dalam berkata-kata dan bertindak."
Selera dan beberapa Moderator mendengarkan Louise dan berhenti berbicara.
Louise : "Kondisi disini sudah berbeda dibanding sebelumnya. Jadi mengertilah dan bersikaplah seperlunya."
Semua Moderator mengangguk.
Juan mengernyitkan alis dan menajamkan pandangannya : "Jika Moderator ini sadar aku sudah ada disini. Ia memberi 'Petunjuk' kepada dua pihak sekaligus. Kepada para Moderator sekaligus kepadaku."
Sementara dibawah awan, dikedalaman tanah yang cukup dalam. Sesuatu bergerak dengan sangat cepat.
Naraka : "Dilihat dari pergerakan kita di Peta yang kau hasilkan dari Gulungan Undang-undang, pergerakan kita menuju target sepertinya cepat sekali."
Soraya : "Tidak juga..."
Naraka : "Berapa kecepatan pergerakan kita?"
Soraya : "Hanya 300 Km/jam."
Naraka : "Hey hey... itu lebih cepat dari kecepatan mobil balap Formula 1 di Bumi. Bagaimana bisa kita bergerak secepat itu tanpa guncangan dan benar-benar seperti tak bergerak?"
Soraya : "Kau pernah lihat proses tanah longsor diacara berita? Aku membuat tanah didepan dan sekitar kita terbelah dengan sendirinya.
Sedangkan tanah pijakan kita mendorong kita maju dengan cara menggeser kita kearah depan. Prinsipnya sama seperti menggeser Lemari yang berat dengan memberi alas berupa kain licin dibagian bawah lemari. Semakin licin pijakannya, semakin mudah dan cepat gerakannya."
Naraka mengangguk paham.
Soraya : "Sudah sampai! Sebentar lagi kita naik ke permukaan tanah."
Naraka tak sabar melihat Gulungan apa yang diincar oleh Soraya.
Di Desa para Werewolves Rebella tersadar dari tidurnya.
Para Werewolves menyambutnya sebagai pahlawan mengingat awal kedatangan Saberio merusak dan memporak-porandakan Desa.
Sementara Saberio yang juga kembali ke desa itu setelah Zahal melenyapkan pulau buatannya kini dibekuk dan dikurung oleh para Werewolves akibat perbuatannya sebelumnya.
Rebella : "Mendadak Bulan berubah fase dengan cepat dari Bulan Sabit ke Bulan Purnama, lalu kembali lagi ke Bulan Sabit?"
Ruichi : "Benar kak, hampir seluruh Werewolves petarung berubah wujud karena hal itu. Dan tiba-tiba ketika Bulan kembali seperti semula, kakak Rebella dan si 'Perusak' itu sudah ada disini lagi."
Rebella : "Baguslah... Terima kasih atas infonya Ruichi!"
Ruichi mengangguk dan tersenyum.
Tiba-tiba tanah bergetar hebat. Seluruh Werewolves terkejut dan tak bisa menjaga keseimbangan tubuh mereka.
Dihadapan Rebella getaran tanah makin kuat dan tanah dihadapannya perlahan-lahan memuntahkan sesuatu.
Naraka : "Akhirnya sampai juga!"
Bayi : "Apaan sih berisik sekali!"
Samarinda : "Hah? Dimana ini?"
Soraya keluar dari dalam lubang di tanah dan membersihkan pakaian rapinya dari debu. Pandangan Angkuh sekaligus Anggunnya menatap Rebella dengan dingin.
Soraya : "Salam kenal, Rebella."
Rebella terkejut dengan sapaan orang yang belum dikenalnya.
Rebella : "Jangan sok akrab, bebek!"
Soraya heran dengan tanggapan Rebella yang tak diduganya.
Soraya : "Begitukah sikapmu dengan orang yang baru kau kenal?"
Rebella : "Bodo amat! Kalau kau jauh-jauh kemari hanya untuk minta disanjung, balik saja sana!"
Naraka melihat dialog konyol itu dan merunduk malu, sementara Samarinda menahan tawa, Bayi malah tertawa terbahak-bahak.
Rebella : "Ngapain kesini bawa-bawa grup sirkus juga?!"
Naraka terlihat terbawa emosi ingin menghajar Rebella, Samarinda dan Bayi menahan tubuhnya sambil menahan tawa.
Soraya : "Apa kau tak sadar bagaimana aku bisa mengetahui identitasmu, Rebella?"
Rebella membelakangi Soraya : "Ya karena aku terkenal!"
Bayi : "Dasar Bocah sombong! Nyebelin banget!"
Bayi menjulurkan lidahnya kearah Rebella.
Soraya : "Aku bisa mengetahui nama, posisi, dan kemampuan 'Evasion' milikmu, Rebella."
Soraya menengadahkan lehernya, pose angkuh kebiasaannya.
Rebella berhenti berjalan.
Rebella : "Evasion... Bagaimana bisa kemampuanku kau ketahui, bebek!"
Rebella tiba-tiba sudah ada dibelakang Soraya.
Naraka dan Bayi menodong Rebella seolah mereka siap melakukan apa saja seandainya ia berani menyentuh Soraya.
Soraya : "Begini saja. Aku terpaksa memaksamu untuk ber-Negosiasi denganku, Sebagai gantinya aku akan banyak memberi informasi mengenai dunia ini kepadamu, Rebella."
Rebella : "Aku tidak tertarik. Aku bisa menyelesaikan Permainan ini sendiri!"
Ia tiba-tiba sudah kembali diposisi awal, dihadapan Soraya.
"BLAAARRRR!!!!"
"Apa-apaan ini??! Apa yang kalian lakukan dasar anjing hutan!"
Suara Saberio menggelegar bersama ledakan yang ditimbulkannya.
Semua Calon Dewa sudah mendengar suara Saberio sejak berada di pulau buatan Zahal dan dengan jelas mengenal suaranya.
Naraka : "Makhluk yang suka menghancurkan apapun itu ada disini?"
Bayi : "Pertarungan yang tak terhindarkan!"
Samarinda : "Bersiaplah, kita tak boleh lengah!"
Soraya mengangkat tangan kirinya : "Tak perlu gegabah, kita kesini hanya ingin ber-Negosiasi dengan mereka berdua."
Saberio keluar dari kurungan yang dibuat Werewolves.
Saberio : "Apa yang terjadi? Kenapa aku kembali ke sini?"
Saberio membentak tanpa tujuan, dan ketika ia sampai dihadapan para Calon Dewa, ia berhenti sejenak.
Saberio : "Apa ini ulah kalian?"
Saberio mengepalkan tangannya, siap untuk bertarung.
Soraya : "Tenangkan dirimu Saberio, aku hanya ingin ber-Negosiasi."
Rebella melipat tangan dan bersandar didinding melihat Saberio, Soraya, dan Calon Dewa lainnya.
Saberio : "Negosiasi? Jangan konyol! Bagiku hanya ada pertarungan!"
Suara Saberio muncul dari arah belakang dan mengejutkan Naraka, Bayi, dan Samarinda.
Saberio berhasil menangkap Naraka. Bayi dengan sigap menghentakkan kaki kirinya hingga tubuhnya melesat cepat kearah Saberio lalu dilayangkannya tendangan kearah dagu.
"Buakkk!!"
Saberio terdongak keatas karena tendangan itu.
Bayi : "Mundurlah Gorilla besar! Kalo bukan karena Soraya mau ngobrol denganmu, sudah kuhantam sekuat tenaga dan menghancurkan kepalamu!"
Saberio lain muncul dibelakang Bayi secara mendadak dan berhasil mendekap kedua tangan dan kakinya dari belakang.
Soraya : "Ia memiliki kemampuan 'Kehancuran', dan 'Generasi'. Saberio yang manapun memiliki kekuatan dahsyat, hanya saja energi yang dikeluarkannya sangat besar dan ia tak bisa bertarung dalam waktu lama."
Rebella : "Bebek sepertimu bisa membongkar kemampuannya dalam sekali lihat!"
Soraya memandang Rebella dengan angkuh : "Jika aku serius, aku bisa membunuh kalian berdua sekarang juga!"
Rebella : "Omong kosong!"
Gadis berkaos hitam dengan tubuh mungil itu masih tetap berdiri bersandar dinding dengan santai.
Soraya menggerakkan tangannya. Sesaat kemudian baik dirinya, Bayi, Naraka, dan Samarinda tiba-tiba mengenakan Masker tebal.
Seluruh Calon Dewa disitu terkejut.
Tiba-tiba muncul kepulan asap dari tangan kiri Soraya : "Ini adalah Sulfur tingkat tinggi. Terhirup sedikit saja kalian akan langsung berdiri kaku, dalam beberapa detik tanpa pertolongan, kalian akan mati seketika."
Saberio melepas Bayi dan melesat mundur dengan cepat. Rebella menjadi sangat waspada dan menjauh dari jangkauan Soraya.
Soraya : "Jangan membuatku mengulangi lagi, aku hanya ingin ber-Negosiasi!"
Rebella : 'Lari dari sini membuatku terlihat sangat memalukan, tapi kemampuan dan jumlah mereka membuatku sangat dirugikan...'
Saberio : "Bodoh! Aku lebih baik mati daripada bekerjasama dengan orang-orang seperti kalian!"
Saberio melesat kearah Soraya dengan sangat cepat hingga seketika kepalan tangannya sudah berada tepat diujung hidung perempuan berambut merah itu.
Di Padang Pasir Vadara.
"Jadi rupanya kau juga mengincar Gulungan yang sama?!"
Sikap tubuh Ratatta menjadi Waspada melihat dihadapannya berdiri seorang Calon Dewa, Snipy.
Snipy : "Tentu saja, melihat bahwa Gulungan yang ada didekat sini hanya Illusion, Adaptation, dan Reduction..."
Ratatta : "Apa? Bagaimana bisa?"
Snipy mengabaikan Ratatta dan berjalan masuk kedalam Bangunan berbentuk menara Obelisk.
Ratatta : "Hey jangan abaikan aku! Bagaimana bisa kau mengetahui kemampuanku?"
Snipy : "Jangan berisik atau aku akan membunuhmu dengan sekali gerak..."
Ratatta bergidik, namun sesaat ia mengingat ucapan Masriz untuk selalu melatih diri dan melampaui batas yang melemahkan kita.
Ratatta : "Lakukan sa..."
"BANGG!!!"
Dalam sekejap dengan suara senyap sesuatu menghantam dada kiri Ratatta, darah mengalir darisana.
Ratatta : "Kau... belum membunuhku. Kau gagal membunuhku dengan sekali gerak!"
Ratatta terlihat mulai mampu menahan sakit, tidak lagi rewel, mengeluh, dan menggerutu seperti awal pertarungannya dengan Naraka dan Pierre di Padang Pasir ini.
Snipy menelusuri ruang didalam menara Obelisk ini satu-persatu, Ratatta mengikutinya dengan langkah terburu-buru.
Snippy : "Ini dia, Boss pemilik Gulungan..."
Ratatta : "Ini... Anubis!"