Chereads / How To Be a God / Chapter 20 - Pertarungan Sengit Pertama

Chapter 20 - Pertarungan Sengit Pertama

Tak ada waktu bagi Soraya untuk menghindar. Secepat apapun perempuan pesolek yang rapi dan bersikap anggun itu mencoba mengelak, sepersekian milimeter lagi kepalan tangan Saberio menghantam hidung Soraya dengan kekuatan penghancur yang sangat kuat.

"CEPROTTT!!!"

Kepala Soraya pecah!

Semua orang disitu kaget, termasuk Saberio yang sepersekian detik sebelumnya tersenyum culas.

Saberio : "A..ap... apa?"

Naraka, Bayi, dan Samarinda sesaat lalu sudah bersiap mundur secepatnya dan mereka sekarang melesat mundur bertepatan dengan pukulan telak kearah kepala Soraya yang kini pecah.

Tangan Saberio lengket terkena sesuatu yang mengkilat, licin, dan itu membuatnya kehilangan keseimbangan karena terkejut ditengah serangan.

Soraya : "Karena aku menyadari kekuatan Kehancuran & Generasi milikmu, aku harus melakukan persiapan sebelumnya."

Saberio : "Sial! Apa yang kau lakukan barusan?"

Naraka : "Manusia Puding berbentuk mirip Soraya... Aku sendiri tidak sadar sejak kapan ia melakukan itu?"

Rebella : "Saat membuat gas asam sulfat...

Semua orang terkecoh untuk menghindari asap tersebut dan mendengarkan penjelasan tentang itu. Dan tak menyadari ia membuat langkah cadangan!"

Rebella memperlihatkan wajah serius dan berdiri tegak dari sandarannya didinding sebelumnya.

Soraya : "Jeli juga kau."

Soraya yang tiba-tiba muncul dibelakang Samarinda tersenyum sinis dan angkuh. Bagi Saberio itu adalah ekspresi paling memuakkan yang pernah dilihatnya.

Saberio berhenti bergerak. Tubuhnya mendadak mematung.

Samarinda : "Sepertinya mulai bereaksi!"

Bayi : "Hebat! Ternyata bisa menjadi seperti ini!"

Naraka : "..."

Soraya : "Berhadapan dengan Pria bersemangat sepertimu membuat kinerja Asam Sulfat ditubuhmu semakin cepat."

Samarinda : "Asam Sulfat dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari 85% memiliki kemampuan Korosif yang berbahaya."

Soraya : "Sayangnya... Sayang sekali aku tidak bisa menolongmu.

Aku tidak membunuhmu. Kaulah yang dengan sembrono menyerangku tanpa pikir panjang."

Mereka semua melihat tubuh Saberio menggeliat, Suaranya tersedak seperti orang kehabisan nafas.

Menara Obelisk, Padang Pasir Vadara.

Snipy dan Ratatta mundur, bergerak kesana-kemari menghindari tombak-tombak yang melesat kearah mereka.

Ratatta : "Mengerikan... eh... Menantang sekali! Dia bisa memunculkan tombak-tombak yang jumlahnya puluhan secara tiba-tiba seperti sihir pemanggil!"

Snipy melihat kearah Manusia berkepala Anjing hutan dengan Kain Sutera dan rajutan perhiasan menutupi pinggang hingga pergelangan kakinya. Matanya yang Bulat, Besar dan pandangannya yang Tajam terlihat serius meneliti targetnya.

Snipy : "Jadi ini Anubis! Dilihat bagaimanapun tetap terkesan bahwa ia hanyalah Ilusi! Tapi melihat dampak serangan tombaknya yang bisa menghancurkan permukaan pasir yang kami pijak..."

Ratatta dan Snipy kembali menghindari gelombang tembakan tombak berikutnya.

Snipy menembakkan sesuatu dengan telunjuk kanannya.

Dengan cepat sesuatu menghantam dahi Anubis tersebut namun tidak berefek apapun.

Snipy memasang wajah lebih serius, yang lebih cocok terkesan melotot daripada mengerutkan dahi.

Ratatta yang bergerak pasif tidak berdampak apapun pada pertarungan ini.

Anubis kembali melesatkan lebih banyak Tombak namun semuanya terpusat pada Snipy.

Ratatta : "A...awas!!!"

Snipy : "Tak masalah, aku yakin ini adalah ilu..."

"Jlebbb... Jlebbb Jlebbbb... jlejlebbbb jlebbb!!!"

Snipy terlambat menghindar, tubuhnya tertembus beberapa tombak. Darah mengucur deras, tubuhnya tumbang.

Ratatta terbelalak, ia mematung melihat seseorang tergeletak didepannya untuk kesekian kali.

Ratatta : "Ugh... Tuan, apa yang harus aku lakukan?l

Pemuda berpakaian serba terbuka dan santai itu kini berusaha mengingat seseorang dan apa saja pesan yang disampaikannya.

Louise Castle, tempat beberapa Moderator berkumpul.

"Gila! Dalam sekejap terjadi pertarungan dibeberapa tempat!"

Selera menunjukkan wajah gemas sembari menonton monitor.

Beberapa Moderator lain tak kalah gemasnya dengan Selera. Ada yang mengelus dada, adapula yang menggigit jari, dan beberapa Moderator dingin seperti Louise tak terlalu terkesan.

Juan : "Wah-wah, seru juga ya pertarungannya, tapi lebih seru lagi kalo aku bersabar hingga seluruh informasi kemampuan Calon Dewa sepenuhnya kuketahui."

Juan duduk diatas meja tempat beberapa monitor disandarkan. Sepertinya mereka lupa beberapa hal yang sebelumnya serius mereka bahas.

Di desa para Kyuubi, akhirnya Brunott terbangun. Ia melihat Tamasha masih seru 'Memainkan' Gulungan Undang-undang Dasar miliknya.

Brunott : "Tamasha, sebetulnya seberapa banyak informasi yang bisa kau dapat hanya dari Gulungan itu?"

Tamasha dengan wajah cerah menoleh kearah Brunott : "Rupanya kita bisa memaksimalkan Informasi yang kita cari dengan mempergunakan Kemampuan kita terhadap Gulungan ini sendiri!"

Ekspresi gemasnya membuat ia tak malu mencubit pipi Brunott.

Brunott : "Aku tak begitu paham kata-katamu?"

Tamasha : "Kemampuan Gratifikasiku kugunakan kepada Gulungan ini sendiri, agar benda ini dengan mudah menunjukkan kepadaku Informasi yang kuinginkan dengan 'Mudah & Gratis'!"

Brunott mendengarkannya dengan baik.

Tamasha : "Brunott? Ada apa? Tak biasanya wajahmu seperti itu?"

Brunott tersentak kaget : "Tak apa Macha... aku hanya tidak sabar menantikan akhir dari ini semua."

Tamasha tersenyum : "Semua Informasi! Se-mu-aaa! Semoga saja belum ada yang terpikirkan, ah... bahkan semoga saja tidak ada yang terpikirkan tentang ini!"

Tamasha kembali mencubit pipi Brunott dengan rasa gemas, Brunott tersenyum meringis menahan perih.

Tamasha : "Baiklah Brunott! Semakin mudah langkah kita sekarang, bahkan aku bisa membuka akses bagaimana pergi ke Map, memulai Quest, dan kelemahan Boss dengan cara cepat!"

Brunott : "Bagus! Ayo kita mulai berangkat."

Tamasha berdiri dari posisi duduknya.

Brunott dengan cepat menegakkan badan.

Tak lama tubuh Tamasha oleng.

Gadis berselimut handuk itu jatuh mendadak.

Brunott : "Macha? Tamasha?!!"

Sebuah kota yang masih begitu gelap walau fajar sudah menyingsing. Bukan karena tertutup awan mendung atau terlambatnya matahari terbit. Tapi karena cahaya matahari tertutup oleh seluruh gedung yang tingginya nyaris mencakar langit.

Begitu padat dan rapatnya bangunan di kota itu hingga sinar matahari tak dapat menembus bagian dasar kota itu.

Yoke berjalan didalam kegelapan kota tersebut. Kota tempat awal ia terpanggil kedalam Awaland.

Yoke : "Kota unik ini tidak memiliki transportasi. Sebagai gantinya ada Lift Vertikal dan Horizontal yang dapat bergerak dengan kecepatan sesuai kontrol penggunanya. Namun Lift horizontal yang membuat kita bisa melintasi jarak hanya dapat diakses setelah naik ke tingkat tertentu didalam gedung.

Yoke akhirnya cukup beruntung memasuki salah satu gedung yang memiliki pintu dibagian dasar bangunannya dari sekian banyaknya gedung tak berpintu.

Sementara di Padang Vadara yang luas, cukup jauh dari posisi Ratatta, Snipy, & Anubis.

Pierre : "Kejam sekali dia. Bisa-bisanya dia meninggalkanku dengan luka seperti ini di Padang Pasir."

Pierre bangkit berdiri dari duduknya dan mencoba melanjutkan perjalanan.

Pierre : "Angin di Padang Pasir jam segini tidak begitu kencang dan masih menyisakan jejak kakinya."

Pierre melihat kebawah dan depan sepanjang jejak kaki yang membekas cukup dalam dengan pola sepatu yang mudah diingatnya.

Kembali ke suatu pulau terpencil yang kecil, Private Island.

Zahal menyentuh dada kirinya dengan tangan kanan. Seperti biasa ia memunculkan sosok mirip dirinya yang kini melayang diudara.

Zahal : "Z! namamu Z! Kau memiliki kemampuan Manipulasi dan Intelektual sama kuat denganku, namun aku mematikan perasaanmu, obyektifitasmu adalah memaksimalkan kemampuan Manipulasi dan Intelektualmu untuk membunuh Makhluk didepan, Phoenix bernama Vilxliv, dan jangan biarkan ia beregenerasi dan hidup kembali!"

Zahal terlempar mundur beberapa meter bersamaan dengan melesat majunya sosok Z yang baru saja dimunculkannya.

Z dengan sangat cepat melesat maju kearah Vilxliv. Phoenix itu tampak gesit dan bersiap menyambutnya.

Sayap Vilxliv tiba-tiba berhenti ditengah kepakannya diatas laut. Sesuatu menghalangi pergerakan sayapnya sekaligus menahannya tetap melayang di udara.

Zahal : "Permainan Udara ya... Bagus, sejauh mana Duplikasi ini berkembang jika aku menghilangkan idealisme dan perasaannya sudah terhitung. Sekarang kita terapkan teorinya."

Zahal melayang diatas laut menyaksikan Duplikatnya, Z bertarung mempersempit jarak terhadap Vilxliv.

Vilxliv menengadahkan leher, urat lehernya naik turun seperti seseorang yang berusaha bernafas dengan lancar.

Z menurunkan tangan kanannya dengan cepat. Seketika itu Vilxliv terbanting kedalam lautan dan menimbulkan percikan, bahkan ledakan air yang hebat karena benturan tubuh Vilxliv dengan permukaan air laut.

Vilxliv tenggelam dengan sangat cepat kedalam laut. Tubuhnya menggeliat semakin kencang karena Z menenggelamkannya semakin dalam.

Z berhenti setelah menyadari berhentinya pergerakan Vilxliv.

Zahal melihat dan menunggu pergerakan Z untuk beberapa saat.

Z tampak melemaskan tangannya. Sikap tubuhnya mengendur namun tak melepaskan fokusnya terhadap kedalaman air.

Seketika Zahal bereaksi dengan cepat ketika Z merubah arah pandangannya kearah Zahal.

Zahal melesat dengan cepat keatas menyadari sesuatu bergerak kearahnya dengan cepat dan pastinya itu adalah Vilxliv.

Beberapa Monitor didalam ruang Monitor di Louise Castle padam satu-persatu.

Selera : "Apa yang terjadi?"

Naruna : "Terjadi gangguan?"

Veleon : "Tuan Zahal melepaskan pengawasannya terhadap beberapa daerah."

Louise : "..."

Louise memejamkan matanya setelah mendengar ucapan Veleon.

Dengan wajah mantap dan yakin Juan mengangguk : 'Zahal...'

Juan : "Jadi Calon Dewa bernama Zahal ini yang punya kemampuan untuk mengawasi dan menonaktifkan pengawasan didunia ini."

Louise : "Huft... Sepertinya begitu susahnya menjadi Moderator yang bisa menahan diri dari bicara yang tidak perlu."

Veleon dan beberapa Moderator lainnya mendadak tenang dan tidak berkomentar.

Juan tak mempedulikan ucapan Louise dan terus melihat kearah Monitor-monitor yang padam.

Vilxliv meluncur cepat kearah Zahal yang beruntung sudah sigap dengan perubahan wajah Z.

Z sepertinya menahan laju Vilxliv kearah Zahal.

Zahal menggenggam tangannya kedepan.

Tubuh Vilxliv berhenti sejenak di udara sekejap setelah kecepatan meluncurnya berkurang.

Vilxliv : "Dua orang dengan kemampuan Manipulasi yang merepotkan sekali... Ugghh..."

Ia berusaha bergerak namun dengan Tekanan Udara yang kuat dari atas Zahal mendorongnya kebawah.

Permukaan laut terbuka lebar dengan kecepatan yang luar biasa. Membuat permukaan pantai naik.

Ketinggian air laut meningkat drastis dengan cepat seiring semakin lebarnya permukaan laut yang terbuka dibawah posisi Vilxliv saat ini.

Diseluruh daratan di dunia, permukaan pantai naik dan menimbulkan gelombang pasang yang menenggelamkan pantai dengan cepat.

Dibawah Vilxliv akhirnya menganga lubang bumi hingga terlihat dasar laut yang mulai terbuka sedikit-demi-sedikit. Karena kedalamannya cahaya dari aktifitas perut bumi terlihat hanya setitik dan melebar perlahan.

Vixliv didorong jatuh. Zahal melepas kedua tangannya dan menoleh kearah Z yang fokus melihat Vilxliv.

Zahal : "Aku harus berkonsentrasi lebih banyak disekitar sini dan menonaktifkan pengawasan dibeberapa daerah."

Zahal melayang sedikit lebih tinggi : "Diluar dugaan, Boss dengan kapasitas Hidden Moderator punya kekuatan seperti ini."

"Selain meregenerasi luka, ia bisa bangkit dari kematian."

"Terlepas dari itu, Z punya rekaman pengalaman bertarung yang baik.

Juga memiliki kekejaman tak diragukan karena aku menghapus perasaannya."

"Haha... Ngeri juga jika membayangkan harus mengalahkan lawan seperti itu."

Dasar lautan terbelah sangat lebar hingga aktifitas perut bumi terlihat cukup jelas dari posisi Zahal.

Disaat yang sama air laut meluber, menenggelamkan pulau-pulau kecil dan nyaris menenggelamkan sebagian besar daratan.

Dunia seperti nyaris diambang kehancuran.