"Negosiasi apa yang kalian maksud?"
Soraya, Naraka, Bayi, dan Samarinda terkejut dan mengambil ancang-ancang waspada setelah mendengar suara Saberio dari arah salah satu rumah penduduk Werewolves.
Para Werewolves sepertinya tak ingin terlalu ikut campur urusan para Calon Dewa.
Ruichi : "Melihat pertempuran mereka seperti itu, jika kita tidak bekerja sama atau berada dalam mode Beast, tak mungkin kita mengalahkan satu apalagi mereka semua."
Werewolves muda itu mengobrol dengan beberapa teman Werewolves yang menyaksikan kejadian itu.
Soraya : "Jadi barusan adalah salah satu kemampuanmu. Dan sekarang apa yang membuatmu berubah pikiran?"
Mereka melihat tubuh Saberio yang sebelumnya terkena efek korosif Asam Sulfat masih tergeletak didekat mereka.
Saberio muncul dari balik pemukiman warga.
Saberio : "Posisiku tidak menguntungkan jika terus bertarung dengan kalian. Ketika energiku habis, belum tentu aku bisa mengalahkan kalian semua sekaligus."
Saberio maju dengan langkah mantap menjaga jarak dengan Bayi yang sekarang berada kira-kira 11 meter darinya, jarak dari Saberio dan Bayi adalah yang paling dekat diantara teman-temannya yang lain.
Bayi : "Sepertinya seru bertarung denganmu pak tua! Kau kuat!"
Samarinda : "Kau ini, saat seperti ini adalah saat dimana kak Soraya bicara, jangan mengambil alih!"
Bayi : "Kau sendiri malah sibuk menasehatiku! Berisik ah!"
Naraka : "..."
Rebella : "Bebek sepertimu mau saja bertahan dengan grup sirkus seperti mereka..."
Soraya menepuk dahi dan berbisik pelan : "Tidak bisakah kalian membuatku sedikit lebih bermartabat..."
Saberio : "Selain itu aku tak punya pilihan untuk mundur dan lari."
Saberio berjalan mendekat.
Saberio : "Jika tawaranmu menarik dan menguntungkan, aku takkan berpikir dua kali untuk setuju."
Bayi dan Samarinda merapat, Naraka menatap Saberio semakin dalam dan tajam.
Rebella memperhatikan mereka semua dengan teliti dan hati-hati.
Soraya : "Aku ingin bertanya seberapa besar keinginan kalian untuk menjadi pemenang dalam permainan ini?"
Wanita anggun itu menoleh ke Saberio dan Rebella secara bergantian, menunjukkan maksud obrolannya berlaku untuk kedua pihak.
Saberio : "Begitu inginnya aku menang hingga tak masalah bagiku untuk bekerja sama denganmu!"
Naraka : "Sebegitu besarnya egomu hingga menurutmu bekerjasama dengan orang lain itu rendah?"
Soraya dan Samarinda saling melirik. Sepertinya hanya dua orang perempuan ini yang saling memahami satu dengan lain.
Saberio melihat pergerakan tanah dan rerumputan disekitar Soraya dan Samarinda, membuatnya ragu untuk maju mendekati mereka.
Soraya : "Aku tidak merasakan gelagat menyerah darimu. Dan kuharap kau membuat keputusan bijak dan hati-hati."
Saberio memperkuat tubuhnya hingga Bayi yang memiliki penglihatan dan pendengaran yang diperkuat melotot.
Bayi : "Suara detak jantungmu semakin kencang. Pergerakan otot dalam tubuhmu sampai bisa terdengar jelas.
Kau menghimpun banyak tenaga! Jangan macam-macam!"
Disaat yang sama di Padang Pasir Vadara.
Snipy terjatuh dengan tubuh bersimbah darah dan tusukan-tusukan tombak menancap ditubuhnya.
Ratatta melihat Snipy dengan rasa ngeri yang muncul setelah beberapa kali melihat hal serupa didepan matanya.
Ratatta : "Ayolah Ratatta, jangan jadi pengecut... Ingatlah 'pria itu' dan jadilah kuat!!!"
Ratatta berusaha tenang dan berpikir jernih.
Ia menatap Anubis dan melangkah maju dengan mantap.
Anubis menembakkan hujan Tombak lagi dengan cepat kearah Ratatta.
Ratatta : "Dengan kemampuan Adaptation, aku akan membongkar triknya, jika ini Ilusi yang bahkan bisa membentuk rasa sakit yang nyata maka dengan kemampuan Reduction, aku akan mengurangi rasa sakitnya!"
Tubuh Ratatta tertusuk beberapa tombak.
Ratatta : "Ternyata benar, ini adalah Ilusi yang bahkan membuat banyak orang menerima penglihatan, pendengaran, dan kesan yang sama disaat bersamaan, hingga membentuk rasa sakit dengan menstimulasi otak."
Ratatta berlari kearah Anubis dengan cepat :
"Setelah bisa meredam rasa sakit, kini kemampuan Adaptasiku akan membongkar wujud aslimu!"
Ratatta tersenyum kaget setelah kemampuannya tersebut aktif.
Ia semakin kencang berlari kearah Anubis yang tak mundur sedikitpun.
Anubis mengeluarkan Sabit raksasa seketika, ketika berada dalam jarak serang sabitnya terayun menebas Ratatta.
Ratatta merunduk menghindar dan meluncur cepat kearah kaki Anubis.
Ratatta : "Kena kau!"
Sosok Anubis hilang. Ratatta memeluk Mummy yang tergeletak di tanah.
Ratatta : "Didalam tubuh mummy ini terdapat Gulungan 'Illusion' yang memunculkan ilusi nyata yang mensugesti kelima indera manusia secara sempurna!"
Gulungan Undang-undang keluar dari tubuh mummy itu dan diserap oleh Ratatta.
Ratatta : "Hebat! Luar biasa! Mengetahui dan Membongkar trik dalam permainan ini terasa begitu memuaskan!"
Ia melonjak kegirangan.
Ratatta : "Rupanya ada kepuasan tersendiri ketika berhasil memaksimalkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah."
"Bisa sejauh ini melangkah di dunia yang tak kukenal. Jika bukan arahan dan ilmu dari beliau mungkin aku tak bisa berkembang sejauh ini."
Ratatta mengingat sosok Masriz yang membaginya ilmu dan nasehat untuk bertahan hidup disini.
Cahaya pagi yang hangat masuk kedalam celah-celah jendela rumah panggung khas Jepang. Desa Himawarigakure tempat tinggal ras Kyuubi yang sedikit namun damai. Rumah-rumah disana memiliki desain yang sama seperti rumah panggung tradisional Jepang di Bumi para Calon Dewa.
Brunott melihat dari luar fusuma sebuah kamar.
Naruna : "Ia kelelahan karena terlalu keras berpikir nak."
Naruna menoleh kearah Brunott yang bersimpuh didekat fusuma yang setengah terbuka.
Brunott : "Apakah ia akan segera sadar?"
Naruna : "Sebaiknya sekalipun sadar ia tidak beraktifitas berlebihan supaya tidak mati."
Brunott : "Nek, kata-kata mati itu terlalu berlebihan."
Naruna : "Oh iya, maafkan aku. Semoga besok ia tidak jadi mampus!"
Brunott : "Kenapa disaat seperti ini ekspresi wajah dan intonasimu dingin dan kejam sekali nek..."
Naruna : "Ah, maaf-maaf... Aku tidak pandai merangkul kata-kata."
Brunott : "Merangkai nek, bukan merangkul."
Naruna : "Kenapa kau cerewet sekali, sebetulnya yang nenek-nenek itu kau atau aku bambang!"
Brunott : "Namaku Brunott nek bukan Bambang..."
Naruna melempar Geta kearah Brunott dengan emosi.
Brunott menghindarinya dengan berdiri : "Ya Tuhan kenapa kau kirim aku ketempat yang salah..."
Naruna mengejar Brunott dengan emosi.
Juan ditempat para Moderator mengawasi Awaland di ruang monitor.
Juan : "Lho itukan Moderator nenek-nenek ini? Kenapa ia bisa berada ditempat yang beda?"
Juan terkejut melihat Naruna di tempat yang berbeda disaat yang sama.
Naruna yang ada dihadapannya dan juga di monitor, ditempat Tamasha beristirahat di Himawarigakure.
Juan : "Apa rahasia yang ada didalam sistem Permainan menjadi Dewa ini sebenarnya?"
Soraya dan Samarinda mengangguk persis sepersekian detik setelah Soraya melihat pergerakan kaki Saberio.
Jauh dibelakang Saberio, berseberangan dengan posisi Soraya dan Samarinda, terlihat sebuah pohon besar yang jauh dari rumah para Werewolves yang sudah sejak tadi diperhatikan oleh Soraya dan Samarinda.
Saat Saberio melesat dan mengayunkan tangannya dengan kuat, saat itu juga Samarinda dan Soraya mengaktifkan kekuatannya.
Saberio berpindah kearah berlawanan dan kini membelakangi Soraya dkk. Menghantam pohon besar yang sejak tadi diperhatikan Samarinda.
Tanah dibelakang Saberio naik setinggi lebih dari 3 meter membentuk dinding tebal yang menjadi pemisah antara Saberio dengan Soraya dkk. beserta Rebella dan para warga Werewolves dibelakang mereka.
"BLAAAAAARRRRRRRR!!!!!"
Terjadi ledakan dahsyat yang menghancurkan Pohon dihadapan Saberio hingga beberapa puluh Kilometer kedepan.
Untungnya Saberio mengerahkan dan mengarahkan tenaganya membentuk alur kedepan. Seperti yang dilakukannya pertama kali saat kedatangannya ke Aoryu Akagakure ini dan meluluhlantakkan desa dengan serangan-serangannya.
Hempasan ledakan itu teredam cukup kuat berkat dinding tanah yang dibentuk Soraya.
Rebella mengarahkan para Werewolves untuk mundur sejauh mungkin.
Soraya : "Sekarang Bayi!"
Bayi mengangguk dan melesat kearah Dinding tanah yang dibentuk Soraya. Sesaat kemudian dengan kemampuan 'Creation' yang dipinjam Soraya dari Naraka, ia membelah Dinding tanah ciptaannya sehingga Bayi dapat menerobos dan melesat kearah Saberio yang kini berdiri kelelahan melihat serangannya salah sasaran.
Bayi menendang lutut kiri Saberio hingga membuatnya berlutut. Lalu menarik tangan kanannya kebelakang hingga membuat lengannya terkunci.
Saberio : "Ugh..."
Soraya : "Bagus... Selesai sudah. Kau adalah Saberio asli, bukan kloningan dari kemampuan 'Generasi' milikmu."
Naraka dan Samarinda memandang Soraya cukup lama.
Naraka : "Jadi ini kombinasi kemampuan dan koordinasi yang dikuasai oleh Calon Dewa yang memiliki Intelektual sepertimu."
Samarinda : "Tak salah kami bernegosiasi denganmu kak Soraya."
Rebella mendekati Soraya dari belakang setelah menenangkan para Werewolves.
Rebella : "Baiklah, dari caramu melindungi desa ini aku setuju bekerjasama denganmu..."
Soraya yang masih membelakangi Rebella dan tersenyum puas, menengadahkan kepalanya dengan anggun seperti biasa.
Soraya : "Apa Kesepakatan kita kali ini, Rebella?"
Rebella : "Aku ingin melindungi seluruh Ras didunia ini dari pertikaian dan Calon Dewa serakah yang merusak.
Untuk itu aku mau rekan Calon Dewa yang bisa bekerjasama denganku untuk ikut membantu ras 19 yang kutemui perlahan-lahan."
Soraya membalikkan badan : "Baik, jika aku menyanggupi itu, kuharap kau juga mau menyanggupi syarat dariku!"
Soraya menyodorkan tangan kanannya untuk bersalaman dengan Rebella.
Rebella : "Apa itu?"
Soraya : "Aku ingin kau membantuku sebagai pemimpin pasukan pertahanan ras! Dengan itu kau bisa memimpin sekaligus melindungi ras manapun yang kau mau!
Tentu saja kita akan saling berkoordinasi untuk mengatur strategi bertahan ataupun menyerang balik lawan yang mencari masalah.
Entah itu dari Ras lain, ataupun dari Calon Dewa lain!"
Rebella dengan mantap menjabat tangan Soraya.
Rebella : "Bagus, kita sepakat!"
"Awas, ada Tsunami!"
Beberapa Werewolves berteriak melihat ombak yang menggulung tinggi.
Soraya : "Astaga! Ombak setinggi itu datang dari arah pantai!"
Samarinda : "Dari ketinggiannya, Ombak itu bisa menyapu rata daerah ini Soraya!"
Naraka : "Itu bisa sampai kesini dalam waktu kurang dari 5 menit! Evakuasi penduduk!"
Soraya : "Tidak... itu akan menyapu tempat ini dalam hitungan puluhan detik!"
Soraya mengambil nafas panjang dan menengadahkan leher : "SEMUANYA BERLUTUT DAN BERPEGANGAN TANGAN! AKU AKAN MENAIKKAN DARATAN INI SEBELUM TERSAPU GELOMBANG LAUT!!!"