Senja tiba. Himawarigakure, Desa para Kyuubi, cahaya Jingga membuat dedaunan yang terkesan berwarna ungu terlihat makin eksotis. Kunang-kunang berterbangan menyambut gelapnya malam.
Gadis berselimut handuk terbangun dari istirahatnya. Kini ia tak lagi berselimut handuk, tubuhnya dibalut selimut hangat didalam ruangan dengan lentera tradisional.
"Aku ketiduran? Mereka sampai menyelimutiku begini."
Tamasha bangun, terduduk bersimpuh melihat sekeliling.
Tamasha : "Langit mulai senja, aku tertidur cukup lama."
Brunott dari luar Fusuma : "Itu porsi tidur manusia normal, Macha.
Kau terlalu memaksakan diri disini, di permainan ini."
Tamasha menoleh kearah Fusuma, arah datangnya suara : "Masuklah Brunott, aku sudah mendingan."
Brunott : "Kata Naruna kau masih harus istirahat sampai besok."
Tamasha : "Bukannya ketika awal bertemu Naruna kau bilang bahwa para Kyuubi tidak bisa dipercaya."
Brunott : "Sudahlah pokoknya kau harus istirahat dulu."
Tamasha berdiri dan merapikan Selimut yang menyelimutinya. Tak lama ia mengeluarkan Gulungan Undang-undang Dasar miliknya.
Tamasha : "Gulungan Undang-undangnya sudah banyak berkurang lagi. Ketika aku istirahat Calon Dewa lain bekerja keras menyelesaikan ini."
Ia berjalan kearah fusuma dan membukanya. Brunott terlihat duduk santai ditengah lorong diantara dua ruangan.
Tamasha : "Ini tak bisa dibiarkan, kita harus mendapatkan Gulungan yang penting sebelum Calon Dewa lain menemukannya."
Tamasha menggerakkan jarinya naik turun.
Tamasha : "Kuharap cara ini berhasil."
Tamasha mengajak Brunott beranjak.
Brunott : "Kemana kita sekarang Macha?"
Tamasha : "Mencari Naruna."
Brunott : "Naruna ada... "
Belum sempat menyelesaikan kata-katanya, Tamasha menarik lengan Brunott.
Mereka menyusuri rumah tradisional itu. Brunott melihat partnernya berjalan sambil mengecek Gulungan.
Brunott : "Kau menggunakan Gulungan itu untuk mencari Naruna?"
Tamasha mengangguk singkat.
Melalui beberapa belokan ruang dan lorong, Tamasha membuka sebuah fusuma yang mengarah ke ruangan yang cukup luas.
"Sudah bangun nona Tamasha?"
Sosok Kyuubi berwujud nenek tua yang tak asing menyapa Tamasha.
Tamasha : "Aku sudah cukup sehat. Naruna, kau Moderator di Awaland ini, dan tugasmu membantu Calon Dewa bukan?"
Naruna : "Benar sekali nona, tapi ada batasan bantuan yang bisa kami lakukan untuk Calon Dewa."
Tamasha : "Aku ingin kau dengan wujud aslimu mengantarku ke... ."
Sementara di Aoryu Akagakure.
Saberio terbangun. Kedua tangannya terbelenggu di belakang punggung. Kedua kakinya terpasung. Rangkaian Rantai yang mengkilat seperti logam membelenggu pergerakan tangan dan kakinya. Sebuah Apel merah segar mengganjal mulutnya, sementara perban membalut kencang menutupi mulutnya yang menganga karena terganjal Apel.
Wajah pemuda kekar itu memerah. Disekitarnya terlihat beberapa pria bertelinga Serigala memperhatikannya dengan tatapan serius.
"Yang mengikat seluruh tangan dan kakinya adalah material ciptaan kak Soraya sendiri. Merge dari logam mulia tahan panas dan getah pohon tertentu yang bersifat elastis."
Samarinda mengamati Saberio dari gawang pintu ruang Isolasi Saberio.
Padang pasir Vadara.
"Nah-nah, pada akhirnya kau mengejarnya. Dan sekarang lihat hasilnya."
Pierre dan Snipy berlutut di tengah Padang Pasir.
Snipy : "Diamlah, jika tak bisa membantuku, setidaknya jangan merecoki."
Dua Calon Dewa itu terhambat badai pasir yang kencang.
Pierre : "Jiahahaha, kemampuannya meningkat pesat dalam waktu singkat. Menarik sekali!"
Dibalik badai pasir sebuah siluet pria yang tak asing lagi. Dengan kaos oblong dan celana boxer. Ratatta.
Pierre : "Alur Badai Pasir yang diciptakannya benar-benar tak beraturan, tak membentuk pola 'Rotasi' yang bisa kukendalikan dengan kemampuanku.
Bagaimana bisa berkembang sedrastis itu dalam beberapa jam, pecundang ini, jiahahahaha!" Pierre memperkuat pijakan dan tumpuan kakinya menghadapi Badai Pasir yang kencang.
Snipy : "Sudah kubilang, ilusi ini berada dilevel yang berbeda ketika seluruh Panca Inderamu merasakan kesan kuat yang terbentuk."
Tubuh mereka berdua terseret dan terdorong ke belakang. Pierre berusaha membuka mata, namun sama seperti Snipy, debu dan pasir yang berterbangan mempersulit penglihatan mereka.
Ratatta : "Aku sudah belajar untuk tidak lagi lari dari pertarungan!"
Wajah Ratatta perlahan berubah menjadi serius : "Itu artinya, sampai kalian menyerah, atau sampai ada pihak yang kalah. Aku akan terus bertarung!"
Cahaya Merah sudah hilang. Penampakan Bulan Sabit dan gemerlap Bintang mulai menghias seluruh langit yang meredup.
"Perutku lapar sekali."
Juan memegangi perutnya. Sementara beberapa Moderator yanh tadinya mengamati ruang monitor beranjak pergi satu persatu.
Juan melangkah keluar ruangan Monitor yang pintunya tak pernah tertutup rapat.
Melintasi beberapa koridor, ia kembali ketempat semula ketika ia bergelayutan dipunggung Kimochi, Ruang makan.
Juan : "Nah 'kan benar saja! Saat makan malam seperti ini pasti tersaji makanan!"
Ia bergegas berlari menuju meja makan panjang yang disetiap sisinya berjajar kursi yang tertata rapi sedemikian rupa dan menyantap satu-persatu hidangan yang ada di meja.
Sementara itu, beberapa orang yang menyadari suatu keganjilan, menatap keatas langit diluar bangunan. Tamasha dan Brunott yang menunggangi Rubah berekor Sembilan setinggi Kuda Shire Jantan. Yoke berjalan bersama Verne, Wicke, dan Gimme. Masriz yang disambut oleh seorang Dwarves diluar Gubuk ditengah Hutan Pinus yang diterpa Badai Salju.
Mereka bertiga melihat kearah langit bersamaan. Menyadari pergerakan Awan Gelap yang sangat cepat.
Tamasha : "Jatuhnya Vilxliv dan Terebutnya 'Ressurection' memicu 'Event' lainnya."
Yoke : "Kekalahan Vilxliv memicu 'Event' lainnya"
Masriz : "Event yang terpicu karena Bocah itu..."
Selera dan Louise berdiri di luar Louise Castle, mereka melihat kebawah dimana awan berada lebih rendah daripada posisi istana Louise.
Selera : "Awan Hitam ini pertanda Quest 'Dragon Nest' dimulai ya?"
Louise : "Ya... Calon Dewa yang tidak siap akan 'Tergilas' pada 'Event' ini."
Selera melihat kebawah dengan wajah gugup, sementara Louise tak bergeming dengan raut wajahnya yang datar dan tatapan dingin.
Aoryu Akagakure. Bayi bersama Ruichi, Kenichi, dan Hoichi melihat kejanggalan langit yang tertutup Awah Hitam yang pekat.
Bayi : "Apa bakalan Hujan ya?"
Ruichi : "Biasanya jarang hujan disini. Banjir bandang seperti tadi saja tak pernah terjadi."
Bayi : "Kenapa aku jadi merasa aneh ya? Apa perlu Soraya kubangunkan?"
Ruichi : "Sudahlah kita keliling lagi. Nggak bakal terjadi sesuatu kok! Kalian berempat Calon Dewa yang kuat, pasti aman!"
Bayi merasa sedikit tenang dengan ucapan Ruichi. Keempat Bocah kecil itu berjalan bersama disekitar Aoryu Akagakure.
Padang Pasir Vadara.
Pierre : "Apa kau nggak bisa melakukan sesuatu dengan 'Specification' milikmu?"
Snipy : "Ilusinya benar-benar mengacaukan Konsentrasi."
Pierre : 'Itu sebabnya ia harus bergerak sendirian dan sembunyi-sembunyi. Ia memerlukan Konsentrasi dan Fokus untuk kemampuannya. Dan dengan alasan itulah ia tidak bisa bertarung dimana resiko Konsentrasinya terganggu sangat besar.'
Pijakan Snipy dan Pierre mulai goyah. Kaki mereka gemetar.
Snipy : 'Pandanganku mulai..."
Pierre : 'Melakukan Rotasi untuk menukar posisi tak bisa terpenuhi karena posisi target tak terlihat dengan jelas dengan badai pasir yang mengganggu penglihatan ini.'
Pierre : "Kemampuan 'Illusion' ini benar-benar mengacaukan 'Kemampuan yang membutuhkan kepekaan Panca Indera..."
Pierre menoleh kearah Snipy. Snipy menopang tubuhnya dengan kedua tangan dan kakinya. Energinya sudah sampai pada batasnya.
Ratatta : "Menyerahlah, dan jangan pernah menggangguku lagi."
Dengan kecepatan 355 Kmph, Tamasha merunduk, Brunott dibelakangnya memegang bulu Kyuubi erat-erat.
Tamasha : "Jadi, 'Quest Dragon Nest' ini bisa terpicu karena dua hal ya Naruna?"
Kyuubi yang ditunggangi Tamasha dan Brunott menanggapi ucapan Tamasha : "Ya, syarat pertama yang memicu aktifnya 'Event' ini adalah Dialog dengan Hidden Moderator 'Extremus' Sang 'Raja Naga'. Lalu yang kedua adalah jatuhnya 'Vilxliv' Sang Phoenix."
Brunott : "Tanda-tandanya muncul Awan Hitam di langit dalam kondisi apapun, baik siang ataupun malam. Lalu apa setelahnya, Macha?"
Tamasha : "Aku nggak bisa mengecek Gulungan Undang-undang dengan laju kecepatan seperti ini. Maka itu aku bertanya kepada Naruna!"
Naruna : "Ini yang sangat berbahaya..."
Naruna dalam bentuk Kyuubi tidak menurunkan kecepatannya sedikitpun.
Tamasha : "Jangan-jangan..."
Naruna : "Invasi besar-besaran Ras Naga keseluruh dunia."