Chereads / How To Be a God / Chapter 18 - Kesulitan Meningkat

Chapter 18 - Kesulitan Meningkat

Bulan bergeser beberapa derajat menunjukkan waktu tengah malam.

Dipinggir sebuah danau yang dikelilingi Pegunungan dan hutan Cemara, dua orang terlihat duduk bercengkrama, disebelahnya dua orang tertidur pulas.

Naraka : "Akhirnya kita keluar dari pulau itu."

Soraya : "Kenapa lega bisa keluar dari sana?"

Naraka : "Mencuri, menyakiti, membunuh, disana pertaruhan kemungkinan bertahan hidup sangat tinggi."

Soraya : "Apa yang kau takutkan dari itu dengan kemampuan 'Kreasi' milikmu?"

Naraka : "Apa yang kau ketahui dari kemampuan 'Creation'?"

Soraya : "Baiklah, beri aku waktu satu hari untuk meminjam kemampuan 'Kreasi' dan akan kutunjukkan perbedaan kemampuan kita!"

Naraka : "Boleh saja, dengan syarat kau tak menggunakannya untuk menyentuh, menyakiti, apalagi membunuhku!"

Soraya : "Baik, 'Negosiasi' sukses, kita sepakat!"

Gulungan Undang-undang secara otomatis keluar dari tubuh Naraka dan diterima oleh Soraya.

Soraya tersenyum puas, Naraka menusuknya dengan pandangan tajam seolah menagih janji.

Kembali ke Desa para Kyuubi yang dihiasi kunang-kunang yang berterbangan disekitar pedesaan.

Tamasha yang sudah beberapa saat berkeliling memastikan kondisi sekitar aman kini memainkan jari jemarinya diatas lembaran Gulungan Undang-undang Dasar.

Tamasha : "Naruna adalah Moderator yang bisa dibilang berperan sebagai NPC Quest disini."

"Pada dasarnya dari setiap 19 ras, ada Moderator yang berperan sebagai 'Wasit' di Teritori mereka masing-masing.

Sebelumnya Doppelganger memanggil para Calon Dewa untuk berkumpul, tujuannya pasti untuk mengambil Informasi berbagai karakteristik para Calon Dewa.

Sebagai kompensasinya para Calon Dewa yang saling berpapasan di pulau itu bisa mendapatkan Info mengenai lawan mereka dan jika mereka menghindari pertarungan intens, mereka bisa belajar untuk mengantisipasi lawan pada pertemuan berikutnya.

Sekarang setelah para Calon Dewa kembali lagi ke posisi asal mereka, adalah kesempatan untuk memperkaya diri dengan Informasi didalam Awaland ini."

"Doppelganger, atau siapapun yang berhasil merencanakan ini merupakan lawan dengan Intelektual yang luar biasa."

Zahal yang melesat cepat menuju target Gulungan Undang-undang berikutnya tersenyum dingin : "Heheh... terima kasih pujiannya."

Juan berada cukup lama didalam ruang monitor dan cukup banyak juga mengamati dan mempelajari Calon Dewa yang terekam di ruang itu.

Juan : "Ruang seluas ini digunakan untuk mengawasi seluruh Awaland dan masing-masing Calon Dewa."

"Sayangnya mereka sepertinya berbuat curang."

"Jika benar seluruh Calon Dewa berjunlah 17 orang. Maka ada satu orang Calon Dewa yang tidak diawasi disini."

Juan menatap seluruh penjuru Monitor satu-persatu dengan pandangan tajam.

"Dua orang Calon Dewa tewas dan kamera tidak berpindah dari tubuh mereka.

Tapi selain mereka hanya ada 12 orang yang terekam di monitor ini. Selain aku, ada dua orang lain yang tidak terekam disini."

Juan membuka Gulungan Undang-undang miliknya.

Juan : "Jika dilihat dari sini, jumlah Calon Dewa yang paham cara menggunakan Gulungan Undang-undang bertambah, ada beberapa orang lagi yang menyembunyikan keberadaan mereka dari Info Gulungan."

Juan mengutak-atik Gulungan dengan tenang walaupun pintu ruangan itu terbuka dan beberapa Moderator masuk kedalamnya.

Zahal mengurangi kecepatannya dan terbang rendah perlahan sambil mengeluarkan Gulungan Undang-undangnya.

Zahal : "Disekitar sini."

Zahal berhenti sejenak.

Zahal : "Beberapa Moderator masuk kedalam ruang Monitor.

Selain Juan, ada Yoke dan aku yang tidak terdeteksi oleh monitor yang kuciptakan dari kemampuan manipulasiku."

"Dari Gulungan Undang-undang yang terpilih, sudah bisa dikira-kira kenapa Yoke sampai tidak dapat dideteksi oleh pengawasanku.

Tapi sayangnya kemampuan miliknya tidak dapat bersembunyi dari deteksi langsung Gulungan Undang-undang dan juga kemampuan deteksi dari para Moderator."

Zahal mendarat disebuah pulau yang sangat kecil. Hanya terdapat sebuah gunung yang dikelilingi pantai.

Zahal : "Kita lihat apa jadinya kombinasi dari empat kemampuan yang kumiliki ditambah kemampuan ini."

Zahal berjalan santai mendekati gunung dibagian tengah pulau.

Di Padang pasir Vadara. Ratatta serius memperhatikan Gulungan Undang-undang miliknya.

Ratatta : "Jika dilihat dari letak Gulungan terdekat dari sini selain milik Calon Dewa adalah..."

Ratatta : "Illusion... Dan cara mendapatkannya pun setelah berhasil mengalahkan Boss..."

Ratatta melihat keatas langit.

Ratatta : "Aku berjanji ketika bertemu anda lagi, aku akan menjadi sosok yang lebih tangguh dan menerapkan semua ilmu yang anda bekali untuk saya!"

Bulan bergeser lebih jauh. Ratatta bergegas berjalan mengikuti arah yang ditunjukkan oleh Gulungan miliknya.

Pergeseran Bulan menandakan bergeraknya waktu dan Ratatta yang berada di Padang pasir mengejar waktu menemukan lokasi Boss yang menyimpan Gulungan yang diincarnya.

Calon Dewa lain yang juga sama bergeraknya dengan Ratatta adalah Soraya, Bayi, Samarinda, dan Naraka.

Naraka : "Bisa-bisanya membuat kereta bawah tanah seperti ini."

Soraya : "Aku melubangi tanah sebesar yang dibutuhkan. Lalu menenggelamkan tanah yang kita pijak, membuat terowongan, dan menggerakkan tanah yang kita pijak agar berjalan dengan cepat didalam tanah."

Naraka melihat kearah Bayi dan Samarinda yang masih tertidur pulas.

"Begitu halusnya penciptaan transportasi ini hingga mereka berdua tidak terbangun sama sekali."

Naraka : "Baru beberapa menit kau menggunakan kemampuan 'Creation' milikku dan tercipta perbedaan hasil yang jauh."

Soraya tersenyum sinis : "Heheh, diamlah dan ikuti saja langkahku."

Naraka melihat kearah Gulungan ditangan Soraya, menunjukkan pergerakan mereka menuju Gulungan berikutnya yang mereka incar.

Naraka : "Ada beberapa Gulungan kemampuan didekat sini. Apa yang kau incar itu begitu pentingnya?"

Soraya : "Lihat saja nanti."

Soraya menengadahkan kepalanya dengan percaya diri.

Kembali ke Pulau Private, tempat Zahal mengincar Gulungan berikutnya. Dimana sebuah Gunung yang puncaknya ditutupi awan gelap yang selalu mengguyurkan hujan dan menyebabkan air terjun alami yang tak pernah kering.

Zahal : "Pintu masuk kedalam sini berupa Air Terjun yang dibaliknya terdapat sebuah Gua."

Zahal mampu masuk kedalam gua dibalik air terjun tanpa kesulitan. Semakin dalam ia masuk, semakin kuat sensasi yang dirasakannya.

Pemandangan yang mencengangkan membuat Zahal tersenyum puas.

Zahal : "Jadi ini El D. Gua emas Legendaris yang didalamnya tinggal Vilxliv, satu-satunya Phoenix yang tersisa."

Zahal bergerak masuk dengan cepat karena menyadari perbedaan tekanan udara dan suhu dari arah luar Gua.

"Bukan Satu-satunya Phoenix yang tersisa. Tapi memang hanya aku Phoenix di Awaland ini."

Zahal : "Kau... salah satu dari dua Hidden Moderator."

"Sekarang aku sadar kenapa aku tidak bisa memantau tempat ini."

"Bahkan aku punya firasat Manipulasi-ku tidak berpengaruh terhadapmu."

Vilxliv, Hidden Moderator menatap Zahal dengan tatapan dingin.

Vilxliv : "Aku berbeda dari Moderator lain. Quest untuk mengalahkanku berbeda dari Quest lain. Gulunganku juga berbeda dari Gulungan lain."

Zahal : "Itu sebabnya aku mengincarmu."

Vilxliv : "Baru 24 jam berlalu disini, kau sudah mampu menjangkau tempat ini. Kurasa kau juga bukan Calon Dewa biasa."

Zahal : "Hentikan basa-basinya dan berikan Gulungan Undang-undang Dasar 'Reincarnation' kepadaku sekarang juga."

Raut wajah Zahal berubah menjadi serius. Sosok yang belum pernah ditunjukkannya sebelumnya kepada siapapun.

Vilxliv : "Kubilang percuma, Manipulasimu takkan mempan."

Zahal berjalan maju perlahan. Dengan cepat tangannya bergerak kearah Vilxliv, saat itu juga seketika Dinding Emas dalam Gua tersebut menghimpit daerah dihadapan Zahal dengan cepat.

Tanah bergemuruh, Vilxliv menerobos dinding dan melesat kearah Zahal dan menghantamnya dengan kuat.

Sesaat sebelum dihantam, Zahal membangun tembok emas dihadapannya.

Kekuatan hantaman Vilxliv sangat kuat hingga Zahal terlempar kebelakang. Sebelum membentur dinding gua, Zahal memanipulasinya hingga dinding gua terbelah dan membuatnya terhemoas keluar gua, melesat jauh membelakangi gunung di pulau Private itu.

Zahal : "Jika aku meredam kecepatan meluncurku, punggungku bisa hangus terbakar karena kecepatan laju yang bertabrakan dengan tekanan udara...

Boss ini kuat juga!"

Vilxliv terlihat menyusulnya dengan kecepatan tinggi. Zahal masih terus terlempar karena kekuatan tabrakan Vilxliv hingga mencapai tengah lautan

Zahal mengangkat tangan kirinya, Lautan dibawahnya bergejolak hebat dan menghempaskan jutaan galon air laut dengan tekanan yang sangat kuat hingga mengangkat tubub Vilxliv terbang keatas.

Tangan kanan Zahal bergerak dari atas kebawah, telapak tangannya memberi isyarat berputar.

Gumpalan awan gelap berkumpul diatas Vilxliv, membentuk pusaran, tekanan udara dari keempat arah mata angin berkumpul ditengah dan menimbulkan pusaran angin yang sangat kuat.

Zahal memutar tangan kananya semakin cepat, putaran pusaran angin ikut meningkat cepat hingga air laut yang tadinya terhempas keatas akibat ulah Zahal ikut tertarik masuk kedalam pusaran.

Zahal : "Pusaran angin dengan kecepatan tinggi, ditambah tekanan air yang kuat didalam pusaran angin tersebut.

Selanjutnya akan kupadatkan tekanan udara didalam sana hingga timbul ledakan udara!"

Zahal menggenggam erat tangan kanannya yang tadi berputar.

"BLAAAMMMMM!!!"

Zahal berhenti melesat setelah mengalami penurunan kecepatan.

Terlihat pemandangan indah sekaligus mengerikan dimana ditengah lautan luas, pusaran air bergabung dengan pusaran angin dibawah awan gelap mengalami ledakan udara hebat yang membuat berton-ton air laut menyebar cepat dan kuat ke segala arah.

Dari jauh terlihat Vilxliv mengepakkan sayapnya dengan kepakan lemah. Tubuh dan sayapnya terlihat terluka sangat parah.

Vilxliv : "Ada alasan mengapa mereka menyebutku 'Moderator' Terkuat!"

Luka-luka ditubuh dan sayap Vilxliv pulih dengan cepat.

Zahal : "Baguslah, setidaknya aku merasakan kenikmatan bertarung untuk pertama kalinya."

Pemuda itu tersenyum sinis.