Chereads / How To Be a God / Chapter 6 - Lawan Berbahaya

Chapter 6 - Lawan Berbahaya

Padang pasir terbentang luas.

Diatasnya tumbuh Pohon-pohon kaktus yang besar dan berbentuk seperti Jamur Merang.

Ditengah Gurun gersang itu terlihat tiga orang berhadapan saling menjaga jarak.

"Menarik! Bertemu dengan dua orang Calon Dewa sekaligus ditempat seperti ini!"

Seorang Pemuda dengan Style Jacket Hoodie, Celana Cargo, Sepatu Sport, dan sarung tangan tampak menyeringai puas.

"Sial! Tidak bisakah aku menyelesaikan permainan ini tanpa bertarung?!"

Pria bertubuh kokoh dan tegap, dengan kaos oblong dan celana boxer. Wajahnya terlihat ogah-ogahan.

Seorang pria berada disisi yang berbeda. Pria berambut hitam panjang dan lembut, berpakaian tuxedo berwarna hitam, kesan keseluruhannya terlihat sangat rapi dan elegan.

"Sayangnya aku buru-buru dan akan mengakhiri ini dengan cepat..."

Pria itu mengangkat tangannya setinggi dada, membuka genggaman tangannya.

Angin bertiup kencang dari arah tangannya. Begitu kencangnya hingga makin lama membentuk angin puting beliung dengan tekanan yang kuat.

"Kemampuan macam apa itu?!"

Pria dengan celana boxer tadi menutupi wajah dengan kedua tangan untuk melindungi wajahnya.

"Lebih baik kita tidak saling mengenal supaya tidak ada dendam setelah kekalahan kalian."

Pria berambut panjang itu menghempaskan puting beliung itu kearah dua orang lainnya.

Puting Beliung menarik sekitarnya dengan kuat menuju kedalam pusat pusaran.

"Langsung saja..."

Pria berambut panjang mengarahkan tangannya ke angin puting beliung tersebut dan seketika kecepatan berputar dan daya sedotnya meningkat drastis.

Pria dengan celana Boxer membuka pertahanan kedua tangannya. Seketika setelah ia mengarahkan dan membuka telapak tangannya kearah angin puting beliung itu, mendadak angin itu hilang.

Pria itu menyeringai. Pemuda berjacket Hoodie memasang tampang lega sementara pria berambut panjang berusaha menyembunyikan ekspresi terkejut diwajahnya.

"Namaku Ratatta, Kau pasti terkejut dengan kemampuan 'Adaptation' milikku yang membuat Puting Beliung milikmu barusan 'beradaptasi' dengan Kondisi asli disekitarnya."

Pria dengan celana Boxer bernama Ratatta itu memperkenalkan diri dan kemampuannya dihadapan Kedua lawan dihadapannya.

"Jadi memang benar... Hanya dengan satu kata bisa menjadi berbagai macam variasi kemampuan...

Istilah Man Behind The Gun sangat terbukti disini..."

Pria berambut panjang itu sepertinya mengakui kemampuan Ratatta.

"Baiklah, sebagai penghargaan atas kelihaianmu menggunakan kemampuanmu, kuperkenankan kau mengingat namaku...

Aku adalah Naraka, Calon Dewa terkuat di Awaland ini!"

Pria berambut panjang itu dengan cepat menebaskan tangan kearah dua orang dihadapannya.

Hembusan angin kencang yang cepat dan tak terlihat rasanya akan menghantam Ratatta dan pemuda bejacket Hodie.

Namun sesaat sebelum terjadi sesuatu terdengar suara :

"Switch!"

"CRAAASSSS!!!"

Dua target yang dituju hembusan angin tadi bersimbah darah, pasir berterbangan akibat angin yang menghempas target dengan kuat.

Ratatta dan Naraka terluka parah.

Entah bagaimana caranya Naraka berada pada posisi pemuda berjacket Hoodie sebelumnya dan terluka oleh serangannya sendiri.

"Ugh..."

Ratatta mengerang, sementara Naraka menunjukkan raut dingin setelah tangannya meraba dadanya yang tersayat oleh tebasan udara miliknya sendiri.

"Bertukar posisi ya..."

Naraka bergumam memastikan apa yang terjadi.

"Wah! Nyaris saja ya... Jika aku tidak melakukan sesuatu pasti tadi aku terluka sepertimu 'Pak' Naraka... Jiahahahahaha!"

Pemuda berjacket Hoodie itu tampak memprovokasi Naraka.

"Lagi-lagi aku terbawa suasana dan meremehkan target."

Naraka mulai bangkit dan mengabaikan lukanya, menatap Pemuda tadi dengan tatapan tajam.

Sementara Ratatta yang tak menyangka akan terkena serangan Naraka hanya sanggup melihat kedua orang tersebut saling mengejek.

"Namaku Pierre! Kemampuanku adalah 'Rotation'! Salam kenal dan selamat bersenang-senang!

Jiahahahaha!"

Pemuda berjacket Hoodie bernama Pierre tersebut terlihat diatas angin ketika kedua Calon Dewa lainnya terluka.

"Kedua kalinya aku meremehkan kemampuan yang tak lumrah...

Bisa menggunakan kemampuan 'Rotasi' dengan awal sebaik ini, sepertinya aku harus memutuskan untuk memusnahkanmu terlebih dahulu sebelum kau semakin mahir menggunakannya!"

Naraka terlihat semakin dingin dan tajam.

Entah apa yang akan dilakukannya, namun pergerakan kedua tangannya membuat Ratatta dan Pierre waspada.

"Kau sebaiknya tidak menilai lawan dari kemampuan apa yang dipilihnya pak tua!

Karena Lawan yang Berbahaya adalah mereka yang bisa menggunakan kemampuan apapun yang dipilihnya dengan maksimal!

Jiahahahaha!"

Ucapan Pierre mengusik ketenangan Naraka dan membuatnya menyerang dengan cepat kearah Pierre.

Naraka menyentuh daratan pasir dibawahnya dan dengan cepat membuat jalur pasir kearah Pierre terperosok kedalam tanah.

Pierre melempar arlojinya ketanah sesaat sebelum terjadi sesuatu.

Rupanya Naraka membuat pijakan dibawah kakinya hingga menuju pijakan dibawah kaki Pierre longsor dengan sangat cepat kedalam tanah.

Namun rupanya Pierre sudah mengantisipasi pergerakan Naraka.

Saat pijakan kedua orang tersebut longsor begitu dalam, Pierre berada pada posisi Ratatta.

Hasilnya Naraka dan Ratatta terperosok kedalam longsoran pasir.

Menyadari kegagalannya, Naraka menghentikan tehniknya dan membuat longsoran pasir berhenti hingga ia dan Ratatta terbenam sebatas leher.

"Bagaimana bisa?!"

Naraka geram, sepertinya ada yang salah dengan perhitungannya.

"Aku tidak paham apa yang kalian lakukan, tak kusangka aku ikut terjebak disini, dasar sial!"

Ratatta juga tampak kebingungan ketika sadar dirinya tenggelam.

"saya yakin anda sudah mengerti mekanisme kemampuan saya saat pertama kali saya dan anda bertukar posisi pak tua!"

Pierre memasang raut percaya diri seolah menang dari mereka berdua.

"Jadi kau sudah mengantisipasi pergerakanku dan menjadikan tehnik pertamamu sebagai umpan?"

Naraka mencoba menganalisa kemampuan Pierre.

"Silahkan menganalisa sesukanya, yang penting aku tak terluka!

Sampai jumpa lagi pak tua! Jiahahaha!"

Pierre menghilang begitu saja menyisakan pertanyaan yang mendalam pada diri Naraka.

"Kau bisa jelaskan apa yang sedang terjadi disini pak tua?"

Ratatta pasrah dalam kebingungan.

"Kenapa kau ikut-ikutan memanggilku pak tua?

Sial! Gara-gara bocah sepertinya wibawaku jadi hilang!"

Naraka terlihat berpikir keras.

"Jadi begitu... Sesaat sebelum pergerakan tanah mengenainya, aku melihatnya melepas arlojinya..."

Naraka bergumam mencoba menganalisis apa yang terjadi.

"Ia melakukan 'Rotasi' untuk menukar tubuhnya dengan tubuhku, sekaligus melakukan 'Rotasi' untuk menukar arlojinya dengan tubuh Ratatta disaat yang sama."

Naraka merasa bahwa kesempatan berikutnya ia tak bisa meremehkan kemampuan siapapun lawannya.

"Hey pak tua, lakukan sesuatu dan keluarkan tubuhku dari benaman pasir hasil perbuatanmu ini!!!"

Ratatta berteriak kearah Naraka yang juga terbenam pasir beberapa puluh meter dihadapannya.

"Hentikan memanggilku pak tua!"