Chereads / Mengukir Namaku di Hatimu / Chapter 18 - Jangan Menjadi Asing dengan Ku

Chapter 18 - Jangan Menjadi Asing dengan Ku

Setelah acara kemarin malam, pagi ini seluruh karyawan kecuali 5 orang panitia akan pergi ke hutan yang terletak dibelakang penginapan. Kali ini karyawan akan dibagi dalam kelompok kecil dan acak, hal ini bertujuan agar seluruh karyawan dapat mengenal satu sama lain. Poin utama dari kegiatan ini adalah kerja sama, nantinya karyawan akan menemui 4 posko yang berbeda, posko pertama sampai 3 para peserta disuruh untuk mendapatkan kertas merah yang berisi poin ataupun hadiah, dan posko terakhir seluruh anggota kelompok harus bekerja sama dalam tantangan yang diberikan, setiap kelompok hanya terdiri dari 3 orang.

Seluruh panitia dan juga Jei, Ria dan Jackran akan membantu di posko-posko yang telah disediakan. Beruntung Bian dapat kelompok sesama anak magang yaitu Adrian dan juga Nayya.

"katanya membutuhkan waktu 30 menit buat ke atas sana," Nayya memulai percakapan ketika mereka sedang mengantri untuk mendapatkan bekal makanan yang sudah disediakan oleh perusahaan,

"bentar kan berarti, kenapa kita harus bawa bekal sih, berat tau," Nayya mulai mengeluh,

"soalnya setau gue dari yang udah-udah, katanya di atas kita bakalan lama, mereka pinter dalam nyembunyiin kertasnya," Adrian mulai memberikan penjelasan kepada Nayya, Nayya dan Bian hanya berohria.

Bian dan kedua temannya mulai berjalan menuju hutan yang lebih seperti bukit, mereka berangkat dengan rombongan lainnya, namun karena rombongan lain memilih untuk segera bergegas sedangkan Adrian, Nayya, dan Bian memilih untuk lebih santai.

"mereka nggak capek apa, lari-lari gitu, ntar juga sampe," celetuk Bian,

"mangkanya, udah gitu jam segini, matahari udah mau terik," tambah Nayya,

"kalian lihat aja ntar kita di atas, butuh waktu berjam-jam buat mencari kertas merah itu," jelas Adrian,

"ya udah sih, anggap aja 1 posko 1 jam, berarti kita hanya butuh waktu 5 jam baru sampai bawah, berarti kita sampai sekitar jam 4 an, iyakan," Tanya Nayya,

"iya, itu menurut rencana kita," jawab Adrian, Bian hanya memilih menyimak perbincangan dua orang tersebut,

"kita berangkat jam 11 san, berarti benar kata nayya," bathin Bian.

Belum ada setengah jalan Nayya mulai kelelahan, mereka melewati jalan dengan sebelah kiri terdapat bagian seperti jurang, yang membuat mereka harus ekstra hati-hati, dan tentu saja ini lebih melelahkan dari yang dikira,

"kita berhenti dulu yuk, udah capek nih," Tanya Nayya,

"ya udah berhenti didepan aja, distu keliatannya rindang," Adrian menginstruksikan, sedangkan Bian dan Nayya memilih buat mengikuti Adrian.

"sorry ya Bianatya, gue capek banget soalnya," Nayya merasa tak enak dengan Bian,

"nggak papa kok, gue juga capek," jawab Bian, mereka mengeluarkan bekal yang tadi mereka bawa,

"jadi ini kenapa kita harus bawa bekal, gila gue haus banget," Bian mulai membuka botol minumnya,

"kalau kayak gini mah, kita lebih butuh minum daripada makan," jelas Nayya, Bian dan Adrian mengangguk setuju dengan Nayya,

"ya udah yuk jalan, ntar keburu sore," ajak Adrian, udah kurang lebih hampir sepuluh menit mereka disini, karena tempat yang rindang dan angin yang sepoi membuat mereka asyik ngobrol.

Adrian, Nayya dan Bian kembali melanjutkan perjalanan, setelah kurang lebih 20 menit berjalan, mereka akhirnya menemukan posko pertama, di sana ada dua orang yang menjaga dan juga ada beberapa kelompok yang mencari kertas merah itu. Mereka diberi 3 petunjuk tempat kartu merah berada, dan mereka pun mulai berpencar untuk mencarinya.

Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore dan Bian beserta dua teman lainnya masih berada di posko satu, dan tentu ada 2-3 kelompok lain yang masih berasa di posko satu, mereka bertiga pun mulai berkumpul,

"kalau kayak gini gimana coba kita nemuinnya," Nayya mulai kelelahan,

"siapa yang bisa mecahin kode-kode kayak gini," Tanya Adrian,

"kalau ada yang bisa dari tadi kita udah keluar dari sini tau," jawab Bian, Adrian pun hanya menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal,

"lagian mereka kenapa narok kita bareng sih, udah tau kita bertiga anak magang," Nayya mulai mendudukkan pantatnya keatas tanah,

"lo nggak ada dapat info yang kayak ginikah," Tanya Bian kepada Adrian, dan Adrian hanya menggeleng,

"ya udah yuk cari lagi," ajak Bian, mereka pun kembali berpencar dan melanjutkan pencarian dalam keadaan mulai lelah.

Setelah berapa lama mencari akhirnya Adrian mendapatkan kertas merah itu, jam sudah menunjukkan pukul 3.40 sore.

"Nay, dari tadi lu nyari disini kan," Adrian mulai kesal karena ia mendapatkannya dilokasi Nayya mencari,

"sorry, tapi tadi gue beneran nggak liat," Nayya merasa bersalah,

"mangkanya jangan banyak ngeluh," Adrian pun berjalan menuju ke panitia dengan kesal, "kenapa sih dia, gue beneran nggak liat, dan gue juga emang nggak bisa kalau disuruh cari-cari kayak gini," jelas Nayya,

"udahlah lagi capek aja kali dia," Bian mencoba menenangkan Nayya. Setelah lolos posko satu mereka mulai berjalan menuju posko dua,

"lo berdua nyari di posko tiga, gue nyari posko dua," Adrian memerintahkan Bian dan Nayya,

"emang nggak papakah kalau kita nyebar," Tanya Nayya,

"gue udah tanya, kata kakaknya nggak papa," Adrian masih dalam keadaan marah,

"menurut gue benar Nay, kita mending keposko tiga aja," Bian mencoba menengahi Nayya dan Adiran yang mulai terbakar marah.

Beruntung tak membutuhkan waktu selama di posko satu, Adrian menemukan kertas merah nya lebih cepat, Adrian hanya membutuhkan waktu sepuluh menit. Bian dan Nayya masih mencari kertas merah yang di maksud, beruntung Bian langsung ke posko tiga, kalau nggak ia harus bertemu dengan Ria disana.

"udah dapat belum," jawab Adrian Riang,

"lo udah dapat," Bian dan Nayya sama-sama terkejut karena diluar dugaan mereka,

"iya, beruntung gue bisa dapat petunjuknya," Adrian tampaknya sudah tidak marah lagi, kali ini ia lebih ceria di bandingkan beberapa saat yang lalu, mungkin ini karena ia merasa jengkelnya terobati dengan pencapaiiannya yang sangat sebentar ini,

"oh iiya, mana petunjuknya, kalian langsung keposko 4 aja, katanya cuma dua orang yang di butuhkan untuk misinya, gue bakal cari disini," jelasnya,

"gila semangat banget lo," ledek Bian,

"iyalah, udah sana, mumpung gue lagi dalam keadaan mood yang baik," Adrian mengambil petunjuk dari tangan Bian, sedangkan Bian dan Nayya menuju ke posko selanjutnya,

"ini kayaknya bukan kerja tim, dari tadi Adrian mulu yang dapat, kita sebagai supporter kah," Bian berusaha menenangkan Nayya yang masih terlihat badmood gara-gara kejadian tadi,

"mangkanya, padahal kita juga udah nyari," Nayya merasa bersalah dan kesal kepada dirinya sendiri,

"udahlah Nay, toh Adrian yang juga nyuruh kita, anggap aja dia ketuanya," Nayya pun tersenyum mendengar perkataan Bian.

Setelah menjalankan misi, Bian harus di pertemukan dengan Ria dan Tiara. Mereka juga sama-sama menuju ketempat terakhir berkumpul. Saat perjalanan menuju tenda mereka di haruskan untuk mengambil ranting pohon atau kayu untuk bahan bakar, nantinya banyak kayu yang didapatkan kelompok akan ditukarkan juga dengan hadiah lainnya. Tiara bersama dengan kedua temannya sedangkan Ria tampaknya menemani Tiara.

Saat diperjalanan, Tiara menghampiri Bian,

"gue nggak nyangka lo bisa sekajam itu," Tiara berjalan di samping Bian, Bian mengabaikan Tiara dan berjalan duluan, Tiara dan Bian berada di paling belakang,

"gue harap lo beneran jauhin semua yang berhubungan dengan Jackran," Tiara serius dengan ucapannya,

"berapa kali gue harus bilang sama lo, gue nggak bakalan nyerah terhadap Jackran," jawab Bian ketus,

"kenapa lo nggak bisa lihat keadaannya sih, lo udah memperburuk keadaan Ria, sekarang lo juga mau merusak hubungan Ria dan Jackran," Tiara menghentikan langkah Bian, ia menggenggam erat lengan Bian,

"Ria nyuruh Jackran milih lo atau dia, dan Jackran udah kasih jawaban, dan lo tau itu, mereka bisa menjadi orang asing kalau lo masih egois kayak gini," lanjut Tiara,

"kenapa gue harus peduli, what, tunggu, jadi lo udah sadar kalau Jackran ninggalin gue bukan karena sayang sama lo," Bian tersenyum penuh kemenangan, mencoba untuk mengintimidasi Tiara,

"gue nggak bilang gitu, tapi terserah kalo lo mikir gitu karena faktanya Jackran beneran sayang sama gue, dia ngajak gue pindah keluar negri dengan alasan biar lo nggak ganggu lagi, segitu bencinya kayaknya Jackran sama lo," Tiara yang mulai terintimidasi dengan kebenaran perkataan Bian pun merasa gusar hingga ia pun mencoba untuk mengintimidasi Bian. Bian yang kesal dengan perkataan Tiara pun menepis genggaman Tiara dengan sangat kuat yang membuat Tiara terhuyung dan jatuh jurang.

Tiara pun menjerit dan beberapa orang yang telah duluan pun kembali kebelakang untuk melihat apa yang terjadi. Bian berusaha tetap memegang tangan Tiara agar tak jatuh lebih dalam, Bian mencoba menarik Tiara namun tenaganya tidak cukup kuat untuk itu.

Jackran dan beberapa panitia yang kebetulan akan lewat pun kaget dengan hal itu, Jackran segera bergegas menuju tempat Bian, Jackran mengambil tangan Tiara yang tanpa sengaja membuat Bian terdorong, Bian yang kaget terus melihat kearah Jackran yang terlihat panik. Beruntung Tiara dapat ditarik dengan sedikit luka di tubuhnya, Jackran mendudukkan Tiara dan seorang panitia datang memberikan air untuk diminum kepada Tiara, Tiara pun digendong oleh Jackran.

Bian hanya terdiam melihat kepergian mereka, Bian juga diberikan air untuk diminum, namun Bian masih diam mematung di tempat, jelas bukan karena kaget, tapi apa yang dilihatnya dan apa yang baru saja terjadi menyakitinya, Bian tak tahu apa pastinya tapi hatinya seperti teriris sembilu, mungkin karena Jackran pergi begitu saja tanpa mempedulikan Bian, Bian yang juga terlukan di bagian tanganya, tapi jelas perih hatinya lebih terasa dibandingkan tangannya saat ini.