Satu bulan berlalu Bian akhirnya mendapatkan pekerjaan dari perusahaan J, Bian memulai karirnya dari bawah, ia bertugas di lapangan, dimana nantinya Bian akan sering keluar kantor untuk mengecek barang dan bahan yang akan digunakan. Setidaknya untuk saat ini, Bian berharap ia tidak akan dipertemukan dengan mereka sebelum Bian mendapatkan posisinya di divisi perencanaan. Bian sebisa mungkin untuk menghindari mereka.
Hari ini adalah hari pertama Bian masuk kerja, meskipun sedikit khawatir tapi Bian harus bisa melaluinya, tujuannya hanya satu yaitu untuk menakhlukkan kembali Jackran, dengan begitu rasa sakitnya dan ketidakadilan yang didapatkannya akan berbalas. Meskipun sedikit kejam Bian tidak ingin Tiara mendapatkan Jackran dan Bian tidak akan membiarkan rencana Ria berhasil begitu saja.
Bian mendapatkan mejanya sendiri, saat ini terdapat 5 karyawan baru dan 10 karyawan lama. Khusus hari ini para senior akan menunjukkan kepada para karyawan baru bagaimana pekerjaan mereka, dan apa yang harus mereka lakukan. Ini tidak begitu buruk bagi Bian, ia tidak harus berada di kantor setiap hari, sehingga ia tidak harus bertemu dengan mereka. Bian mendapatkan meja di paling ujung dekat dengan jendela kaca, pemandangan di luar penuh dengan gedung tinggi dan juga perkantoran sepertinya.
…
Jackran sedang sibuk dengan berkas-berkasnya, dan saat itu terdengar ketukan pintu,
"masuk," ia masih berkutat dengan bukunya,
"ini pak nama-nama karyawan baru di lapangan nanti dan juga nama karyawan yang berencana mau ngambil cuti," sekretaris Jackran menyodorkan beberapa dokumen, "ok, terima kasih," Jackran mengambil dokumen tersebut. Setelah sekretarisnya keluar Jackran mulai membaca dokumen yang diberikan tersebut satu persatu.
Jackran cukup terkejut dengan satu dokumen yang ia baca yang saat ini dokumen tersebut berada di tangannya, di sana tertulis nama seseorang yang dia kenal, siapalagi kalau bukan Bianatya.
"kenapa Bian kerja di sini," bathin Bian. Jackran cukup bingung dengan Bian, seharusnya Bian membencinya dan menjauh darinya setelah apa yang ia lakukan kepada Bian.
Jackran pun berdiri dari tempat duduknya, ia keluar menuju lantai 3, dadanya semakin bergemuruh tak tenang. Semakin mendekati tempat yang ia tuju semakin dada Jackran tidak tenang, ia mempercepat langkahnya untuk segera menghentikan gemuruh di dadanya.
Sesampainya ditempat yang ia tuju, Jackran melihat Bian dari kejauhan, setelah sekian lama, setelah kejadian itu, ini pertama kalinya ia melihat Bian kembali, Jackran merindukan Gadis yang tak jauh darinya itu tapi ia tidak mempunyai keberanian untuk mendekat. Bian tengah sibuk berbicara dengan karyawan lainnya, menurut Jakcran tidak ada yang berubah dari Bian, senyumnya, bahasa tubuhnya dan gerak-geriknya masih sama, itu semakin membuat Jackran semakin ingin mendekatinya ataupun berlari dan memeluknya.
"pak Jackran," Jackran terkejut dengan suara seseorang yang menghampirinya,
"iya, kenapa?" karyawan yang menegurnya terlihat kebingungan,
"ah, saya kesini Cuma mau lihat karyawan baru," ucap Jackran setengah berbohong dan setengah jujur,
"mau saya panggilkan pak," ucap karyawan tersebut ramah,
"hmm, ngg nggak usah, keliatannya mereka sibuk, ya udah saya pergi dulu," ucap Jackran sedikit gugup dan segera berlalu agar tidak menimbulkan kecurigaan.
"aneh," ucap karyawan tersebut setelah duduk di meja kerjanya yang kebetulan berada di sebalah Bian,
"apanya yang aneh kak," tanya Bian, "tadi pak Jackran kesini, katanya cuma mau lihat karyawan baru tapi kok nggak nyamperin," ucapnya sambil mulai melanjutkan kegiatannya,
"oh ya, Bian, besok kamu pagi langsung ke pabrik aja ya, kamu check semua di sana, ntar kamu tanyain aja sama ketua lapangan yang di sana, kamu lihat bahan apa yang bagus di gunakan untuk keluaran kali ini dan bahan mana yang tidak terlalu diperlukan," ucapnya ramah kepada Bian,
"baik kak," Bian kembali fokus pada laptopnya. Bian mulai sedikti terganggu dengan apa yang disampaikan seniornya tadi, Jackran kesini yang berarti Jackran sudah mengetahui keberadaan Bian di sini,
"hmm, menarik," Bian menemukan sebuah ide, Bian mulai memikirkan untuk mengubah rencananya, sebenarnya Bian hanya membiarkan semua mengalir jadi dia tidak begitu mempunyai rencana yang spesifik kecuali kembali ke divisi perencanaan.
Semua karyawan bersiap-siap pulang begitu juga Bian, Bian bergegas meninggalkan mejanya untuk pulang lebih dulu, Bian masih enggan untuk bertemu dengan Tiara ataupun Ria, beruntungnya mereka benar tidak ketemu untuk saat ini.
Bian segera bergegas pulang dan menaiki Bis yang berbeda, ia tidak memilih pulang ke kosannya, Bian menuju tempat lain. Di sinilah Bian saat ini, di depan apartement nya Jackran, Bian tidak langsung memencet bel, ia memilih untuk bersembunyi kalau-kalau Jackran datang. Tidak sesuai perkiraan Bian, ini lebih cepat dari yang ia duga, 10 menit menunggu ia akhirnya melihat sosok yang di tunggu datang. Jackran tidak sendiri dia tampak datang berdua dengan Tiara. Bian mengambil ponselnya dan menghubungi Jackran, Jackran terlihat melihat ponselnya, tapi ia sepertinya tidak berniat untuk mengangkatnya,
"kenapa, nggak diangkat," tanya Tiara yang bingung melihat Jackran hanya menatapi ponselnya,
"ah, bukan apa-apa," jawab Jackran dan mematikan ponselnya.
Bian tersenyum melihat itu, Jackran seperti terganggu oleh telepon Bian, dan Bian yakin Jackran masih menyimpan nomornya. Bian mulai mengetikkan pesan pada Jackran, 'kenapa nggak di angkat', namun sepertinya Bian harus lebih banyak bersabar karena Jackran mengabaikan pesannya tersebut.
Bian kembali dibuat menunggu, sepertinya dia harus terbiasa dan bersahabat baik dengan yang namanya menunggu. Sudah 20 menit berlalu tapi Tiara dan Jackran tak juga keluar dari apartementnya Jackran, Bian mulai menimang-nimang apakah ia akan menunggu sampai mereka keluar atau membunyikan bel saat ini juga. Cukup lama menimang Bian memutuskan untuk membunyikan bel, namun belum sempat ia berada di depan pintu, Jackran dan Tiara tampak keluar dari apartemen itu, Jackran hanya menggunakan baju rumahan kaos hitam dan celana panjang yang sedikit longgar, Jackran dan Tiara menuju lif, sepertinya Jackran hanya mengantarkan Tiara sampai parkir kalau dilihat dari pakaiannya.
Dugaan Bian benar, Jackran kembali ke apartementnya setelah 5 menit, ia mulai membuka pintunya dan masuk kedalam, belum sempat pintu itu tertutup rapat Bian segera menahan pintu itu, dan tentunya membuat yang empunya rumah jadi kaget. Bian seakan tak peduli, ia langsung menerobos masuk kedalam rumah tersebut.
"udah lama aku nggak datang kesini," ucap Bian sambil berbalik kearah Jackran, Jackran yang tadi diam membeku, kini tersadar karena ucapan Bian,
"ngapain kamu kesini," ucap Jackran dengan wajah datar, ia berusaha untuk tetap tenang dan tidak terganggu,
"miss you," ucap Bian tersenyum, Jackran menuju ke sofa dan duduk di sana, ia terus memperhatikan Bian yang masih melihat-lihat apartementnya,
"aku udah kerja di perusahaan kamu," ucap Bian duduk di sebelah Jackran, Jackran masih terus melihat Bian tanpa ada reaksi yang begitu mencolok mendengar informasi dari Bian, sebuah informasi yang dia sendiri sudah ketahui.
"kalau lihat dari ekspresi kamu kayaknya kamu udah tau," jujur sebenarnya dia sedikit gugup karena dari tadi Jackran melihatnya,
"segitu banget liatinnya, kangen?" Bian balas menatap Jackran, karena tak ada balasan dari Jackran, Bian mendekatkan wajah nya kearah Jackran, sehingga wajah mereka hanya berjarak beberapa centi, namun sepertinya Jackran tidak terganggu ia terus menatap Bian. Hati Bian tak karuan di buatnya, Bian merindukan Jackran, melihat Jackran dari dekat seperti ini membuat kupu-kupu menari-nari di perutnya. Bian tahu bahwa hatinya tidak pernah meninggalkan Jackran, keinginannya untuk mendapatkan hatinya Jackran semakin besar.