Ria menghubungi Tiara setelah dia menghidupkan Handphonenya dan melihat pesan yang dikirimkan oleh Tiara,
"halo Ria," suara Tiara terdengar khas orang habis nangis,
"Ra kamu habis nangis," tanya Ria,
"bukan apa-apa Ria," jawab Tiara berusaha agar suaranya kembali pulih,
"dari mana kamu dapetin foto itu," tanya Ria tak sabar tentang info tersebut,
"Bian langsung yang ngirimin ke aku," jawab Tiara seadanya,
"ngapain dia ngirimin itu ke kamu, emang keterlaluan tu anak, tunggu ngomong-ngomong kenapa dia sama Jackran bisa berhubungan lagi," tanya Ria penasaran,
"Bian kerja di perusahaan J Ria," jawab Tiara mencoba berusaha untuk tenang,
"kenapa tu anak bisa kerja di sini, Jackran kok nggak ngomong apa-apa sama kita, lagian tu anak udah bagus menghilang ngapain balik lagi sih," Ria semakin emosi dengan fakta yang baru saja dia kira, hidupnya sudah tenang setelah Bian pergi menghilang dari mereka tapi kenapa sekarang sepertinya kehidupan Ria akan menjadi kembali tidak tenang dengan kembali nya Bian,
"kayaknya Jackran juga baru mengetahuinya baru-baru ini," kata Tiara mencoba meredakan emosinya Ria,
"ya udah ntar gue nyoba ngomong ke Jackran," Ria juga mencoba menenangkan Tiara,
"nggak usah Ria, lagian ini masalah aku sama Jackran, aku cuma butuh teman tempat cerita," Tiara sedikit berbohong, dia memang butuh teman untuk cerita tapi di sisi lain ia merasa putus asa dan berharap Ria bisa membantunya dengan memanfaatkan kebencian Ria kepada Bian.
"ya udah deh kalau gitu," Ria menutup telfonnya, sedangkan Tiara yakin Bian akan tetap membantunya, selama ini yang Tiara tau, orang yang paling tidak menyukai hubungan Jackran dan Bian adalah Ria jadi Ria tidak mungkin tinggal diam melihat hal ini.
…
Jackran baru saja menyelesaikan perkerjaanya, setelah menghubungi Tiara tadi ia melanjutkan kembali pekerjaannya. Sedangkan Bian sudah berada di alam mimpi di atas sofa, dia tampak tenang dan tidak merasa terganggu saat Jackran menyelimuti Bian dengan jasnya, Bian tampak nyenyak dalam tidurnya, terlihat dari raut wajahnya menunjukkan bahwa ia sedang kelelahan.
Jam sudah menunjukkan jam setengah satu malam, Jackran tidak tega mengganggu Bian dalam tidur nyenyaknya tapi Jackran juga tidak mungkin meninggalkan Bian sendiri di sini.
Jackran sendiri juga sudah sangat kelelahan, punggungnya terasa capek karena duduk dalam waktu yang lama, sepertinya meminta untuk segera merebahkan tubuhnya di atas kasur, Jackran membayangkan hal itu membuatnya semakin menginginkan kasur sebelum esok harus berkerja lagi, setidaknya dia harus mandi.
Jackran terus memandangi Bian yang tengah terlelap dalam tidurnya, sepertinya Bian tidur nyenyak karena kelelahan. Tidur di sofa akan membuat tubuhnya menjadi sakit.
"Bi," Jackran memanggil pelan Bian, namun yang di bangunkan tak kunjung bangun. Jackran bahkan menggoyangkan pelan lengan Bian agar dia bangun tapi Bian tak bangun sama sekali. Setelah sekian banyak percobaan, Jackran memutuskan untuk menggendong Bian menuju mobilnya.
Jackran berhasil menggendong Bian ke mobilnya, Bian hanya bergerak sedikit dan kembali tertidur. Jackran tersenyum melihat Bian, Bian memang sedikit menyebalkan dan saat ini tindakannya tidak bisa di prediksi tapi Jackran tahu bahwa dia sangat menyayangi Bian, melihat wajah Bian memberikan kesenangan dan kenyamanan tersendiri buat Jackran.
Jackran menghubungi Fio untuk menanyakan di mana Bian tinggal, karena sejujurnya Jackran tidak mengetahui di mana Bian tinggal.
"halo Ran," terdengar jawaban suara Fio di seberang sana,
"kamu tahu di mana Bian tinggal?" tanya Jackran tak ingin berbasa-basi,
"iya tahu, kenapa," Fio juga ikut penasaran kenapa tiba-tiba Jackran menanyakan Bian, yang Fio tahu Jackran dan Bian sudah tak saling kabar dan berhubungan semenjak permasalahan di camp itu,
"kirim aku alamatnya bisa?" tanya Jackran,
"oh iya boleh, aku kirim sekarang," jawab Fio,
"ya udah terima kasih," tanpa babibu Jackran segera menutup telfonnya, Jackran bahkan tidak menunggu jawaban dari Fio. Setelah dia mendapatkan alamat dari Fio, Jackran segera menuju ke alamat yang dikirimkan oleh Fio tersebut. Sebelumnya Jackran sudah mengambil kunci dari dalam tas Bian agar memudahkannya untuk segera masuk dan bergegas pergi dari tempat itu.
Bian memang tidak berubah, dari dulu dia selalu menata tasnya rapi sehingga memudahkan untuk menemukan barang yang akan di ambil, Bian memang orang yang teratur dan bersih, dia tidak menyukai jika barangnya atau tempat yang berantakan, hal itu akan membuatnya menjadi tidak nyaman.
Sesampai di alamat yang di tuju, Jackran segera membuka pintu dan masuk ke dalam rumah satu petak yang terletak di lantai 3 tersebut, di dalamnya tertata rapi dan juga bersih meski berukuran kecil. Ruangan Ini di penuhi dengan buku, novel, Bian memang suka membaca tapi Bian lebih suka menonton dan mendengarkan musik. Setelah membaringkan Bian di tempat tidur yang berukuran kecil itu, Jackran tidak langsung bergegas keluar seperti yang di inginkannya, dia memilih untuk melihat-lihat sebentar ruangan ini yang menggambarkan kepribadian Bian. Setelah melihat-lihat selama 5 menit, Jackran pun menuju ke apartementnya, dia butuh untuk segera mandi dan beristirahat, badannya sudah terasa sangat lengket.
Jackran segera menuju kekamar mandi setelah sampai di apartementnya. Setelah mandi dan terasa segar, di mana ia tidak begitu kelelahan, Jakcran pun mengambil sebuah kotak di dalam lemari, kotak yang tertutup itu dibukanya, terlihatlah beberapa barang dan juga surat di dalamnya, di dalam itu ada beberapa barang kesukaan Bian dan juga surat yang ingin dia berikan kepada Bian namun sayang dia tidak memiliki keberanian untuk memberikannya atau lebih tepatnya Jackran memilih untuk tidak memberikan karena keputusannya untuk mengakhiri hubungan mereka.
Ada snowball yang di dalamnya terdapat dua ekor angsa putih yang saling berhadapan, Bian sangat menyukai dua ekor angsa putih yang saling berhadapan karena itu merupakan lambang cinta dan kesetiaan, di mana angsa putih hanya memiliki satu pasangan di dalam hidupnya. Selain itu ada juga snowball berukuran kecil yang didalamnya terdapat dolphin, Bian juga menyukai dolphin, menurutnya itu sangat bagus tanpa ada alasan yang pasti. Ada juga sebuah kalung yang dengan mainan dolphin dan sebuah buku dengan cover angsa putih, Bian sangat suka menulis dan mengoleksi buku-buku yang bergambar dolphin dan angsa.
Setiap kali melihat dolphin dan angsa, itu selalu mengingatkannya kepada Bian, karena itulah Jackran selalu membeli barang yang ia jumpai jika itu berhubungan dengan dolphin dan juga angsa putih. Kemudian Jackran meletakkan kembali kotak itu ke tempat di mana ia mengambilnya dan membuka kotak satunya yang berada tepat di sebelah kotak itu. Kotak tersebut berisi barang-barang yang berhubungan dengan dolphin dan juga angsa putih, barang yang ia beli karena mengingatkannya dengan Bian, dan juga barang-barang yang berhubungan dengan whalien, Bian pernah mengatakan bahwa ketika melihat whalien itu sangat menyakitkan, karena alasan bodoh Bian bahkan membeli boneka whalien agar Bian bisa menjadi seseorang yang menemani whalien agar dia tidak kesepian, menjadi orang yang akan mendengar suara whalien tersebut. Menurut Bian pada dasarnya kesepian tidak akan pernah lepas dari manusia bagaimanapun keadaannya.