Bian berjalan menuju pintu kosannya yang sudah berbunyi sebanyak 3 kali, dia sendiri tidak tahu siapa yang datang berkunjung pagi-pagi gini. Ketika pintu terbuka Bian cukup terkejut dan juga senang melihat siapa yang datang,
"Bara," Bian memperlihatkan kesenangannya saat tahu yang datang berkunjung adalah Bara, mengingat sudah sejak lama dia dan Bara tidak bertemu, mereka hanya bertemu beberapa kali semenjak Bara pindah.
"ayo masuk, tahu dari mana aku tinggal di sini," ucap Bian sambil menuntun Bara ke sofa kosannya,
"aku udah tahu dari lama, baru sempet sekarang buat berkunjung," jawab Bara, Bian menyiapkan minuman untuk Bara,
"maaf ya tempat nya kecil," Bian datang sambil membawa dua jus instan dan meletakkannya di meja,
"santai Bi," jawab Bara,
"jadi ada perlu apa kamu kesini," tanya Bian, Bian cukup aneh melihat Bara pagi-pagi kesini, biasanya kalaupun sekedar bertemu mereka akan bertemu di luar,
"aku to the point ya, aku harap kamu nggak gangguin Tiara dan juga Ria," ucap Bara yang kemudian menyeruput jus nya,
"kenapa tiba-tiba kamu ngomong gini," tanya Bian heran,
"aku udah ceritain semua kekamu, apa yang udah dilakuin Tiara dan juga Ria, ini bukan masalah sepele Bi," Bara berharap Bian mengikuti peringatannya, meskipun dia sebenarnya tidak menceritakan semuanya kepada Bian.
"kalau gitu aku juga harusnya nggak berhubungan sama kamu," jawab Bian jutek,
"aku pikir kamu bakal dukung aku, ternyata kamu juga gini, aku udah ceritain kekamu gimana Tiara dan Ria ke aku, apa yang udah mereka lakukan untuk menghancurkan aku," Bian berbicara melalui giginya,
"kamu kayaknya melupakan sesuatu Bi, itu masalah kamu dan mereka, kalau kamu bongkar peristiwa atau kamu gunakan itu buat ngancam mereka, itu sama saja kamu juga hancurin aku," jawab Bara,
"aku pikir kamu benar-benar teman aku, tapi ternyata kamu bahkan nggak mikirin gimana posisi aku," lanjutnya lagi, setelah Bian hanya diam tak membalasnya,
"bukankah kamu harus bertanggung jawab dengan apa yang sudah kamu lakukan Bar," lanjut Bian, dia sendiri sebenarnya tidak tahu harus apa dan bagaimana agar Bara tidak ikut terseret dalam masalahnya dan Tiara juga Ria,
"aku akan tanggung jawab dengan caraku sendiri, jadi aku harap kamu nggak macam-macam Bi," Bara menatap Bian dengan tajam,
"maaf Bar, tapi aku nggak bisa mundur, mereka mencoba buat jauhin aku dari Jackran, jadi aku harus punya pertahanan, ini Cuma buat lindungi diri aku sendiri," jawab Bian,
"terserah kamu, yang pasti aku ingetin kekamu Bi, mereka bukan orang yang bisa kamu hadapi," jawab Bara, Bara segera berdiri dari tempat duduknya dan meninggalkan Bian.
Setelah kepergian Bara, Bian segera menghubungi Tiara dan menanyakan bagaimana keputusan Tiara, dan benar saja, Tiara dengan mudah memberikan kepada Bian posisi di divisi perencanaan, dan hal ini membuat Bian sedikit khawatir sekaligus bahagia karena apa yang dia inginkan akan segera dia dapatkan. Sesaat setelah dia berbincang dengan Tiara di telpon, bel rumah Bian kembali berbunyi,
'siapa lagi yang datang,' Bian sedikit heran dan segera menuju pintu,
"hy, udah lama ya," setelah membuka pintu lagi-lagi membuat Bian sedikit terkejut tapi berbeda dari yang tadi, dia sedikit pun tidak merasa bahagia, Bian tidak mempersilahkan tamunya masuk,
"ngapain kamu kesini," tanya Bian sedikit ketus dan tidak ramah,
"jangan jutek gitu dong, ini pertemuan kita setelah sekian lama," jawab yang ditanya, dia adalah Ria,
"gue kira gue udah nggak ada apa-apa lagi sama lo," ucap Bian, sedangkan Ria hanya tersenyum sinis mendengar Bian, Ria menerobos masuk ke rumah Bian dengan mendorong sedikit tubuh Bian yang menghalanginya untuk masuk,
"apa-apaan sih lo, mau ngapain lagi sih," ucap Bian sedikit kesal,
"jadi di tempat kayak gini lo tinggal, sempit banget sih," Ria mengabaikan ucapan Bian, dia melihat sekeliling rumah Bian, meskipun sang yang punya rumah terlihat jelas tidak menyukainya, setelah puas melihat, dia pun duduk di sofa,
"gue mau bikin kesepakatan sama lo, kesepakatan yang menguntungkan kita berdua," tawar Ria penuh keyakinan,
"kenapa gue harus bikin kesepakatan sama lo, gue rasa saat ini tidak ada keadaan gue yang bisa merugikan gue," jawab Bian menolak tawaran Ria,
"soal ancaman lo ke Tiara, lo nggak tahu apa yang bakalan Tiara lakuin ke Lo kan," tanya Ria,
"gue nggak peduli dia mau lakuin apa, yang jelas gue nggak butuh tawaran dari lo," jawab Bian dengan sangat percaya diri, Bian tidak memiliki apapun yang ditutupi atau sesuatu hal yang ingin dia lindungi,
Ria menghampiri Bian yang masih berdiri dari tadi, dia mendekat hingga wajah mereka sangat berdekatan,
"apakah itu termasuk soal Jackran," tanya Ria,
"Jackran bukan kelemahan gue, jadi lo nggak akan bisa ngancam gue pake Jackran," jawab Bian, Ria tersenyum sinis dan mulai mundur beberapa langkah,
"ok, terserah lo, tapi kalau lo berubah pikiran lo bisa datangi gue," tawar Ria. Bian tidak mengerti kenapa Ria mencoba melakukan penawaran untuknya, apakah Ria akan mengkhianati Tiara. Bian tak habis pikir, segitu takutnya mereka dengan penilaian orang lain daripada mempertanggungjawabkan perbuatan mereka, padahal Bian sendiri tidak benar-benar akan menyebarkan tentang peristiwa itu toh dia juga tidak mempunyai bukti yang kuat. Kalau di gertak gini aja udah bikin mereka ketakutan bagaimana jika berita itu benar-benar tersebar.
Siang ini Bian janjian makan siang bersama Fio, Bian menggunakan skinny jeans yang memperlihatkan keindahan kakinya dan baju kaus dengan potongan V pada lehernya, dia melengkapi dengan slingbag berukuran sedang yang juga tidak terlalu besar namun bisa untuk handphone dan juga dompetnya.
Hari ini mereka makan di depan kantor karena Fio masih memiliki pekerjaan yang harus segera dia selesaikan, saat tiba di kafe depan kantor, Bian melihat Fio tengah duduk seorang diri, dia tengah berbincang dengan seseorang menggunakan handphonenya. Bian segera menghampiri Fio dan duduk tepat di depannya,
"lama banget sih," tanya Fio setelah mematikan sambungan telponnya,
"gue sibuk," ucap Bian seadanya, tak menunggu lama makanan yang mereka pesan datang, Fio memang sudah memesankan makanan untuk dia dan Bian, dia tahu betul makanan kesukaan Bian di kafe ini, dan biasanya Bian jarang menukar menu makanan dan minumannya sampai dia bosan dan mencoba yang baru.
"gue dengar lo bakalan masuk lagi ke divisi perencanaan," tanya Fio memastikan, Bian hanya mengangguk,
"kok bisa," tanya Fio,
"ya bisalah, lagian cepat banget berita nya nyebar, baru tadi gue hubungin Tiara, eh malah langsung di kasih," jawab Bian,
"Tiara yang ngasih tahu Jackran tadi, awalnya Jackran nolak tapi Tiara maksa dengan alasan dia butuh karyawan kayak lo," jelas Fio,
"pintar banget dia," jawab Bian yang masih sibuk melahap makanannya,
"tapi lo harus kudu hati-hati Bi, gue yakin Tiara punya rencana lain buat lo, gue harap lo nggak akan tersakiti lagi oleh kebusukan Tiara, lo nggak lupa kan sama yang dulu-dulu," Fio sedikit khawatir tentang apa yang bakalan terjadi, dan dia tahu Bian tidak akan merubah keputusannya,
"lo tenang aja, gue nggak bakal tinggal diam kayak yang udah-udah," jawab Bian, saat keduanya sedang berbincang-bincang, Tiara tampak masuk bersama dengan Jackran, Jei dan Ria.