Hari ini Tiara dan Ria bertemu dengan Bara, mereka harus membujuk Bara agar mau bekerja sama dengan mereka. Mereka bertemu di sebuah villa milik Bara, dia sudah dua hari ini di sini meninggalkan Paris.
Tiara dan Ria memasuki villa mewah itu, mereka disambut oleh para pelayan yang ramah, mereka diantarkan di ruang belakang yang terlihat sangat cocok untuk berbincang-bincang. Ruangan ini di penuhi oleh tanaman dan juga buku-buku, sepertinya ruangan ini juga dipergunakan untuk ruang baca.
Para pelayan memberikan makanan kudapan dan teh buat mereka, kemudian mereka ditinggalkan berdua.
"hy selamat datang di villa ku," suara Bara datang dari pintu ruangan ini, ia tampak menggunakan baju santai dan masih saja mengeluarkan aura yang bisa membuat para wanita tergila-gila kepadanya.
"hy Bar, udah lama ya," sapa Ria, sedangkan Bara tersenyum melihat mereka,
"ayo duduk," Bara mempersilahkan mereka duduk sambil mendudukkan juga pantatnya,
"jadi apa yang mau kalian bicarakan," tanya Bara,
"ok, kita nggak akan basa-basi lagi, karena ini keadaan darurat, ada seseorang yang tahu tentang kejadian beberapa tahun yang lalu," Jawab Tiara langsung to the point,
"Bian?" jawab Bara tanpa penuh dosa,
"kamu kenal sama Bian," tanya Ria,
"aku yang menceritakan semuanya kepada Bian," jawab Bara enteng,
"kamu udah gila ya, kamu nggak tahu orang seperti apa Bian," Ria berdiri dari tempat duduknya, dia emosi mendengarkan kejujuran Bara,
"kalian nggak perlu takut sama Bian, dia bukan perempuan yang berbahaya, dan tentu saja aku lebih mengenalnya daripada kalian ataupun dari pada yang bisa kalian bayangkan" jawab Bara,
"dia menggunakan itu buat ngancam aku Bar," jawab Tiara,
"dia menggunakan kelemahan ku buat ngehancurin aku," lanjut Tiara lagi yang masih berusaha menenangkan emosinya, tidak percaya dengan orang yang menyebarkan hal tersebut, padahal Bara sendiri juga terlibat dalam kejadian itu, tetapi dia menceritakan kepada Bian yang berarti menunjukkan betapa percayanya Bara kepada Bian.
"bukankah itu karena kamu merebut apa yang sudah bukan jadi milikmu lagi," tanya Bara,
"Bar dengar kalau sampai masalah ini terbongkar, bukan Cuma aku dan Ria yang bakalan hancur tapi kamu juga, mungkin kamu percaya sama Bian, tapi Bian sudah menggunakan itu untuk menyerang aku," Tiara memperingati Bara yang tampaknya lengah karena terlalu percaya pada Bian,
"aku menceritakan ke Bian hanya untuk Bian mendapatkan kekuatan dan kekuasaan, aku tahu apa yang sudah kamu lakukan ke Bian, jadi anggap aja ini adil,
"kamu akan tahu perempuan seperti apa Bian, dia akan membongar semuanya untuk kepentingan dia, dia nggak akan mikirin kamu Bar," Ria mengambil alih pembicaraan agar suasana tidak semakin menegang.
Bara tampak berfikir sebentar, ia mondar-mandir di ruangan itu,
"kasih aku waktu, aku bakalan buat Bianatya untuk tutup mulut," Jawab Bara kemudian setelah berpikir beberapa saat.
Tiara dan Ria memilih untuk memberikan waktu untuk Bara, mereka harus melihat tindakan apa yang akan Bian lakukan, setelah kedua tamunya pergi. Bara tampak berfikir, dia masih tidak percaya bahwa Bian akan menghancurkannya juga, dia yakin Bian hanya menggunakan hal itu untuk mengancam Tiara saja. Bara hanya tidak ingin Bian mendapatkan ketidakadilan secara terus-menerus, Bian harus mendapatkan apa yang dia inginkan tanpa berpikir Bian mungkin saja akan mengkhianatinya.
…
Bian membunyikan bel apartement Jackran sejak tadi, hari ini dia masih menunggu panggilan dari Tiara, setelah 3 kali membunyikan bel akhirnya si pemilik pun muncul dan membukakakn pintu untuknya,
"ngapain kamu di sini," pertanyaan itu keluar dari mulut Jackran setelah melihat siapa yang berada di depan pintu apartement nya,
"aku bawa ini," Bian tidak mempedulikan ketidaksukaan Jackran, ia mengangkat tangannya ke udara yang berisi beberapa makanan, tapi Jackran tak juga menyuruhnya untuk masuk,
"ngapain ngeliatinnya gitu banget, boleh masuk nggak nih," jawab Bian berpura-pura ngambek pada Jackran yang dia sendiri tahu Jackran tidak akan peduli, Bian segera masuk, setelah Jackran memberikan jalan kepadanya. Dia segera menuju ke dapur Jackran dan mengambil beberapa tempat untuk meletakkan makanannya, sedangkan Jackran membiarkan Bian melakukan apa yang dilakukannya. Setelah makanan selesai ditata, Bian memanggil Jackran yang tengah duduk di sofa di depan tv, Jackran menurut dan pergi ke meja makan.
"aku harap ini yang terakhir kamu datang kesini Bi," tegas Jackran kepada Bian, sedangkan Bian memilih untuk tidak peduli dan fokus pada makanannya,
"kamu tahu apapun yang kamu lakukan, nggak akan bisa merubah keputusan aku Bianatya," lanjut Jackran setelah tak ada jawaban dari Bian,
"aku pengen buktiin, apa kamu benar-benar tidak akan merubah keputusanmu, kita lihat aja nanti," ucap Bian yakin,
"itu hanya akan melelahkan kamu Bi dan jujur ini benar-benar mengganggu aku, aku harap kamu tidak jadi parasit dalam hidup aku," Jackran mulai berbicara dengan nada tinggi yang mencoba sebisa mungkin untuk menahannya,
Bian menghentikan gerakan tangannya yang tengah memegang sendok untuk mengambil makanan yang akan dimakannya,
"tapi kamu nggak pernah tegas sama aku Ran, kamu masih membiarkan aku melakukan apa yang aku mau, jujur Ran kamu sebenarnya juga menginginkan ini kan," tanya Bian,
"berhenti berspekulasi tentang hal yang hanya ingin kamu lihat Bi," Jackran akan beranjak pergi,
"kamu harusnya coba jujur sama perasaan kamu Ran," Bian ikut berdiri dan memegang lengan Jackran, namun tangannya dihempas Jackran, Jackran menarik lengan Bian dengan keras, tubuh Bian tertarik mendekat kearah Jackran, lengannya terasa sakit karena digenggam oleh Jackran dengan sangat keras,
"cukup Bi, aku benar-benar muak dengan sikap kamu yang seperti ini," tegas Jackran,
Bian cukup terkejut dengan ucapan dan perlakuan Jackran kepadanya, berkali-kali ucapan dan tindakan Jackran terus mengoyak hatinya. Bian berusaha untuk menahan tangisnya, hatinya lebih perih daripada lengannya saat ini yang masih digenggam dengan keras oleh Jackran, tatapan Jackran seakan bisa menghancurkannya dalam sekali hantaman.
"oh ya, aku bakalan ganggu kamu, aku bakalan hancurin kamu sampai kamu benar-benar jujur sama perasaan kamu Ran, sampai nggak ada satupun orang disisi kamu, setelah itu kamu bakalan tahu bagaimana pentingnya aku buat kamu, bagaimana besarnya aku dihatimu," ucap Bian berbicara melalui giginya,
"berhenti berpikiran sesuatu hal yang tidak mungkin akan terjadi Bi," Jackran mendorong Badan Bian hingga Bian menjadi tidak seimbang dan mundur beberapa langkah kebelakang beruntung kakinya kuat untuk menahan tubuhnya sehingga dia tidak terjatuh,
"kamu yakin, kamu sudah mengenal Tiara sepenuhnya, tentang Tiara dan mantan kekasihnya dan apa yang terjadi di Paris, aku yakin kalau keluargamu tahu mereka tidak akan merestui kamu dan Tiara, itu juga akan menghancurkan reputasi keluarga kamu Ran," Bian tersenyum menjelaskan kepada Jackran sedangkan Jackran sedikit terkejut dengan apa yang dimaksud oleh Bian,
"maksud kamu apa," tanya Jackran berusaha tenang,
"aku pikir lebih baik kamu langsung tanyain ke Tiara, atau mungkin Ria, sahabat yang selama ini kamu percaya, orang seperti apa dia," jawab Bian,
"dengar ya Bi, kalau sampai kamu gangguin Tiara ataupun Ria aku nggak bakalan tinggal diam," Jackran mengancam Bian sedangkan yang diancam hanya tersenyum.
Jackran cukup terkejut dengan apa yang Bian sampaikan, sampai mana Bian mengetahui masalah itu dan darimana dia mengetahuinya. Jackran sendiri sudah mengetahui masalah itu jauh-jauh hari, apalagi saat itu Jackran masih sangat mencintai Tiara sehingga dia menyuruh orang untuk selalu mengikuti Tiara. Tanpa Tiara dan Ria ketahui Jackran dan Jei sudah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Hal ini membuat Jackran sedikit gusar, dia mencemaskan keselamatan Bian. Bian tidak mengetahui bahaya apa yang akan didapatkannya, jika dia mengetahui sesuatu hal yang seharusnya tidak Bian ketahui. Jackran harus menghentikan Bian sebelum keadaannya semakin rumit.