Bian pergi kerumah Tiara setelah pulang dulu kekostannya, ia memilih untuk pulang dulu karena tahu Tiara akan pulang setelah makan malam. Bian menunggu di depan apartement Tiara di lantai 10, setengah jam menunggu, akhirnya yang di tunggu pun menunjukkan kehadirannya.
"hy," sapa Bian ramah,
"ngapain kamu di sini," ucap Tiara, jelas keterkejutan tampak dari ekspresi Tiara,
"aku mau ngomong sesuatu sama kamu," ucap Bian santai,
"kayaknya udah nggak ada hal yang harus di bicarakan," jawab Tiara, dia segera menekan tombol pin untuk membuka pintu apartmentnya,
"kabar Bara gimana," suara Bian menginterupsi tindakan Tiara, ia menoleh ke Bian dengan ekspresi yang tidak bisa dijelaskan,
"tahu dari mana kamu," tanya Tiara, tidak menjawab pertanyaan Tiara, Bian memilih langsung masuk ke dalam apartement Tiara yang pintunya sudah terbuka. Tiara hanya mengikuti Bian dari belakang.
"apa Jackran sering ke sini," tanya Bian, ia segera duduk di sofa ruang tengah apartementnya Tiara. Apartemen Tiara sangat luas, dengan ruangan yang mendominasi warna peach dan putih, di lihat dari sini terdapat dua kamar di lantai bawah dan di lantai atas sepertinya ada banyak buku kalau di lihat dari tempatnya duduk saat ini. Selain itu terdapat meja seperti meja yang ada di bar, di mana ada lemari yang penuh berisi dengan botol wine.
"apa yang mau kamu omongin," Tiara tidak menjawab pertanyaan Bian, dia hanya ingin langsung pada inti pembicaraan,
"aku mau masuk ke tim perencanaan," Bian juga langsung pada intinya,
"nggak semua orang bisa masuk kesana dengan gampang," jawab Tiara meremehkan Bian,
"lagian apa yang bisa buat kamu yakin, aku bakal bisa masukin kamu, apa yang kamu punya," lanjutnya penasaran apa yang di tahu oleh Bian,
"soal kamu dan Bara atau soal perempuan yang jadi saksi masalah kamu dan Bara, dan tentunya seseorang yang bunuh diri," ucap Bian penuh kemenangan,
"aku nggak ngerti maksud kamu gimana," Tiara berpura-pura tidak tahu, tapi ekspresinya tidak bisa membohongi Bian, bagaimana Bian tahu tentu menjadi pertanyaan buat Tiara, karena tidak banyak yang tahu tentang masalah itu.
"aku bisa bantuin kamu menceritakan hal inj ke Jackran ataupun keluarganya atau mama kamu," jawab Bian enteng,
"dasar perempuan licik, kamu ngancem aku," jawab Tiara,
"no, aku hanya mau bantuin kamu, karena sepertinya kamu nggak bisa menceritakannya kepada mereka" jawab Bian,
"jadi kamu hanya mau berada di tim perencanaan," tanya Tiara yang memilih untuk saat ini menyerah karena ancaman Bian,
"jauhin Jackran," ucap Bian tegas, saat ini dia tengah berdiri di depan Tiara, Bian dan Tiara saling menatap,
"kamu pikir hanya aku yang menginginkan pertunangan itu, aku pikir kamu harus ngomong sesuatu ke neneknya Jackran," jawab Tiara, dia merasa terpojok saat ini, Bian mengetahui kelemahannya dan menjadikannya sebagai ancaman untuk menjauhi Jackran.
"kamu hanya harus menjauhi Jackran dan membatalkan pertunangan itu, atau nenek Jackran juga akan mengetahui ini," ancam Bian lagi,
"ok baik lah," jawab Tiara, dia tidak menyerah, untuk saat ini, hanya ini yang bisa di lakukannya, dia harus membalas Bian, apa yang selama ini dia sembunyikan tidak harus di ketahui oleh orang banyak, apalagi nenek Jackran, Jackran ataupun Ibunya sendiri. Hal ini hanya akan menjadikannya sebagai orang buangan bagi Ibunya dan Jackran tentu tidak akan bisa dia dapatkan.
"ok kalau gitu, aku pikir obrolan kita sampai disini aja saat ini, hubungin aku kapan aku harus masuk kerja," Bian penuh kemenangan, dia meninggalkan Tiara yang penuh kemarahan, terlihat jelas dari raut wajah Tiara bahwa masalah ini bisa dijadikan Bian sebagai ancaman untuknya.
Tiara segera mengambil handphonenya,
"halo," terdengar suara dari seberang sana,
"ria lo harus bantuin gue," Tiara langsung pada intinya,
"kenapa," tanya Ria di seberang sana,
"Bian tahu tentang gue dan Bara, tentang masalah kita di Paris tapi dia tidak tahu kalau kamu terlibat, dia ngancam aku pakai itu," jawab Tiara menjelaskan kepada Ria,
"seberapa banyak dia tahu?" tanya Ria yang juga terkejut dengan masalah ini,
"aku juga tidak tahu, tapi dia hanya mneyebutkan Bara aku dan dua orang brengsek itu," jawab Tiara kesal,
"apa yang dia mau," tanya Ria,
"dia pengen masuk ke tim perencanaan dan minta gue batalin pertunangan gue dan Jackran," jawab Tiara yang semakin gusar, saat ini tidak ada yang bisa di lakukannya, sama seperti beberapa tahun yang lalu, dia meminta Ria untuk membantunya mengatasi masalahnya,
"ok saat ini, ikutin apa yang jadi maunya untuk tim perencanaan, masalah Jackran kita harus memikirkan cara dan buat Jackran membencinya," jawab Ria,
"tapi bagaimana caranya, kita tidak tahu apa kelemahannya, aku pikir dia hidup dengan baik," jawab Tiara yang masih penuh kecemasan, tentu saja hal ini tidak menguntungkan posisinya.
"dia tidak selamanya hidup dengan baik, kalaupun begitu kita bisa membuatnya hidup dengan tidak baik," jawab Ria, sepertinya Ria sudah memikirkan sebuah rencana untuk menghancurkan Bian.
Setelah menelfon Ria, Tiara juga menelfon orang suruhannya untuk mengikuti Bian dan mencari kelemahan Bian yang bisa dijadikannya sebagai ancaman agar Bian tidak menindasnya. Bian juga harus di kasih pelajaran agar dia tahu orang seperti apa yang dia hadapi saat ini, Bian tidak boleh lebih berkuasa darinya, itulah yang di pikirkan Tiara.
…
Bian merasa puas dengan ekspresi yang di tunjukkan Tiara yang berarti Tiara tidak mempunyai apapun untuk melawannya, Bian harus terus berhati-hati, dia tidak boleh lengah, karena dia tidak mengetahui pasti perempuan seperti apa seorang Tiara. Bian sendiri kaget ketika mendengar cerita tentang Bara dan Tiara, Bian mendapati cerita dari Bara. Bian dan Bara merupakan teman masa kecil, keduanya berpisah saat Bara dan keluarganya pindah ke Paris, meskipun begitu Bian dan Bara masih berhubungan dengan baik, Bisa di bilang satu-satunya orang yang di miliki oleh Bian adalah Bara dan Fio. Bian meminta Bara untuk mencari tahu tentang seorang Tiara yang ternyata sangat kebetulan di ketahui oleh Bara.
Meskipun Bian dan Bara sangat dekat, tapi Bian tak sepenuhnya terbuka kepada Bara, mereka sangat dekat namun ada beberapa hal yang jadi pembatas bagi mereka untuk tidak mengetahui keadaan masing-masing, bahkan Bara tidak pernah tahu bahwa Bian dan Jackran berpacaran atau Bian mengenal Tiara sampai saat dia meminta pertolongan Bara.
Sesampai dirumah, Fio sudah berdiri di depan pintu Bian, kosan Bian dan Fio memang bersebelahan jadi sangat gampang buat Fio menemukan Bian,
"kok kamu baru pulang sih," tanya Fio sebal karena sudah menunggu Bian dari tadi,
"ada kerjaan tadi," jawab Bian asal, ia membuka pintunya dan masuk tentu saja diikuti oleh Fio,
"jadi kenapa kamu nanyain rumah nya Tiara," tanya Fio langsung dan duduk di kasur Bian,
"ada masalah apa kamu sama Tiara," tanya Fio lagi, sedangkan Bian sedang mengambil minuman dari kulkas dan mengganti baju nya,
"Bi cepetan dong," teriak Fio semakin tidak sabar,
"ia bentar," jawab Bian dari dalam toilet, saat Bian sudah keluar, Fio langsung menarik Bian duduk di sebelahnya, meminta penjelasan tentang apa yang terjadi. Bian pun menceritakan semuanya secara detil kepada Fio, dia tahu Fio peduli padanya dan tulus, dan Fio adalah orang yang paling Bian percayai untuk saat ini.