Chereads / Mengukir Namaku di Hatimu / Chapter 16 - Lihat Aku Yang Terluka

Chapter 16 - Lihat Aku Yang Terluka

Hari ini Bian dan seluruh karyawan yang berada di divisinya akan mengadakan kegiatan camping, hal ini selalu dilakukan jika ada karyawan baru yang masuk kedivisi perencanaan. Meskipun ini bukan agenda wajib dari kantor tetapi kantor mengizinkannya jika dilakukan pada akhir minggu atau weekend.

Bis yang akan mengantarkan rombongan divisi perencanaan tiba, mereka memasuki bis satu persatu dan kegiatan ini akan dilakukan selama 2 hari 2 malam.

"sepertinya panitia acara mempersiapkannya dengan sangat baik, lihat aja bisnya nyaman banget," Andin tak henti-hentinya kagum dengan bis yang mereka naiki dan Bian hanya tertawa melihat tingkah Andin,

"kenapa mereka ikut," tanya Bian setelah clara, Tiara, Ria dan Jei melewati kursi mereka. Tentu saja bertemu dengan Ria adalah hal yang tidak diinginkan Bian, dan Bian berharap ini tidak akan menjadi camping yang menyebalkan untuknya.

"ya iyalah mereka ikut, mereka kan sahabatnya pak Jackran," jawab Andin,

"Jackran ikut?" Tanya Bian dengan ekpresi kagetnya, "maksud gue pak Jackran," ralat Bian sebelum Andin memprotesnya,

"kayaknya sih gitu," Jawab Andin ikut prihatin dengan keadaan Bian,

"lagian kenapa mereka ikut sih, ini kan cuma khusus buat divisi kita, kenapa harus ada orang luar, lagian ya kalau ada pak Jackran yang ada karyawan nanti pada nggak bebas," cerocol Bian dengan berbisik ke Andin,

"tenang aja, setahu gue mereka emang sering ikut, tapi katanya mereka jarang gabung sama karyawan, palingan di kegiatan-kegiatan tertentu doang," balas Andin.

Saat semua karyawan sudah memasuki bis dan duduk di tempat masing-masing, bis pun mulai melaju. Saat ini sekitar 20 karyawan yang mengikuti kegiatan ini. Para karyawan sibuk dengan kegiatan masing-masing, seperti beberapa ada yang mengobrol dengan teman disampingnya, atau ada yang hanya tidur atau juga beberapa kelompok yang memulai karaoke ala mereka sendiri, sedangkan Bian memilih tidur begitu pun Andin.

Bis berhenti ditempat istirahat, di sini banyak bis dan mobil juga yang berhenti dan tentunya tidak lupa berbagai makanan yang baunya saja mulai tercium sejak keluar dari Bis. Bian dan Andin berjalan menuju toilet untuk memperbaiki wajah mereka yang habis tidur, sedangkan karyawan lain beberapa ada menuju ketempat makan namun ada beberapa juga yang hanya berdiam diri di bis.

Saat Bian dan Andin tengah duduk menunggu minuman yang mereka pesan, Jackran, Tiara, Ria, Jei dan Clara tampak menuju kemeja disebelah mereka. Bian berusaha untuk tidak terganggu dengan kehadiran mereka,

"kayaknya kita harus pergi deh Bi," ucap Andin yang merasa tidak nyaman dengan situasi ini,

"ngapain, orang kita yang duluan," balas Bian yang juga merasa tidak nyaman dengan situasi ini, namun ia berusaha untuk terlihat baik-baik saja terutama dihadapan Ria, ntah kenapa, Bian merasa harus bersaing dengan Ria.

Bian mencoba untuk tenang ketika rombongan tersebut melewati tempat duduk mereka, dan sialnya tempat duduk rombongan itu tepat berada di belakang Bian dan Andin. Bian berusaha untuk pura-pura tidak peduli tetapi ketika Ria menanyakan tentang pertunangan mereka membuat Bian melirik diam-diam kearah mereka. Sedangkan Andin berdoa di dalam hati agar minuman mereka segera datang dan mereka bisa langsung pergi, karena Andin pun bingung harus bersikap seperti apa.

"gimana persiapan untuk acara pertunangan kalian," Ria sengaja menanyakan tentang ini agar terdengar oleh Bian,

"masih banyak yang harus diurus," jawab Tiara dan menoleh ke Jackran yang sibuk dengan ponselnya, sedangkan Clara pergi memesan makanan untuk mereka,

"lagian kenapa sih ran, lo pengen buru-buru banget nikah sama Tiara, takut ya lo," Ria melirik kearah Bian dengan sinis yang juga sedang melihatnya,

"jadi kita mau nginap di mana ran, jadi di tenda bareng karyawan lainnya," potong Jei, Jei tahu saat ini bukan yang tepat untuk membahas permasalahan ini,

"gue udah pesan kamar hotel buat kita semua, ntar kalo kita di tenda malah jadi nggak nyaman yang lainnya," Jackran berusaha untuk mengabaikan Bian yang ia tahu sedari tadi menoleh kearah mereka,

"Bi kita pergi dari sini yuk, please," Andin memohon setelah minuman mereka datang,

"ya udah yuk," balas Bian, sebelum ia jadi lebih badmood, mereka berpamitan kepada rombongan itu terutama Clara sebagai atasan langsung mereka.

Setelah satu jam berhenti akhirnya bis kembali melaju ketempat tujuan. Sesampai di

tempat tujuan masing-masing anggota yang telah dibagi sebelumnya segera bekerja sama untuk mendirikan tenda. Beruntung Bian satu kelompok sama Andin dan Clara, orang yang ia tahu sehingga sedikti nyaman untuknya. Satu tenda terdiri dari 4 orang, jadi saat ini ada 5 tenda yang akan digunakan, dan sepertinya Jackran dan teman-temannya tidak tidur di tenda jadi Bian sedikit lega.

Saat semuanya sedang sibuk mendirikan tenda, tiba-tiba suara Jei mulai menginterupsi gerakan karyawan lainnya,

"guys, kalau kalian mau mandi, kalian bisa mandi kepenginapan di ujung sana, nggak terlalu jauh dari sini," ucap Jei mengumumkan,

"kita udah pesan satu penginapan disana khusus untuk kalian, tapi ingat Cuma untuk mandi, ok," para karyawan pun bersorak senang mendengar pengumuman itu,

"kamar mandi nya Cuma ada 3, jadi kalian harus gantian, jangan berantem," lanjut Jei disambut tawa oleh karyawan lainnya,

"ya udah lanjutin lagi kerja nya, habis ini kalian bisa makan malam, yang udah kita siapin khusus malam ini,"

"baik pak," ucap para karyawan serentak, beruntung malam ini mereka nggak harus masak, karena mereka sudah lelah selama di perjalanan dan mendirikan tenda.

"yang mau mandi duluan sana gih, kita juga udah mau selesai," ucap Clara kepada Bian dan Andin,

"lo duluan aja Bi, gue selesaian ini dulu, nanggung banget" ucap Andin yang masih sibuk dengan kegiatannya,

"ya udah gue mandi duluan ya," Bian pun segera mengambil perlengkapan mandi dan baju gantinya, ia segera menuju ketempat penginapan, beberapa karyawan juga sedang menuju kesana, bergantian untuk mandi.

Sesampai di sana Bian harus menunggu karena sedang antri, karena bosan Bian memutuskan untuk berkeliling di penginapan. Bian duduk di ayunan di dekat kolam kecil di lantai dua, pemandangan disini sangat menyejukkan mata, penuh dengan pohon dan tumbuhan.

"ngapain kamu kesini," suara Jackran menginterupsi Bian,

"maaf," ucap Bian segera berlalu meninggalkan Jackran, Jackran semakin terlihat serasi dengan Tiara dan Bian tidak ingin melihat itu.

"kenapa, lo nyari kesempatan buat dekat sama Jackran," ucap Ria menghalangi jalan Bian,

"gue pikir lo udah sadar posisi lo," ucap Ria sinis, jarak antara Ria dan Bian sudah sangat dekat,

"gue bakal tunjukin ke lo posisi gue sebenarnya," Bian tersenyum sinis dan pergi meninggalkan Ria yang mulai geram dengannya.

Ria mengejar Bian, "lo kenapa sih masih nggak ngerti," Ria berteriak dan menjambak rambut Bian,

"apaan sih lo, lepas nggak," Bian merintih kesakitan memegang rambutnya yang ditarik,

"lo benar-benar harus disadarin biar lo sadar," Ria semakin menarik rambut Bian, tak peduli Bian yang kesakitan, Bian menarik tangan Ria dan mendorong Ria hingga terjatuh,

"gue nggak ngerti, lo punya masalah apa sama gue, sampe segininya," Bian berteriak kepada Ria,

"karena gue nggak pernah suka sama lo," Ria balas berteriak, dan mendorong Bian,

"kenapa, lo takut, gue bakal kasih tau keorang-orang, kalau Ibu lo seorang simpanan," Bian tersenyum penuh kemenangan dan balas menarik rambut Ria,

"Bi, cukup," Jackran menarik tangan Bian dari rambut Ria,

"minta maaf sama Ria," ucap Jackran dan menghentakkan tangan Bian sampai membuat Bian terdorong kebelakang. Bian melihat kemarahan dari cara Jackran melihatnya, namun itu juga menyakitkan untuk Bian, karena Jackran hanya peduli pada temannya, meskipun seharusnya Bian tahu bahwa Jackran sudah tidak peduli lagi kepadanya, tapi tetap saja ini menyakitkan untuknya. Jackran tidak pernah berubah, dari dulu ia bahkan tidak pernah mencoba melihat dari sudut pandang Bian.