Angin malam membuat rambut gadis yang digerai itu terbang mengikuti arah angin. "Kenapa bukan aku aja yang jadi selingkuhan kamu sih?" Tanyanya sambil duduk dibagasi belakang mobil bersama dengan seorang lelaki yang tak lain adalah kekasihnya.
"Jangan sebut selingkuhan, itu terdengar rendah." balas lelaki yang masih tidak sadar pada kelopak mata gadis itu yang tengah membendung air.
Gadis itu berdiri dan menghadap ke arah kekasihnya yang juga ikut berdiri menghadapnya. "Terus dia juga pacar kamu gitu?" lelaki itu terdiam tak berniat untuk menjawab, "aku takut jika 'lebih baik jadi yang kedua tapi selalu diutamakan' itu terjadi." Ia makin tidak dapat membendung air matanya, membiarkan air mata nya terjatuh, turun melewati pipi nya hingga terjatuh di aspal jalan.
"Maafin aku," hanya itu yang selalu diucapkan lelaki itu, tidak ada penjelasan apapun yang membuat hatinya lega.
"Kamu pilih aku atau dia?"
Lelaki itu mematung, tenggorokannya terasa tercekit. Beberapa kali ia selalu menghindar dari percakapan ini tapi akhirnya ia tidak bisa memungkiri bahwa kekasihnya memang membutuhkan sebuah penjelasan yang jelas dari mulutnya sendiri.
"JAWAB!"
Lelaki itu menangkup wajah kekasihnya dengan kedua tangannya, "Kamu sayang kan sama aku?" gadis dihadapannya mengangguk sembari menatap lekat kedua bola mata hazel lelaki itu. "Kamu cinta kan sama aku?" gadis itu segera mengalihkan pandangannya kearah lain, dia membuang nafas berat lalu mengangguk lagi. Lelaki itu mengusap air mata kekasihnya dengan lembut, "kalau gitu tetap bersama aku ya, sayang. Karena gak ada satu alasan pun untuk kita berpisah."
Gadis itu menghembuskan napas panjang, dia mengusap wajahnya gusar, gadis itu selalu merasa lemah saat kekasihnya dengan pintar membuat hatinya luluh kembali. Gadis itu merutuki dirinya sendiri, dia terlalu bodoh karena telah mengikuti permainan kekasihnya yang jelas – jelas sangat menyakiti hati dan batinnya. Logikanya seakan mati akibat main hatinya yang terlalu dalam pada seseorang.
***
Mobil sedan berhenti didepan gedung yang sedang ramai karena ratusan orang menghadiri sebuah acara yang mewah. Gadis kemarin yang berbincang dengan kekasihnya keluar dari dalam mobil bersama dengan Kakak lelakinya. Dia berdiri diluar gedung, kakinya terasa berat melangkah masuk ke dalam.
Lagi dan lagi gadis itu harus menghembuskan nafas panjang mengingat kembali kejadian kemarin malam, ketika kekasihnya menjelaskan pengakuan dengan matanya yang memerah, rambut yang berantakan, dan kemeja yang tidak terkancing rapih, lelaki itu menceritakan tentang hubungannya dengan gadis lain yang ternyata adalah campur tangan Ayahnya. Dengan berat hati, gadis itu memutuskaan hubungannya dengan kekasihnya, karena bagaimanapun juga ia tidak mungkin menjadi penghalang kekasihnya untuk berbakti pada Ayah kandungnya.
"....telah resmi bertunangan."
Saat kaki gadis itu menapak pada lantai kotak di pintu masuk, suara tepuk tangan dan sorak riuh dari para tamu memasuki indera pendengarnya. Dia terlambat memeluk mantan kekasihnya untuk yang terakhir sebelum kepergiannya kembali ke kota kelahirannya di Bandung. Gadis itu kembali terisak dibahu Kakaknya, hubungan yang sudah dijalani dua tahun kandas begitu saja, dan pula tidak ada lagi kesempatannya untuk merajut kemesraan bersama kembali.
"Ayo pulang," lelaki dengan tinggi semampai merengkuh pundak adiknya dengan hati-hati, membawa kepala gadis itu agar tetap bersandar pada pundaknya. Lelaki itu menahan hatinya yang sudah memanas melihat wajah tanpa dosa mantan kekasih adik bungsunya. Ingin sekali meninju wajah sok tampan nya itu. Giginya bergeretak seraya berjalan keluar dari gedung tempat terkutuk itu.
Cinta pertama membuat seseorang menjadi gila karena patah hati. Tapi, tidak untuk gadis blasteran Irlandia-Indo itu. Hanya saja mungkin kehidupannya tak akan lebih baik dari sebelumnya. Namun jika sudah begini siapa yang harus disalahkan?
"Aku benci pada situasi rumit.
membuatku harus rela melepaskan kisah manis bersamamu..."
~~