Chereads / Dekat Tak Tergenggam / Chapter 9 - Gosip Kampus

Chapter 9 - Gosip Kampus

Alan dan Aji melongo melihat Raka yang semakin menjauh.

"RAKA!" teriak Alan sambil berlari kecil menyejajarkan langkahnya dengan Raka. "Tapi ada info yang belum lo tau, Rak," bisiknya.

Aji menghembuskan napas panjang, lalu berlari menyusul kedua sahabatnya. "Baru juga istirahat!" gumamnya pelan.

"Apa?" tanya Raka penasaran.

"Bima itu udah punya pacar! Namanya Dilla! Satu fakultas sama dia, kenal gak?"

Raka mengangguk-anggukan kepalanya. "Gue tau! Yang sering nemenin dia tanding basket kan? Yang waktu itu lawan fakultas kita? Kalo benar iya... aw gila!" jawab Raka heboh. "Lo serius kan?"

Sambil berlari, Alan mengangguk tanpa menatap ke lawan bicaranya.

"Bukan hasil gosip, kan?"

Alan menempeleng kepala Raka. "Njir!" dia terbahak, lalu menoleh ke arah aji yang berada disebelah Raka. "Lo kira, gue Aji?"

"Gue lagi! Gue lagi! Orang ganteng mah gini, dimana-mana jadi bahan omongan!"

"Dasar lo!"

Raka menggeleng pelan. "Najis!"

Raka mendadak berhenti berlari, Alan dan Aji pun ikut berhenti. Kiya dan Bima berada tepat didepan mereka, Bima tersenyum tipis lalu mengulurkan tangannya ke depan dan disambut oleh uluran tangan Alan dan Aji, karena Raka hanya diam hingga Bima menarik tangannya kembali.

"Gimana skripsinya Bim, udah beres?" tanya Alan.

Bima terkekeh. "Dikit lagi, lan."

"Cewek lo mana yang suka nemenin lo latihan basket?" tanya Raka sinis.

Kiya mengangkat sebelah alisnya, bingung pada sikap Raka yang berubah seratus kali lipat dari yang biasa dikenalnya. Mata Kiya memperhatikan Raka yang sedang memandangi Bima seperti pandangan menilai. Bima terlihat kebingungan untuk menjawab pertanyaan Raka yang seakan menuntutnya, karena dia sendiri pun sedang mencari batang hidung kekasihnya itu.

"Eng—" Bima mengusap tengkuknya.

"Lagian kepo banget sih lo jadi orang!" Kiya memotong perkataan Bima lalu menatap Raka sinis.

Raka tertawa pelan. "Selingkuhan marah!" ujarnya. Tangannya menyikut Alan dan Aji yang berada tepat disebelah kanan dan kirinya.

Kiya menoleh ke arah Bima yang juga menatapnya, mereka saling pandang, beberapa saat kemudian mereka berdua terbahak. Kiya mengusap sudut matanya yang berair. Sebelah alisnya terangkat.  "Kalau iya, emang kenapa?" tanyanya.

"Kiya!" kata Bima memperingati.

"Biarin aja, Kak, biar malu!"

Raka terlonjak kaget saat Kiya memanggil Bima dengan sebutan Kakak, bukan sayang atau panggilan sayang lainnya. Raka menjadi gelisah, jangan-jangan dia salah paham, mau ditaruh dimana mukanya saat ini. "Kakak?" Raka menatap Kiya dan Bima, seakan meminta penjelasan yang lebih jelas.

"Jadi lo sinis ke gue karena cem—"

"KAK BIMA!" Kiya memotong perkataan Bima dengan cepat, kedua matanya melebar menatap Bima.

Aji berdehem. "Du...dudududu..." Aji juga mengalihkan pandangannya ke arah lain saat Raka menatapnya dengan rasa malu.

Bima tersenyum tipis. "Ya udah gue duluan ya, mau nyusul Della."

Raka tersenyum canggung, lalu akhirnya mengangguk membiarkan Bima berjalan melewatinya, disusul oleh Kiya yang juga ikut berjalan dibelakang Bima, refleks tangan Raka terangkat, menahan tangan Kiya. "Kamu gak mau disini aja, temenin aku?"

Kiya berbalik. "Gak!" tegasnya, lalu berbalik lagi dan berlari kecil mengejar Bima yang sudah berlari terlebih dahulu meninggalkannya.

"Yuk, balik!" ajak Raka sambil mengusap dahinya yang berkeringat akibat kejadian yang membuatnya canggung dan panas dingin.

Aji segera menjauhkan sedikit tubuhnya dari Raka. "Siapa, ya? Gak usah deket-deket deh, bikin malu. Hahaha..." Aji berlari menghindari tangan Raka yang ingin menggelepak kepalanya, karena kekesalan Raka belum terlampiaskan, akhirnya dia berlari mengejar Aji dan naik ke atas punggungnya, hingga Aji hilang keseimbangan dan terjatuh.

Sambil berlari pelan, Alan tertawa melihat kekonyolan kedua temannya didepan umum.

***

"Iya gue kesana, ini udah dijalan, lagi macet Riri sayang. Ya udah, bye!" Kiya mematikan ponselnya dengan sedikit kesal.

Dia sedang duduk dijok belakang didalam mobil bersama Bima dan Della. Saat selesai berlari pagi tadi, Della mengajak Bima dan Kiya untuk mampir ke rumahnya yang tidak terlalu jauh, akhirnya mereka berdua setuju, sekalian beristirahat. Namun belum lama duduk diteras rumah Della, Kiya merengek pada Bima untuk segera pulang ke rumahnya karena merasa badannya sudah semakin lengket, dan Della pun meminta ikut ke rumahnya dengan alasan bete dirumah sendirian.

Kiya mendengus sambil mengingat Bima yang selalu memprioritaskan Della. Dia menjadi datang telat ke tempat janjian untuk mengerjakan proposal kegiatan bersama Riri, Amel dan Manda. "Pokoknya anterin gue dulu!" celetuknya saat Della sedang mengobrol dengan Bima.

"Iya, Kiya. Kita emang anterin kamu dulu kok, iya kan Bim?"

Bima mengangguk dalam diam. "Mau cepet sampai gak, Ki?" tanyanya.

"Mau," jawab Kiya cepat.

"Terbang!"

Kiya mencibir. "Lucu!" tangan Kiya mengambil ponsel yang tadi dia masukan ke dalam tas, lalu membuka notifikasi pesan yang masuk.

"Nanti malam sibuk gak?"

Kiya membaca pesannya dalam hati. Kiya memperhatikan nomer ponsel yang tidak dikenalnya, jemarinya mengetikkan pesan untuk membalasnya lalu menghapusnya lagi. Kiya bingung harus membalasnya atau tidak. Kiya menatap keluar kaca mobil, tempat makan sudah terlihat, Kiya berniat untuk turun dan berjalan saja karena macet yang juga masih panjang hingga ke depan.

"Gue turun disini aja, Ka," Kiya menyimpan ponselnya ke dalam slingbag berwarna kuning bermotif  bunga, lalu menutupnya. Kiya membuka pintu mobil dan kerluar, dia juga melambaikan tangan kanannya ke Bima dan Della yang berada didalam mobil.

Bima membuka kaca mobil disebelah Della. "Hati-hati, Ki," serunya. Kiya hanya membalas dengan anggukan kepalanya, kemudian berjalan masuk ke dalam tempat makan.

Mata Kiya menjelajah seisi sudut ruangan, mencari teman-temannya. Dia berjalan mendekat ke tiga cewek yang sedang bercerita heboh sambil sesekali tertawa, mereka adalah Riri, Manda dan Cindy. Manda dan Cindy adalah teman barunya saat di Universitas. Mereka agak rempong orangnya, tapi setia kawan banget deh. Kiya tersenyum tipis lalu menarik kursi dan menjatuhkan bokongnya disana.

"Kiya! Fix banget lo ketinggalan hosip!" ujar Riri heboh.

"Hosip?"

"Iya! Hot gosip, Kiya." Itu suara Cindu yang sama hebohnya dengan Riri. "Lo mau pesan apa?" lanjutnya.

Kiya melirik arah minuman Riri yang berada dihadapannya. "Caramel late aja!" sahutnya.

"Oke, wait!" Cindy bangun dari duduknya dan berjalan pergi ke Basstar.

"Itu anak salah minum obat, ya?" Kiya bertanya bingung sambil menatap Cindy dari kejauhan dengan heran.

Riri terkekeh pelan. "Emang kenapa?"

"Baik banget!" Kiya mengambil es jeruk dihadapan Riri, lalu meminumnya sekali tenggakan.

Riri melotot kaget saat minumannya diminum oleh Kiya. "Kiya! Ih! Punya gue..." rengeknya. Sebenarnya dia berniat untuk tidak meminumnya terlebih dahulu karena ingin di foto dan di-upload ke Instagram story, tapi semuanya jadi gagal total akibat ulah Kiya yang selalu mencicipi setiap makanan dan minuman miliknya.

Kiya tertawa. "Nanti gue ganti sama minuman gue!"

"Gak!" Riri menjawabnya dengan cepat. padahal Kiya tau bahwa dirinya sangat tidak menyukai minuman yang berbau caramel, tapi Kiya dengan lancang menawarkan minuman itu kepadanya.

Cindy berjalan membawa caramel late milik Kiya, lalu menyimpannya dimeja di hadapan Kiya, tapi langsung diambil oleh Kiya dan kemudian diminum hingga setengah, entah kenapa Kiya merasa jadi gampang haus karena matahari yang sangat terik. "Caramel Late satu khusus untuk pacar barunya Raka!"

Uhuk..Kiya tersedak saat sedang meminum Caramel late yang tadi dipesankan oleh Cindy. Keningnya berkerut sambil menyodorkan minumannya ke arah Riri. Sambil mencibir, Riri mengambil minuman yang disodorkan padanya dan menyimpannya dimeja. "Maksud lo, apa?"

Tawa Manda terdengar nyaring. "Kiya, lo tau?" Kiya menggelengkan kepalanya. "Itu adalah hot gosipnya!"

"Itu apa?" tanya Kiya lagi, dia semakin tidak mengerti dengan arah pembicaraan ketiga temannya saat ini.

"Itu loh, yang lo pacaran sama Raka! Ah, gila! Dia kan ganteng banget Kiya!" seru Manda sambil menatap Kiya dengan pandangan tidak percaya. "Lo pake pelet apa? Gue mau!" Bisiknya lagi pelan.

Kiya menggeleng pelan. "Astaghfirullah Manda!" Dia menimpuk kepala Manda dengan sendok dimeja. Tidak habis pikir ketiga temannya dari tadi membicarakannya saat dia belum berada disini, Kiya berdecak kesal sambil mengeluarkan laptotnya didalam tas. "Oh iya, Pak wahyu katanya minggu ini gak bisa ngajar loh!" ujarnya mengalihkan pembicaraan.

"Iya, gue tau! Proposal aman lah, ya."

"Padahal gue kangen, pengen liat dosen ganteng ngajar!"

"Bagus deh!"

Kiya membuka laptop dan menghidupkannya. Riri yang berada disebelahnya melotot sambil berteriak heboh karena melihat wallpapernya yaitu foto Kiya dan Doni sewaktu liburan tahun kemarin.

"KIYA! ASTAGA KAK DONI GANTENG."

"RIRI! GUE BUDEK!"

Teriakan kedua orang itu membuat pengunjung cafe menatap mereka keheranan. Kiya membalasnya dengan senyum canggungnya, lalu mulai mengarahkan layar laptopnya kepada ke-tiga temannya.

Kiya, Riri, Cindy dan Manda mulai mengerjakan proposal dengan serius, walaupun terkadang Cindy berceletuk atau sesekali Manda mengeluarkan candaan yang akhirnya membuat mereka berempat tertawa bersama, seperti sudah lama berteman.

***