_Biarkan Aku Melindungi Suatu Hal Yang Berharga Dalam Hidupku_
************
Hari semakin gelap. Begitu juga angin malam yang bertambah dingin. Tepat pukul 7 malam,semua anggota dari kalangan kelas 12 SMA Canopus ini berbondong-bondong untuk menjalankan misi yang diperintahkan langsung dari sang leader.
"Semuanya udah lengkap?" tanya lelaki tampan yang kini sedang menghisap rokok untuk yang kesekian kalinya.
"Udah bro,tinggal nunggu perintah Lo aja," ucap Iden dengan santai karena telah menjalankan tugasnya dengan baik.
Setelah mendengar pernyataan itu,ia langsung berdiri dan membuang puntung rokok itu ke tanah dan menginjaknya.
"Langsung berangkat!" perintahnya kepada seluruh anggota.
Kali ini dia hanya meminta anggota yang sudah berada di kelas akhir. Misinya kali ini mungkin bisa membahayakan untuk para juniornya.
Perintah itu langsung diterima dan dilaksanakan oleh seluruh anggota yang mungkin berjumlah 20. Seluruhnya selalu mengenakan Hoodie hitam yang berlogo serigala dan masker hitam.
Brum
Brum
Brum
Suara knalpot kuda-kuda besi itu bergema di sepanjang jalanan kota. Malam itu masih ramai oleh beberapa kendaraan selain mereka. Walaupun geng mereka terkenal di kalangan masyarakat,tak sekali pun mereka berbuat onar jika bukan pada tempatnya.
Jalanan kota terus mereka tempuh. Hingga mereka akhirnya sampai di pusat jalanan kota. Mereka pun memberhentikan kuda besinya setelah melihat sang leader yang memberhentikan motornya di sebuah gedung tinggi. Gedung itu terlihat begitu tinggi dan besar.
Barbara Gun Company
Itulah tulisan yang tertera di atas pintu besar yang berasal dari baja. Mungkin gedung ini ada 15 lantai jumlahnya. Mungkin inilah alasannya tempat ini dijuluki tempat tertinggi di kota itu. Gedung itu terlihat begitu besar yang membuatnya memiliki banyak penjaga di sekitar gerbang.
Jarak mereka dengan gerbang gedung itu sekitar 5 meter jauhnya. Deon masih memperhatikan keadaan gedung itu sembari berpikir bagaimana cara mereka masuk ke dalam sana.
"Semuanya kumpul!" serunya memanggil semua anggota senior dari gengnya itu.
Mereka langsung mengikuti perintah sang leader.
"Kita bakalan masuk ke dalam sana,di sana ada dua gerbang,satu di depan yang kita lihat sekarang dan gerbang belakang," Deon mulai menjelaskan hasil pengamatannya dengan hati-hati supaya mereka bisa berhasil menjalankan misinya.
"Kita semua ada 25 termasuk gue,nanti kita bagi jadi dua tim, masing-masing ada kapten yang bakal konfirmasi keadaan sama gue,"
"Kapten pertama gue tunjuk Iden,sebelas anak masuk ke tim satu!" instruksinya langsung dijalankan oleh anak-anak Wilders.
"Lanjut! Kapten tim dua gue tunjuk Enzi,sisanya ngikut dia! Sedangkan gue bakal jalan sendiri,gue berharap kalian bisa jaga satu sama lain,jangan lengah! Ngerti!"
"Ngerti Ndan!" seru beberapa anggota menjadi bahan tawaan oleh yang lain.
"Den! Zi!" Iden dan Enzi yang ia panggil langsung menoleh dan menaikkan alisnya bertanya-tanya.
"Lo berdua udah bawa walkie nya kan?"
Keduanya pun mengangguk. Memang benar, setiap anggota inti pasti akan mendapat satu walkie talkie yang akan berguna seperti situasi sekarang.
"Oke,"
"Dah,sekarang jalan! Kalo ada apa-apa inget! Kasih tahu gue!"
Katanya itu langsung diangguki serentak oleh para anggota. Deon yang melihat itu langsung membalas anggukan anggotanya dan bergegas masuk ke gerbang yang ada di depan gedung itu. Deon berlari kencang menuju gerbang yang terbuat dari besi itu.
BRAKKK
Deon langsung mendobrak gerbang itu membuat para penjaga yang ada di sana sontak berlari ke arahnya.
"Woii!! Siapa di sana?!" teriak salah satu penjaga yang sudah mengikuti dia.
"Berhenti!!!" teriak penjaga itu bersamaan.
"Tes tes 1,2," katanya sembari mengarahkan walkie talkie yang sudah ada di genggaman tangan kekarnya.
Deon kini tengah berlari sembari menyalakan walkie talkienya.
"Wild one Iden!" terdengar suara Iden di balik walkie talkienya.
"Wild two Enzi!" satu lagi suara berat yang berasal dari Enzi.
"Kalian masuk lewat gerbang! Iden depan,Enzi belakang!"
"Siap!"
Iden dan Enzi langsung menjalankan perintah Deon untuk masuk lewat gerbang depan dan belakang. Deon masih berlari mengitari gedung itu untuk mengecoh para penjaga yang ada. Ada sepuluh penjaga yang mengikuti dia. Deon terus berlari walaupun mungkin masih ada penjaga lain yang mengincar para anggotanya.
Deon pun menghentikan kakinya,berbalik ke arah para penjaga yang terlihat garang. Dirinya kemudian melemaskan ototnya untuk memulai aksi. Tak lama Deon kembali berlari ke arah penjaga itu dan----
Bugh
Bugh
Kepalan tangannya mengenai wajah kedua penjaga itu,membuat yang lain ingin membalas perbuatan Deon terhadap rekan mereka.
"Sialan bocah tengik!!"
"Bang!" panggil Deon dengan suara tinggi.
"Apa bocah tengik?!"
"Kalo ngomong otaknya dipake bang!!" ucapnya sengit sembari menunjuk kepalanya.
"Sok bener lu!"
"Ada cewek di sana?!" tanya Deon dengan tangan yang menunjuk gedung Barbara Gun Company itu.
"Jadi lu cowoknya?"
"Bacot!"
Bugh
Baru saja kepalan tangan itu mengenai rahang penjaga itu. Darah segar pun mengalir dari pinggir mulutnya. Deon meraih kerah baju seragam penjaga itu.
"Gue tanya baik-baik bang! Cewek gue ada di mana?!"
"Hahaha,sok berani lu!"
"Gue gak segan-segan bunuh Lo sekarang!" kata Deon bersungut-sungut.
"Cih!" penjaga itu hanya berdecak mengejek kekuatan remaja yang ada di depannya.
"Lo mau mati bang?!" bisik Deon di telinga penjaga itu dengan sangat lirih serta tajam.
Penjaga yang mendengar itu langsung bergetar ketakutan.
"Eng--enggak," jawabnya gelagapan.
"Ya udah,gue tanya sekali lagi! Di mana cewek gue bang?!"
"Dia ada di rooftop paling atas,"
Deon yang mendengar itu langsung mengeratkan kepalan tangannya. Deon melepaskan kerah itu,membuat penjaga itu bernafas lega.
"Antar gue ke sana!" seru Deon mengagetkan penjaga-penjaga itu.
"I-iya,"
Penjaga itu pun berjalan sembari menahan sakit di area wajah mereka yang telah digempur oleh seorang Deon Callum Brixton.
***************
Rooftop Barbara Gun Company_
"Cantik juga Lo," ucap seorang lelaki yang tengah berdiri di hadapan seorang gadis.
Lelaki itu membungkuk ingin melihat lebih dekat wajah cantik gadis itu. Tangannya terulur untuk menyentuh dagu gadis itu yang tengah menunduk.
"Lo manis," ucapnya sembari menyeringai.
"Singkirin tangan Lo!" ucap gadis itu sembari menggertakan giginya.
Jika saja tangannya tidak terikat seperti itu,pipi lelaki itu sudah membiru karena ulahnya.
"Eits,ganas banget Lo!" tangannya terlepas setelah melihat amarah dari gadis itu.
"Deon pinter juga milih cewek," ucapnya masih berdiri di hadapan gadis yang tengah terikat seutas tali di sebuah kursi berbahan besi.
Drt drt drt~
Terdengar suara dering dari ponsel lelaki itu.
"Halo,"
"..."
"Bagus!"
Tut.
"Hahaha,pinter banget gue,hahaha," ucapnya sembari tertawa keras.
"Gue tunggu kedatangan Lo! Deon Callum Brixton!" teriaknya kepada langit hitam di mana dirinya berada.
*************
"Tes,tes semuanya ada dimana?" tanya Deon dengan walkie talkie yang ada di tangannya.
"Wild one! Kita udah masuk ke lokasi,"
"Anak-anak aman?" tanya Deon.
"Siap aman!"
"Wild two?" tanya Deon.
"Gue tanya sekali lagi! Wild two?!"
"W-wild two,bugh bugh" terdengar suara bogeman keras di sana.
"Arghh! bugh bugh,akh! sialan! Anjing Lo!!" semua umpatan itu ia dengar dari alat itu.
"Lo di mana?!" tanya Deon khawatir karena anggotanya mungkin sedang dalam bahaya.
"Bugh bugh bugh," hanya terdengar suara itu dari dalam sana.
"Wild one! Lo denger gue?"
"Wild one siap!"
"Sekarang Lo cepet ke gerbang belakang! Gue akan susul kalian!"
"Siap Zero!"
Tut.
Deon pun mematikan walkie talkienya. Dia kini tengah berlari bersama para penjaga itu.
**************
Bugh
Bugh
Srek
Brak
"Sialan!"
Terjadi sebuah pertempuran hebat tepatnya di gerbang belakang gedung itu. Pertempuran itu terjadi antara tim dua dari geng The Wilders dan sekumpulan penjaga yang telah dilatih dengan kekuatan yang tak bisa diremehkan. Sebenarnya mereka adalah pegawai dari Barbara Gun Company ini.
Barbara Gun Company sebenarnya adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa pembunuhan berencana. Yang berarti semua pegawai di sini sudah terlatih dan terpercaya. Bahkan mereka selalu di sewa oleh konglomerat yang ada di kota itu.
Para pegawai itu berhasil membawa satu di antara mereka. Kekuatan mereka yang besar telah membuat para anggota The Wilders ini kewalahan.
BRAKKK
Suara itu berasal dari gerbang belakang yang telah di dobrak oleh Deon dan para anggotanya.
"Ada yang luka?!" tanya Iden yang sudah mendekati anggota mereka.
Sedangkan Deon sudah membantu Enzi yang telah terkapar karena kewalahan melawan para pembunuh bayaran itu. Banyak dari mereka yang mendapat luka bogeman di area wajah. Tak hanya itu,bahkan energi mereka telah terkuras habis lantaran para pembunuh bayaran itu terlalu lincah dalam bergerak.
"Si Egi ketangkep bro!" seru Jay sembari bangkit dari duduknya.
Deon yang mendengar itu hanya dapat menghela nafas kasar. Dirinya merasa bersalah atas semua kejadian yang menimpa anak-anak Wilders ini.
"Ini salah gue,gue gak seharusnya bawa kalian," suara yang terlihat dingin itu bergema di ruang itu. Tangannya mengepal memperlihatkan urat-urat otot lengannya.
Alsan yang mendengar perkataan sang leader mulai berjalan mendekati Deon.
"Ini bukan salah Lo,kita semua keluarga,kita bakal saling bantu satu sama lain,Lo nggak usah bersalah gini,kita semua tulus bantu Lo,sekarang kita bangkit! Kita cari Egi bareng-bareng sama cewek Lo itu," jelas Alsan panjang lebar sembari menepuk pundak Deon.
"Ayo kita cari Egi!!" seru Jay menyemangati kawan-kawannya.
Mereka semua pun bangkit dari keterpurukan,mereka saling membantu walaupun tidak dalam kondisi yang sempurna. Deon melihat semua kawannya berkumpul mengitari dia. Rasanya sangat berharga memiliki kalian semua,batinnya sembari menatap wajah anggotanya satu persatu.
Deon mulai bangkit dari tempatnya,"Kita cari mereka berdua!" kata Deon sembari melangkahkan kakinya mendekati tangga yang ada di dekat gerbang itu.
Para penjaga tadi pun menunjukkan jalan kepadanya,setelah melihat drama mengharukan dari tempat itu.
Satu persatu anak tangga sudah mereka lewati supaya bisa sampai ke rooftop gedung itu. Hingga sebuah pintu besi yang ada di hadapan mereka. Salah satu penjaga yang membawa kunci menuju rooftop pun membukanya.
Klik
Pintu itu terbuka. Deon yang tak sabar langsung memasukinya,tidak peduli dengan para penjaga tadi yang sudah turun dari tangga.
"Lo di sana," batinnya menatap seorang gadis yang masih mengenakan seragam sekolahnya.
Gadis itu mendongak tatkala mendengar suara orang-orang yang masuk dari pintu besi itu. Matanya membulat melihat siapa yang ada di sana.
"Deon," katanya dalam hati. Salah satu ruang dalam hati itu mulai merasa tenang tatkala melihat wajah yang seharian tidak ia lihat.
Deon langsung berlari ke arahnya. Matanya tak dapat menyembunyikan rasa bahagia yang ia rasakan ketika melihat wajah gadisnya.
Grep
"Lo gapapa?" tanya Deon yang sudah memeluk tubuh mungil gadis yang ada di hadapannya. Tangannya mulai mengusap punggung gadis itu, menghantarkan sebuah kenyamanan.
Gadis itu merasa kaku,dirinya terkejut dengan perlakuan leader The Wilders itu. Dirinya hanya bisa menganggukkan kepalanya ragu. Bagian diri terdalamnya sebenarnya nyaman akan sentuhan itu. Merasa aman dari segala hal yang menimpanya.
Deon pun melepaskan pelukannya. Dirinya beralih menatap mata gadis yang ada di hadapannya. Di lepasnya sebuah tali yang mengikat kedua tangan gadis itu. Kedua pergelangan tangannya sudah memerah karena kaitan yang begitu erat.
Prok prok prok~
Suara tepukan tangan itu bergema di sana. Deon segera membalikkan tubuhnya untuk melihat siapa yang ada di belakang punggungnya.
"Erland?" tanya Deon dalam batin.
*************