_Kamu Tak Mengerti Keraguan Hati Seorang Wanita_
******************
"Sialan!"
Ara langsung melangkahkan kakinya setelah meluncurkan umpatan pelan dari mulut kecilnya. Ara mengabaikan semua tatapan siswa di SMA itu yang begitu takjub melihat kedatangannya dengan pentolan sekolah Deon Callum Brixton. Langkahnya semakin cepat meninggalkan pemandangan tak mengenakan yang ada di belakangnya.
"ARA!" teriak Anna begitu ara memasuki mulut kelas di mana ia menuntut ilmu.
"Kemarin lo kemana aja ra?" tanya Iva yang begitu mengkhawatirkan Maureen Arandra Finley.
"Gue kemarin--
"Woy Ra!" teriak Nesya yang baru saja sampai ke sekolah dengan berlari.
"Lo kenapa hah hah,kemarin gak bales chat gue hah?!" lanjut Nesya dengan nafas yang terengah-engah tak memberikan selang waktu untuk Ara.
"Duduk nes," ucap Ara sembari menuntun Nesya untuk beristirahat di bangku mereka berdua.
Mea memberikan botol minumnya yang langsung di rebut Nesya untuk menghalau dahaganya. Setelah Nesya selesai meneguk separuh dari air minum Mea, dia kembali meminta penjelasan dari Ara.
"Gue kemarin di culik hehe," jelas Ara sembari menampilkan cengiran khas dari gadis itu.
"WHATT!!" serempak ke empat gadis itu berteriak dengan bola mata yang melebar seketika.
"Lo kalo ngomong jangan bercanda Ra,kita lagi serius ini,lo nya malah bercandaan terus," sergah Anna yang tak memercayai ucapan Ara barusan begitu juga dengan yang lain.
"Gue serius Na,emang ini juga ga bisa dipercaya juga si kejadian yang nimpa gue kemarin," Ara mencoba meyakinkan ke empat gadis yang masih menatap horor dirinya.
"Kalian jangan mandang gue gitu dong," lanjut Ara dengan cengiran kudanya.
"Gue gak percaya Ra," tegas Nesya dengan pemikirannya.
"Lo bisa jelasin semuanya Ra?" Iva mencoba meminta penjelasan dari Ara.
"Oke,"
Ara pun menjelaskan semua yang ia alami kemarin termasuk kedatangan pentolan sekolah Deon Callum Brixton. Sudah 15 menit Ara menjelaskan semuanya yang dibalas dengan tatapan tak percaya dari ke empat gadis itu. Masih ada waktu untuk masuk ke pelajaran pertama yang tak membuat penjelasan Ara terpotong. Apakah takdir yang mendukung Ara untuk menjelaskan semuanya? Sebab para guru tengah mengadakan rapat dadakan di hari itu.
"Beneran Deon yang nolongin lo Ra?" tanya Mea penasaran.
Ara menganggukkan kepalanya yang dibalas reaksi tak terduga dari ke empat sahabatnya.
"Wah! keajaiban dunia," heboh Anna yang sudah menyenggol lengan Ara bermaksud menggoda gadis itu.
"Gimana Deon bisa tahu ya?" kini Iva yang mulai penasaran bagaimana sang leader Wilders ini mendapatkan informasi dari keberadaan Ara.
"Biasalah,Deon punya banyak spy di kota ini," jawab Nesya yang dipastikan benar.
Deon memiliki banyak mata-mata untuk mengawasi semua anggota Wilders bahkan orang-orang yang spesial untuknya. Sesungguhnya keluarga Brixton memiliki sebuah bisnis di bidang ini. Biasanya para spy ini akan di kontrak sesuai dengan tingkat keahlian yang mereka miliki.
Tok tok tok~
"Halo semua teman-teman aing!" suara Jay menggema diikuti dengan anggota Wilders lainnya tak terkecuali Deon bersama gadis yang telah membuat Ara kesal pagi itu.
"Idih!" balas Alsan yang telah menjitak jidat Jay.
"Woy bajingan lo san!" umpat Jay dengan suara keras.
Deon dan semua anak Wilders hanya mengabaikan kebisingan yang dibuat oleh Jay. Mereka fokus untuk pergi ke bangku masing-masing tak terkecuali gadis itu yang langsung duduk bersebelahan dengan Deon.
"Ra,itu siapa yang sama Deon?" bisik Nesya yang penasaran dengan makhluk yang ada di samping ketua Wilders saat ini.
Ara menggelengkan kepalanya dengan fokus terhadap buku yang ia pegang saat ini. Tetapi tidak dengan hati terdalamnya saat ini.
***************
Sekolah menengah atas Canopus ini sedang dihebohkan dengan kedatangan seorang gadis yang memiliki paras yang cantik. Gadis ini merupakan siswa perpindahan dari sekolah menengah atas di luar kota itu. Banyak yang tengah membicarakan gadis yang memiliki nama Sophie Otty Liam. Namanya mulai menjadi topik perbincangan karena nama marganya yang berasal dari keluarga ternama yang banyak di kenal publik.
Banyak yang mulai membicarakan Sophie karena parasnya maupun mengenai kedekatan gadis itu dengan most wanted SMA Canopus Deon Callum Brixton. Topik yang mereka bicarakan juga berhasil menarik perhatian gadis yang tengah menikmati makanannya di sudut kantin.
"Eh guys! liat depan, si Deon nempel terus ama si anak baru noh," heboh Nesya yang membuat semua temannya menoleh ke arah dua sejoli itu tak terkecuali gadis yang berkucir kuda ini.
Maureen Arandra Finley
"Si Deon kok mau si di gandeng sama si anak baru," heran Mea yang membuat teman-temannya mulai di rundungi rasa penasaran tak terkecuali Ara yang telah memfokuskan dirinya pada semangkok bakso yang ada di depannya.
Ara sebenarnya masih kesal dengan kejadian tadi pagi yang berhasil merubah suasana hatinya. Dalam benaknya ia tak mau lagi melihat wajah lelaki yang tadi pagi berhasil membuat hatinya bergetar. Maka dari itu ia tetap fokus pada makanan lezat yang ada di hadapannya,sayang jika menjadi dingin nantinya.
"Ra! Lo kenapa si dari tadi diem mulu,kasih pendapat kek,apa kek," tanya Anna.
"Karena bakso gue enak, gue gak bisa tinggalin gitu aja," balas Ara dengan cengiran kudanya. Teman-temannya hanya ber-oh ria mendengar jawaban yang keluar dari mulutnya tanpa tahu keadaan hatinya saat ini.
"Deon emang bajingan!" umpatnya dalam hati sembari menelan kunyahan baksonya dengan kasar.
"Tahu tadi gue gak akan bareng elo, Dasar Brengsek!"
Sebenarnya, Ara bukanlah tipe wanita yang akan percaya begitu saja dengan para lelaki. Dari dulu Ara bukanlah wanita yang memercayai sebuah cinta. Tahu artinya pun tidak. Lucu memang jika dia langsung memercayai seorang Deon Callum Brixton sang pentolan sekolah. Kini ia kembali meragukan rasa yang mulai muncul perlahan dari lubuk hatinya.
Deon melihat Ara dari kejauhan. Jarak meja dirinya dengan gadis itu memang agak jauh, namun masih bisa melihat wajah dari gadisnya. Masih pantaskah dia menyebut Ara dengan sebutan 'gadisnya' ?
'maaf' lirih Deon dalam hati, dia sangat paham Ara tidak akan mendengar maafnya saat itu.
***************
Bel masuk telah berbunyi 15 menit yang lalu mengharuskan para siswa untuk masuk ke kelas masing-masing tak terkecuali Ara dan ke empat sahabat barunya. Kini mereka berlima telah duduk di bangku masing-masing. Kelas masih terasa sepi karena kelas itu di penuhi oleh sebagian anak The Wilders yang sering membolos ataupun telat masuk kelas. Tak terkecuali sang leader yang masih belum menampakkan batang hidungnya begitu juga dengan Sophie Otty Liam.
"Eh sejoli baru belum pada masuk," celetuk salah satu dari mereka.
Ara mulai memfokuskan dirinya dengan buku dan materi yang akan diajarkan. Sedangkan keadaan kelas yang masih ramai membicarakan dua sejoli baru itu. Hingga guru mapel biologi telah masuk ke kelas mereka.
"Ngapain aja lo berdua,guru udah sampe lo berdua belum dateng juga," batin Ara masih memikirkan dimana keberadaan dua sejoli itu.
Ara masih larut dalam pemikirannya dan juga opini-opini yang mulai bermunculan satu per satu dari dalam benaknya. Hingga suara ketukan pintu yang ia tunggu telah mengalihkan fokusnya dari materi yang ia baca.
"Permisi," kata gadis itu kembali meruntuhkan harapan yang mulai muncul dari dalam dirinya.
"again, you broke my heart." lirih Ara dari dalam hati.
***************