_Akankah dia memberikan kesempatan untuk diriku?_
****************************
"Aw!" erang Ara kesakitan setelah menabrak punggung seseorang.
Orang itu terhenti sesaat karena terkejut punggungnya yang lebar menjadi tempat persinggahan seseorang. Lehernya perlahan menoleh ingin melihat siapa yang telah menabrak punggungnya. Tetapi, orang itu menahan niatnya setelah ia mendengar suara erangan dari seseorang yang ia kenal.
"Aduh! Kalau jalan liat-liat dong!" gerutu Ara sembari mengelus jidatnya yang terbentur.
Ara masih belum melihat kedepan, dia masih menunduk sembari mengelus jidatnya yang berdenyut. Di saat Ara ingin mendongakkan kepalanya, orang yang telah ia tabrak langsung menoleh ke arahnya.
Grep
Kedua tangannya tanpa izin telah memegang erat lengan Ara yang membuat gadis itu mendongak dan perlahan memelototkan kedua bola matanya.
"Ara," panggil orang yang telah Ara tabrak.
Ara yang tadinya terdiam, mencoba melepaskan kedua tangan yang telah menahannya dan pergi dari sana. Ara berlari kecil meninggalkan tempat itu, yang tidak ia sangka kaki panjang itu berhasil mengejarnya.
Sekali lagi tangan itu mencoba menghentikan Ara. Tangannya menggenggam erat pergelangan tangan Ara, yang membuat gadis itu terhenti di tempat. Ara kembali mencoba melepaskan tangannya dari genggaman orang yang selama ini ada dalam pikirannya.
Salahkan Ara yang tak memiliki energi yang cukup besar dari lelaki yang mencoba menghentikannya saat itu.
"Maureen, gue mau bicara," pelan lelaki itu bersuara.
Suara itu membuat Ara mengurungkan niatnya untuk pergi dari sana. Dengan ragu, Maureen Arandra Finley membalikkan tubuhnya menatap lelaki yang ada di hadapannya yaitu, Deon Callum Brixton leader The Wilders.
"Jangan berhenti, dan gue bakal selalu kasih perhatian ini ke lo," ucapnya penuh dengan kepastian. Seorang leader sepertinya harus memiliki kepercayaan diri yang tinggi untuk memimpin anggota-anggotanya.
Setelah mengucapkan kalimat itu dengan penuh kepercayaan diri, Deon tersenyum lebar di depan seorang Maureen Arandra Finley dan berlalu pergi. Entah Ara harus memercayai kalimat itu ataukah tidak, dia ragu sekali lagi.
*************************************
"Gimana?" tanya Alsan yang penasaran dengan hasil rencana mereka.
Deon mengacungkan ibu jarinya sebagai jawaban dari pertanyaan tadi. Alsan dan kawan-kawan yang melihat jawaban dari Deon Callum Brixton langsung tersenyum lebar dan bertepuk tangan dengan riang.
"Andreas, Alsan, bisa diam kalian?!" suara tegas Pak Kevin menegur keras Jay dan kawan-kawan. Memang sekarang Deon dan kawan-kawan telah bergabung lagi dengan barisan, menghentikan waktu bolos yang telah mereka habiskan cukup lama.
Sebenarnya Deon dan kawan-kawannya sama-sama membolos di pelajaran pertama hingga istirahat kedua. Mereka semua membolos di rooftop sekolah.
"Eh Bos! Ngapain galau?" tanya Jay yang kini tengah memantik rokoknya.
Deon masih termenung mengingat kejadian semalam yang telah membuatnya tidak bisa tertidur. Deon menatap langit yang begitu terang seakan mengejek hatinya yang tengah terpuruk.
Mengerti ada yang salah dengan leader The Wilders ini, Alsan mendekat pelan ke arah Deon dan mengambil bangku di sebelah Deon Callum Brixton. Alsan menepuk pelan pundak Deon dan berkata.
"Lo bisa cerita sama kita semua, kita bakal bantuin lo," setelah mengucapkan kalimat itu ia menepuk pundak deon dua kali memberikannya kekuatan untuk mencurahkan apa yang telah mengganjal dalam hatinya.
Deon masih terdiam hingga dirinya menghela napasnya kasar dan mulai membuka bibirnya yang sedari tadi tertangkup.
"Gue ragu," lirih Deon yang masih bisa didengar oleh Alsan dan kawan-kawan.
"Lo gak pernah kelihatan seragu ini," ucap Iden yang memang melihat perubahan sikap dari leadernya.
"Tentang si ceweknya bos pasti," celetuk Jay mengejek Deon.
Tanpa disangka Deon mengangguk mengiyakan pernyataan itu. Semuanya menganga melihat seorang Deon Callum Brixton yang memang tidak pandai dalam urusan asmara.
"Ada apaan?" tanya Enzi yang mulai penasaran dengan urusan asmara seorang Deon Callum Brixton.
"Dia ngelarang gue buat ngasih perhatian ke dia," ucap Deon lesu.
"Kalo lo bener-bener ada rasa, ungkapin, jangan sampe lo telat bro!" seru Alsan memberikan saran kepada Deon Callum Brixton.
"Bener tu bos! Jangan ragu!" tambah Jay meyakinkan diri Deon.
Iden dan Enzi bersamaan menepuk pundak Deon, memberikan keyakinan yang besar pada lelaki itu.
"Sana lo ungkapin!" seru Jay hingga Alsan menjitak dahinya.
"Kita kan bolos! Mereka masih belajar! Dasar bocah!" ucap Alsan dengan kekesalan yang memenuhi puncak ubun-ubunnya.
"Ya kan maksud gue nanti," Jay mengelus jidatnya yang agak nyeri.
Mereka bertiga langsung tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi konyol seorang Andreas Jayden Kaison. Sedangkan Deon hanya menganggukkan kepalanya pelan dan berniat memberitahukan semuanya kepada gadis itu.
"eh eh bos," bisik Jay memanggil Deon yang ada di belakangnya sembari menyenggol tangannya.
Bisikan itu berhasil membangunkan Deon dari lamunannya. Deon mengalihkan fokusnya kepada kawannya Andreas Jayden Kaison.
"Nama lo dipanggil, absen bos!" bisik Jay sekali lagi.
"Deon Callum Brixton!" seru Pak Kevin menyerukan nama Deon dalam lembar absen miliknya.
Dengan segera Deon mengangkat tangannya, menandakan bahwa ia telah hadir dalam jam pembelajaran siang itu. Setelah mendapat konfirmasi kehadiran dari leader The Wilders, Pak Kevin kembali melanjutkan absen yang tertunda hingga telah tiba giliran nama Maureen Arandra Finley yang terpanggil.
"Maureen Arandra Finley?!" tanya Pak Kevin terhadap kehadiran dari gadis cantik itu.
Mata tajam Deon melacak kehadiran gadis yang kini menetap di hatinya yang paling dalam. Kedua bola matanya mengedar ke seluruh barisan yang ada. Deon mulai khawatir karena tak melihat kehadiran gadisnya.
"Maureen Arandra Finley?!" kembali suara itu terdengar.
"Sekali lagi, Maureen Arandra Fin-
"Saya pak!" dengan napas yang terengah-engah Ara bergabung ke dalam barisan kelasnya. Ara belum sadar akan orang yang ada di sampingnya saat itu karena dia masih menetralkan napasnya yang masih memburu.
Ara lega karena ia masih bisa menghadiri pembelajaran olahraga ini. Jika tidak, dia pasti akan kelelahan karena membersihkan toilet yang ada di sekolah itu seperti apa yang diceritakan oleh teman-temannya.
"Fyuh," kata Ara sembari menyeka peluh yang mengalir di atas dahinya.
"Darimana aja?" tanya seorang lelaki yang ada di sampingnya yang ternyata adalah lelaki yang seharusnya ia hindari untuk saat ini.
"Astaga!" seru Ara karena terkejut melihat lelaki yang ada di sampingnya.
"Siapa yang teriak barusan?!" tanya Pak Kevin setelah mendengar suara cukup keras dari arah belakang.
Grep
"Eh-eh lo ngapain?" heboh Ara karena mulutnya yang sudah tersumpal oleh telapak tangan yang lebih besar dari miliknya.
"Diem!" bisik Deon sembari menuntun tubuh Ara untuk keluar dari barisan secara diam-diam.
Teman-teman Deon yang ada di belakang telah melihat aksi yang dilakukan oleh leader mereka. Jay dan Alsan yang sudah heboh sendiri karena mereka juga ingin membolos lagi. Berbeda dengan Iden dan Enzi yang hanya menggelengkan kepala mereka setelah melihat tindakan leader mereka yang tidak terduga sama sekali.
****************************