_Emosi yang tidak terkendali_
******************************************
Deruman motor menggema di seluruh jalanan kota. Motor-motor itu sedang mengejar sebuah motor besar berwarna hitam. Pengendara motor besar itu, masih fokus dengan pelariannya. Hari ini dia tidak ada selera untuk beradu hantam, maka sebab itu ia kabur dari pengejaran sebuah geng yang sudah lama menjadi musuh The Wilders.
Kejar-kejaran itu menjadi tontonan seluruh penduduk kota yang masih keluar pada malam itu. Deruman motor itu berseling mewarnai keramaian kota. Tak sedikit orang-orang yang mengumpat mereka malam itu karena telah berani mengganggu perjalanan mereka.
Brum!
Brum!
Deon memacu kuda besinya untuk menjauh dari mereka. Sungguh ia malas untuk memulai perkelahian lagi, apalagi di malam hari. Niatnya untuk mengunjungi gadisnya hancur sudah. Padahal dia sudah merencanakan sebuah tour malam untuk gadisnya.
"Sialan!" umpatnya di balik kaca yang menutupi seluruh wajahnya.
Deon memacu kuda besinya begitu cepat, lelaki itu tidak memedulikan seluruh umpatan yang mengiringi aksinya. Deon melajukan motornya ke arah sebuah gedung yang pernah ia kunjungi. Apakah ini waktunya untuk berolahraga malam?
Dalam pemikirannya, dia tidak akan berhasil lolos dari tangan mereka yang sedang mengejarnya. The Snarl cukup pintar untuk mengirimkan pembalap terbaik dari mereka. Jangan lupakan satu hal, The Snarl lah sarang para petarung di balap liar.
Sebuah gedung tua terlihat di depan mata Deon. Segera ia lajukan motornya untuk tiba di tempat itu. Akan terjadi pertarungan hebat. Kalimat itu terlintas dari dalam pikirannya.
Cit!
Akhirnya kedua roda beruji itu telah berhasil terparkir di halaman luar gedung tersebut. Deon turun dari motornya, merapikan kembali pakaian yang sudah ia pilih khusus untuk gadisnya.
"Ck! Gue harus relain ni baju,"
Deon masih menunggu mereka yang datang untuk bertemu dengannya. Tak sampai lima menit, mereka yang mengejar lelaki itu telah sampai di gedung itu dengan kecepatan super untuk para pembalap.
"Akhirnya lo sampe juga," seru Deon kepada Erick Charles Matthew panglima utama The Snarl.
Deon sudah terlalu hafal dengan sosok itu. Erick melepas helm yang belum terlepas dari tengkorak kepalanya.
"Ck! ngapain lo harus habisin bensin gue?"
"Lo gak ada duit emangnya?"
"Ck!" Erick hanya memberikan decakannya yang berhasil menyulut emosi Deon perlahan-lahan.
"Bisa kita mulai sekarang?" tanya Erick dengan kepercayaan diri.
Deon menganggukkan kepalanya pelan yang langsung diserbu oleh orang-orang yang ada di sana.
"Eh bajingan lo!" umpat Deon yang mendapat serangan mendadak dari The Snarl. Ada enam orang termasuk Erick yang ada di tempat itu.
Bugh!
Shh!
Deon berhasil melayangkan bogeman besarnya kepada beberapa orang The Snarl yang ada di sana.
Bugh!
Bruk!
"Anjing lo!"
Srek,
Bugh!
Bugh!
"Shh, sialan!"
Suasana malam yang begitu hening terpecah oleh aksi mereka. Umpatan dan layangan hantaman berpadu menciptakan keramaian.
"Lo seneng banget kruyukan hah?!" tanya Deon yang tengah menarik kerah seragam dari SMA Centauri itu.
"Haha, buktiin aja kekuatan Wilders," remeh Erick membalas pertanyaan yang dilontarkan Deon.
Bugh!
"Bajingan lo!" umpat Deon yang baru saja mendapat hantaman keras pada ujung bibirnya.
"Lo yang brengsek!"
Bugh!
Tidak mau kalah, Deon melayangkan sebuah bogeman keras di pipi kiri panglima utama The Snarl itu. Deon berhasil memuntahkan amarahnya dengan bogeman keras itu.
Bugh!
Bugh!
Srek,
Bruk!
Mereka berdua terjatuh dengan Deon yang masih menghantam keras Erick Charles Matthew itu. Mereka berdua beradu hantam satu sama lain. Bahkan rupa keduanya sudah penuh dengan aliran darah yang mengalir dari pori-pori kulit mereka.
"Cewek lo, hah, cantik juga,"
"Bajingan lo!"
Bugh!
"Tapi sayang gue belum pernah ketemu lang-
Bugh!
Belum sempat Erick menyelesaikan kalimatnya sudah diakhiri lebih dulu oleh hantaman keras yang berasal dari Deon Callum Brixton.
"Jangan,"
Bugh!
"Berani-beraninya,"
Bugh!
"Lo temuin dia!"
Bugh!
Amarah Deon semakin memuncak setelah mendengar kalimat yang merujuk kepada gadisnya itu.
"Haha, bajingan lo, hah, hah,"
Erick sudah tak sanggup mengangkat kembali genggaman tangannya. Tubuhnya sudah lemas karena telah di hajar habis-habisan oleh seorang Deon Callum Brixton. Deon bangkit berdiri dan langsung meninggalkan gedung itu dengan kecepatan penuh untuk menemui gadisnya.
*************************************