_Kecemburuan dalam hati melambangkan kasih dalam diri_
*************************************
Hari semakin sore bersamaan dengan angin yang semakin keras menderu. Dua insan ini masih menikmati es krim yang ada di tangan mereka masing-masing. Taman bunga yang ada di depan mereka menambah kesan romantis tersendiri bagi pasangan ini.
"Ra? " panggil Deon yang telah menghabiskan es krim coklat miliknya.
"Hmm? " dehaman singkat menjadi jawaban atas panggilan tadi. Fokus Ara sekarang telah tercurahkan sepenuhnya kepada es krim rasa vanila strawberry yang ada di tangan kanannya.
"Udah selesai? " dengan sabar, Deon menanyakan hal itu kepada kekasihnya.
"Ehm dikit lagi, " kembali dengan sabar Deon menunggu Ara untuk menghabiskan es krim miliknya.
"Ehm, lo bawa jas hujan? " tanya Ara kepada Deon.
"Nggak, "
Deon memang tidak pernah membawa jas hujan. Dalam keadaan hujan yang mengguyur, pastinya dia telah sampai di markas The Wilders miliknya. Jikalau belum, dia akan membiarkan air hujan itu membasahi tubuhnya. Tetapi, keadaannya sekarang berbeda dengan Ara yang ada bersamanya. Dia tidak ingin membuat Ara menjadi sakit.
"Kok nggak bawa sih? "
"Karena gue emang selalu nggak bawa, makanya gue nyuruh lo cepet habisin itu es krim, supaya bisa pulang cepet, Araku sayang, " ucap Deon dengan manis sembari mengelus pelan pucuk kepala gadis itu.
"Oo, oke siap, mas bro! hehe, "
Sikap kekanakan yang mulai ditunjukkan Ara membuat Deon kembali memahami bagaimana sifat gadisnya. Dia terlalu berharga untuk ia sakiti.
Kecepatan angin terus meningkat, membawa pula awan-awan yang berwarna keabuan. Pertanda langit akan menurunkan hujan sekejap lagi. Akhirnya setelah lima menit menunggu, Ara telah selesai dalam penghabisan es krim yang ia miliki berkat Deon. Kini keduanya sudah dalam perjalanan pulang.
Deruman motor membuat menghentikan percakapan mereka. Sungguh lelah jika harus berteriak satu sama lainnya. Menit demi menit mereka habiskan di perjalanan. Hari bertambah sore dengan awan hitam yang semakin pekat. Butuh beberapa menit lagi untuk sampai di rumah Ara. Hingga tiba-tiba Ara merasakan air hujan yang mulai menetes di punggung tangannya.
"Udah hujan! " seru Ara ke telinga Deon yang ada di depannya.
"Kita berhenti di halte dulu ya, di depan sana, " ucap Deon sembari menunjuk halte bus yang tak jauh dari keberadaan mereka.
"Oke! "
Deon pun mengarahkan motornya ke halte itu dan memberhentikan motornya di sana. Mereka berdua turun dan berteduh di sana. Tak hanya mereka yang ada di sana, melainkan para remaja seumuran mereka, Orang-orang tua dan anak-anak ikut berteduh di sana. Halte itu sesak dipenuhi oleh insan-insan ini.
"Yah penuh, " ucap Ara yang bingung harus memilih di tempat mana yang harus ia tempati.
"Apa cari halte lain? " tawar Deon kepada Ara yang sekarang terlihat pasrah.
"Gapapa deh, di sana kayaknya bisa, tapi lo di mana? " ucap Ara sembari menunjuk satu tempat kosong yang ada di sana.
"Gue bisa berdiri di depan lo, "
"Gapapa nih? " tanya Ara memastikan.
"Iya, yang penting lo bisa duduk, ayo jangan kelamaan mikir, " jelas Deon sembari tersenyum membuat gadis itu mulai tergila-gila dengan lesung pipi yang ada di pipi lelaki itu.
Mereka berdua, kini telah mendapat tempat untuk berteduh dari hujan. Keduanya terlihat serasi dengan balutan seragam yang sama. Mereka berdua mulai menjadi bahan perbincangan orang-orang yang ada di sana.
"Eh ada cowok ganteng, " seru seorang siswa perempuan yang ada di sana bersama kedua temannya.
"Kayaknya mereka pacaran, " salah satu dari ketiganya membuat perkiraan.
"Temenan mungkin, " seru lagi salah satu dari mereka membuat Ara mengepalkan telapak tangannya menahan amarah.
Deon memperhatikan apa yang dilakukan oleh Ara setelah mendengar perbincangan itu. Deon tersenyum geli melihat respon kekasihnya. Deon mendekat ke arah Ara dan mengarahkan mulutnya ke telinga gadis itu.
"Cemburu ya? " bisiknya jahil.
"Nggak! " seru Ara membuat sebagian orang yang ada di situ menoleh ke arahnya.
"Ga usah bohong sama gue, " bisik Deon sekali lagi membuat ketiga siswi tadi menatap Ara kesal. Sebuah fakta, jika memang Ara dan Deon ini terlihat serasi saat itu juga. Membuat ketiga siswi tadi terbakar oleh keirian.
Ara masih bungkam. Tangannya terus mengepal, sudah siap meninju siapapun yang ada di depannya.
"Minggir lo! sebelum muka lo kena bogem dari gue! " ancam Ara yang ingin mengusir Deon dari hadapannya.
"Nanti siapa yang bakal ngelindungin lo Ra! " protes Deon dengan ancaman yang baru saja gadis itu lontarkan.
"Gue bisa urus sendiri, noh, banyak cowok juga di sini, bukan cuma lo! " dengan tatapan tajam dan jari telunjuk yang telah sempurna menuding kekasihnya sendiri, Ara memberanikan diri.
"Ck! Liat gue Ra! "
Ara masih membungkam mulutnya, enggan berbicara. Tak ada cara lain, Deon dengan kedua tangannya sendiri mengarahkan pandangan gadisnya kepada dirinya.
"Liat gue, gue ga akan tinggalin lo Ra! Gak akan! " dengan tatapan yang begitu tegas, Deon mengatakan kalimat itu dengan nada yang meyakinkan.
Ara membalas tatapan itu dengan pandangan penuh arti. Satu tahun yang lalu, pernah Ara dengar kalimat itu dari seseorang yang ia percaya.
"Nyatanya dia nggak pernah tepatin janjinya, apa lo bisa? Apa yang buat lo seyakin ini? " Ara memiliki banyak pertanyaan dalam batinnya.
"Ra? " kembali Deon memanggil gadis yang ada di hadapannya.
Tak ada jawaban dari gadis itu. Ara tengah melamun.
"Maureen? " sekali lagi dengan keras Deon memanggil gadisnya.
"E-eh iya? " akhirnya gadis itu bangkit dari lamunan yang menenggelamkan dirinya.
"Kenapa lo diem? "
"Eh enggak kok! " Ara berhasil merubah raut mukanya. Ia mencoba tersenyum memperhatikan betapa tulusnya lelaki ini.
"Iya, gue cuma cemburu, " dengan lirih Ara mengakui hal itu.
"Nah kan, gue bilang juga apa, gue malah suka kalo lo cemburu Ra! Gue seneng! " seru Deon kembali menjadi perhatian orang di sekitarnya.
"Shut! Diem! Dilihatin orang! " geram Ara menutup mulut kekasihnya.
Deon menyingkirkan tangan Ara dan berkata, " Gapapa, biar semua tahu, " ucap lelaki itu tanpa beban yang berarti.
"Huhu, bodo amat dah! "
Deon menatap Ara penuh arti. Sungguh beruntung memiliki gadis itu dalam hidupnya. Mereka cukup lama saling menatap, membuat orang di sekitar mereka merasa risih. Perlahan Deon meraih kedua tangan Ara. Lelaki itu menggenggam tangan Ara dengan erat.
"Nanti diliatin orang Deon! " protes Ara melepas kedua tangannya dari genggaman lelaki itu.
Deon kembali merebut tangan Ara. Lelaki itu kembali menggenggam tangan mungil gadisnya. Dimasukkannya tangan kanan Ara ke dalam saku hoodie yang ia kenakan.
"Deon! Ngapain sih?! " lirih Ara menahan rasa malunya ketika dia menjadi fokus orang-orang yang ada di situ. Ada yang menatapnya iri maupun girang, seperti melihat drama di kehidupan nyata.
"Ra? " panggil Deon untuk kesekian kalinya.
"Hmm? "
"Lo cantik, " bisik Deon membuat gadisnya itu menegang dalam sekejap.
***************************************