Chereads / Scar: From The Moon / Chapter 28 - || CHAPTER 27 - SICK ||

Chapter 28 - || CHAPTER 27 - SICK ||

_Cepat Sembuh Ya!_

**************************************

Kala itu, hujan tak lagi menerpa hunian manusia. Butiran air sudah berhenti keluar, dari sarang yang ada di atas langit, yang mulai memutih. Bau khas dari aspal yang diguyur oleh hujan, menjadi pengiring kami berdua yang masih membutuhkan waktu untuk pulang.

Kami masih membutuhkan beberapa menit lagi untuk sampai ke rumahku. Percikan air yang ada di jalanan membuat sepatuku basah. Deon tadi menyuruhku untuk meletakkan kedua telapak tanganku ke dalam saku hoodienya.

"Dingin, " katanya, waktu aku menolak perintahnya.

Ternyata lelaki yang ada bersamaku ini begitu menyayangi kekasihnya. Aku selalu tertegun dengan sikapnya yang sangat penyabar untuk gadis yang ia jadikan kekasih.

Kami berdua masih diam tak bergeming. Deon yang selalu fokus berkendara, sedangkan aku yang masih memikirkan dirinya. Mungkin akulah gadis yang aneh karena memikirkan orang yang ada bersamaku. Aku tidak tahu apa yang terjadi, namun yang pasti, aku semakin menyayangi dia.

Tiba-tiba dengan rasa yang baru pertama kali kurasakan, Aku mengeratkan pelukan ini melambangkan betapa bodohnya aku, yang semakin menyayanginya secepat ini.

Deon semakin mempercepat laju motor besarnya, mengarungi lautan manusia yang juga ingin segera sampai ke rumah mereka masing-masing.

**********************************

Kini Deon dan Ara telah sampai di kediaman keluarga Finley. Ara mulai turun dari motor besar itu dan melepaskan helm yang menutupi kepalanya. Ara menyerahkan itu kepada Deon. Dengan perlahan, Deon mengulurkan tangannya berniat merapikan rambut gadisnya.

"Makasih, " ucap Ara dengan senyum yang begitu manis.

Dia sangat bahagia hari ini.

"Hmm, " Deon membalas senyuman gadis itu dengan sama manisnya.

"Jangan pernah senyum kayak gini ke orang lain ya! " ucap Ara sembari menoleh ke sekitar memastikan tidak ada yang melihat senyuman dari kekasihnya.

"Kapan gue senyum-senyum? " tanya Deon mencoba menjahili kekasihnya.

"Ya, kalo di kelas! Lo sering senyum-senyum gak jelas! " jelas Ara yang mulai memanas.

"Gue senyum-senyum, juga ke arah lo doang, " bisik Deon membuat Ara semakin kesal.

"Tapikan, kalo temen-temen ada yang liat? " ucap Ara yang masih keras kepala.

"Nggak ada Ra! Temen kita tu anak teladan yang selalu memperhatikan guru yang sedang menjelaskan, hahaha, " jawab Deon yang masih tertawa geli.

"Iya deh, sana pulang! " usir Ara yang tidak sanggup mendengarkan alasan konyol dari kekasihnya.

"Kok ngusir si! "

"Udah sore Deon, pulang, jangan lupa makan ya! "

"Cie perhatian banget, pacar siapa si! " ucap Deon yang dengan segala keberaniannya mencubit kedua pipi gadisnya.

"Deon! " seru Ara yang langsung memukul tangan kekasihnya.

"Pedes tahu nggak!" seru Ara yang langsung mengarahkan wajahnya ke arah spion motor kekasihnya.

"Nah kan merah!" teriak Ara yang histeris menatap nasib kedua pipinya.

Sedangkan Deon yang menjadi tersangka, dengan tenang menatap gadisnya serta senyuman yang tersaji di wajahnya yang begitu rupawan.

"Tanggung jawab! " seru Ara yang masih mengusap kedua pipinya.

Cup!

Cup!

Gerakan yang begitu cepat baru saja terjadi. Dengan secepat kilat, Deon mengecup kedua pipi gadisnya. Sedangkan Ara yang menjadi korban masih mematung memikirkan apa yang terjadi barusan.

"Masih sakit nggak? " tanya Deon yang berniat menggoda kekasihnya.

Ara tidak mendengar apa yang Deon tanyakan kepadanya. Sungguh, dunia seakan berhenti berputar. Ara ingin menjerit sekarang juga! Akan tetapi, tubuhnya tidak mau digerakkan. Tubuhnya melemas, namun hatinya memanas.

"Deon? " tanya Ara dengan suara lirihnya.

"Iya? "

"Gue gak bisa gerak, " dengan ekspresi yang begitu lucu, Ara menatap polos lelaki yang ada di depannya, membuat Deon tertawa geli.

"Sadar Ra! Sana masuk, buruan! "

"Ta-tapi, HACIM! "

"Ra, lo pusing? "

"Nggak kok, HACIM! "

"Dingin, " lirih gadis itu. Sepertinya dia mengalami gejala flu.

"Aduh, gimana dong, gue anter ya ke dalem, yuk gue tuntun, "

"Ta-tapi, HACIM! Lo pulang aja, gue gapapa HAAACIM! "

"Atau mau gue gendong? "

"Nggak mau! Malu! "

"Ya udah yuk masuk, "

Deon memapah Ara yang mulai terkena flu. Mungkin karena terkena hujan sore tadi membuat Ara terkena flu.

Tok tok tok~

Ara mengetuk pelan pintu rumahnya. Sedangkan Deon, masih memapah tubuh gadisnya. Tak lama terdengar suara dari dalam rumah.

"Ya! Sebentar! " suara itu berasal dari mama Ara, Serena Myria Finley.

Ceklek~

"Siapa? Ara! Kamu kenapa? " heboh mama Ara membuat papa Ara yang baru saja pulang kerja langsung menghampiri mereka bertiga.

"Kamu kenapa Ra? " tanya papa Ara yang sudah ada di antara mereka bertiga.

"Ara cuma, HACIM! Flu aja, "

"Astaga, masuk dulu nak, " ucap mama Ara kepada Ara dan juga Deon.

"Makasih Ma! "

Mereka berempat memasuki rumah itu dan menempatkan Ara di sofa ruang tamu. Mama Ara membantu anak sulungnya melepas kedua sepatunya. Sedangkan Deon, dia masih menatap Ara yang ada di sampingnya.

"Namamu siapa nak? " tanya papa Ara yang juga duduk di sofa itu.

Merasa bahwa dialah orang yang ditanyai oleh papa gadisnya itu, membuat Deon menoleh ke arah pria paruh baya itu.

"Nama saya Deon om, Deon Callum Brixton, "

"Deon, Emm baiklah, apa kalian berdua tadi kehujanan? "

"Iya om, tadi kami terkena hujan karena saya tidak membawa jas hujan, kami pun berhenti di halte, "

"Ah, begitu, baiklah, sesampainya di rumah nanti, kamu juga harus mandi air hangat dan makan ya nak, jangan sampai kalian berdua sama-sama terkena flu, "

"Iya om, Terima kasih, Ehm, Deon mau pamit pulang ya om, sudah sore, "

"Tidak mau berbincang dulu sama Ara? "

"Tidak om, kasihan Ara, biar dia istirahat saja om, "

"Baiklah kalau begitu, Hati-hati di jalan, jangan mengebut ya nak, "

"Terima kasih om, Deon pergi dulu, " Deon mulai berdiri dan membungkukkan tubuhnya yang tinggi. Tak lama Deon menoleh ke arah Ara yang masih menatapnya.

"Gue pulang dulu, jangan lupa minum obat ya, " ucap lelaki itu sembari mengusap pucuk kepala gadisnya.

"Ehm, Hati-hati ya, " ucap Ara sembari mengangguk pelan.

Deon membalasnya dengan tersenyum dan juga anggukan kecil dari kepalanya.

"Saya pamit dulu tante, om, "

"Iya nak, Hati-hati di jalan, " ucap mama Ara yang juga menatapnya lembut.

Deon pun berjalan keluar ditemani oleh El menuju pintu rumahnya. Kepergian Deon masih terlihat oleh Ara, hingga punggung lelaki itu yang menjadi pemandangan terakhirnya.

*****************************

Pukul 20.15~

Ting!

Terdengar notifikasi dari ponsel gadis itu. Ara mencoba meraba ke sisi kiri tempat tidurnya dan menemukan keberadaan ponselnya. Dibukanya ponsel itu dan dengan sekejap Ara tersenyum membacanya.

Deon~

"Udah makan? Udah minum obat? Tadi mandi pakek air anget nggak? Selimutnya yang tebel! Jangan pakek AC dulu! Cepetan tidur ya, Good Night :) "

"Tanya satu-satu dong, "

"Iya deh, Udah minum obat? "

"Udah Deon, "

"Udah makan kan? "

"Udah Deon, "

"Sana tidur, besok nggak usah ke sekolah dulu ya, "

"Lah tapi, nanti gue, "

"Kenapa? "

"Kangen, "

"Jangan sampe lo buat gue bolos besok, "

"Eh jangan! Gak boleh bolos! Besok gue minta catetan pelajarannya dari Lo! "

"Iya deh, Sana tidur, "

"Ehm, iya, "

"Jangan lupain yang tadi sore ya, "

Ara tersenyum memikirkan apa yang terjadi tadi, membuat pipinya memerah.

"Nggak akan, "

"Cepet sembuh ya, "

"Makasih Deon :)) "

Percakapan mereka pun berakhir, membuat gadis itu tersenyum memulai tidurnya.

*******************************