_Waktu Yang Terus Berlalu_
*********************************
Hari yang cerah bagi kedua insan yang telah menjadi sepasang kekasih. Sepasang kekasih ini berada di tengah kepadatan jalan yang bisa saja membuat mereka terlambat masuk kelas. Hari itu hari pertama mereka menjalani hidup baru dalam sebuah hubungan.
"Kalo kita telat gimana? " tanya Ara yang berada di belakang punggung lebar seorang pria.
"Lari kayak kemarin, " balas lelaki itu sembari menyajikan kekehan kecil di akhir.
Plak!
"Aduh! Sakit Ra! " Deon mengeluhkan rasa sakit yang diciptakan oleh kekasih barunya.
"Maaf, habis lo si! ngomong gak mikir dulu! " seru Ara yang merasa bersalah kepada Deon.
"Ya gapapa dong, kan larinya bareng gue, haha, "
"GAK MAU! Gue capek Deon!! " keluh Ara menekankan kalimat pertamanya.
"Gapapa, Gue gendong! Pacar lo siapa si hah?! " dengan rasa percaya dirinya Deon menyatakan dirinya sebagai kekasih gadis yang ada di belakang punggungnya.
"Ada ada aja lo! kalo temen-temen pada liat, gimana nasib gue nanti! " heboh Ara menepuk-nepuk punggung Deon menggunakan telapak tangannya.
"Ya kan emang gue pacar lo, emang lo malu punya pacar kayak gue? " secara tiba-tiba Deon kehilangan moodnya hari ini.
"Ya gak gitu, tapi gue malu, "
"Tenang aja, gue Deon! siapa yang berani sama gue hah?! siapa? " lagi dan lagi, Deon begitu bangga mengakui dirinya sebagai kekasih gadisnya.
"Gak ada, liat lo jalan aja, Anak-anak pada mlempem, " Ara mengakui jika Deon memang patut diwaspadai oleh orang-orang di luar sana.
"Nah itu lo tahu, "
Tin!
Tin!
"Cepetan jalan, " perintah Ara untuk seorang Deon Callum Brixton.
"Lo sih ngajak ngobrol! kan gak tahu dah lampu ijo, " omel Deon sembari melajukan motornya kembali.
"Iya ih! maaf! cepetan, "
"Oke! lo yang minta! "
BRUM!
Dengan sekali hentakan Deon melajukan motornya secara tiba-tiba membuat Ara terdorong ke belakang yang langsung ditarik kembali oleh tangan kiri lelaki itu.
"Pegangan makanya, haha, " ejek Deon sembari melontarkan tawa senangnya.
"Ish! "
Mereka berdua pun berangkat ke sekolah dengan semangat yang membara begitu juga dengan perasaan keduanya. Hari itu begitu berarti bagi keduanya. Setelah perdebatan tadi, keduanya berhasil sampai ke sekolah dengan selamat, walaupun penutupan gerbang yang mendahului.
************************************
"Deon Callum Brixton, Maureen Arandra Finley, " panggil seorang guru bimbingan konseling kelas XII.
Memang benar jika Deon dan Ara kembali terlambat untuk masuk ke sekolah. Mereka terpegok ketika akan melompat pagar belakang SMA Canopus itu.
"Cepetan Ra! "
"Ish, bentar, rok gue, "
"Siniin tas lo! "
Ara memberikan tas punggungnya yang berwarna hitam itu kepada Deon.
Bruk!
Dengan terpaksa Deon harus melemparkan tas kesayangan dari kekasihnya ini.
Plak!
Datanglah sebuah pukulan keras untuk punggungnya yang berharga.
"Aduh! "
"Tas gue Deon! "
"Ya maaf, gimana lagi, " pasrah Deon mengedikkan bahunya dengan tangan yang tengah mengelus bekas gamparan seorang Maureen.
"Ish nyebelin banget lo! "
"Kalo nyebelin, kenapa mau jadi cewek gue? " tanya Deon yang begitu penasaran dengan perasaan gadisnya.
"Gak tahu! " seru Ara menghindari pertanyaan dari lelaki itu.
"Lo tu yang nyebelin! " seru Deon menyalahkan Ara yang tak mau menjelaskan perasaannya.
"Bodo ah! "
"Ya udah deh, cepetan naik! "
Deon membungkukkan punggungnya untuk menjadi tumpangan tubuh Ara nantinya. Ara mulai naik ke punggung Deon dengan perlahan. Ara berhasil menaiki tangga itu dan masuk ke dalam area sekolah. Ara segera mengambil tas hitamnya yang tergeletak tidak berdaya.
"Deon cepetan! " bisik Ara yang masih bisa di dengar oleh lelaki itu.
"Iya, " jawab Deon segera menaiki pagar belakang.
Duk!
Deon berhasil melakukan pendaratan dengan sempurna. Mereka segera berjalan mengendap-endap sembari melihat keadaan sekitar. Tiba-tiba.
"Deon! " suara berat dari guru yang biasa mereka dengar muncul secara tiba-tiba.
Mereka menoleh ke arah belakang dengan kaku.
"Hehehe, ketemu Pak Kevin lagi, " ucap Deon dengan cengesan andalannya.
"Kalian terlambat? "
Keduanya mengangguk pelan mengakui kesalahan. Untuk apa mereka mengelak, pasti Pak Kevin telah melihat semuanya, pikir mereka.
"Kenapa terlambat? "
"Macet pak, " kali ini Ara yang angkat bicara.
"Banyak alasan, lari lima putaran, cepat! "
"Aduh pak, kemarin kan saya udah lari, " keluh Deon yang merasa tidak enak kepada pacar barunya itu.
Ara memegang tangan Deon, menghentikan lelaki itu berbicara lebih banyak.
"Udah lari aja, " bisik Ara.
"Katanya lo masih capek, "
"Katanya mau gendong? " tagih Ara terhadap ucapan pacarnya dua puluh menit yang lalu. Gadis itu menaik turunkan kedua alisnya, membuat Deon tertawa kecil melihat ekspresi gadisnya.
"Ayo deh lari, "
"Kita lari dulu pak, " ucap Deon kepada guru olahraganya itu.
Pak Kevin hanya menganggukkan kepalanya dan berjalan pergi.
"Dasar guru kayak jalangkung, " umpat Deon karena kesal dengan Ketidakberuntungannya.
"Hush! nanti kualat, " ucap Ara yang sudah berlari mendahului.
"Jangan cepet-cepet Ra! "
"Lo tu yang lemot! "
"Awas aja lo! " seru Deon memperingatkan.
"Wlek! " ejek Ara sembari menjulurkan lidahnya serta mempercepat kecepatan larinya.
Mereka menikmati hukuman mereka untuk berlari keliling lapangan sekolah. Gelak tawa selalu tersaji dari keduanya. Mereka sempat menjadi tontonan siswa-siswi lainnya. Hampir tiga puluh menit mereka mengelilingi lapangan. Akhirnya selesai juga hukuman yang diberikan Pak Kevin.
Hosh!
Hosh!
Bruk!
Ara terduduk di atas rerumputan hijau dengan napas yang terengah-engah.
"Aduh capek, " gumamnya sembari menjulurkan kedua kakinya.
"Nih buat nutupin paha lo, " ucap Deon sembari memberikan hoodie hitamnya.
"Makasih, " Ara tersenyum lebar melihat perhatian yang diberikan kekasihnya.
Deon duduk bersama dengan Ara yang menjadikan tontonan gratis bagi siswa-siswi SMA Canopus ini. Mereka selesai berlari bertepatan dengan istirahat pertama, sehingga banyak siswa-siswi yang keluar dari kelas mereka masing-masing.
"Mau ke kantin nggak? " tanya Deon sembari mengelus pelan anak rambut yang ada di pelipis gadisnya.
"Ehm, bentar deh, "
"Capek ya? makanya tadi ga usah lari, "
"Hush! udahlah gapapa, itung-itung olahraga pagi, hehehe, "
"Ya udah deh, mau gendong? "
"Ga usah deh, yuk! "
Mereka berdua berdiri dan berjalan beriringan menuju kantin. Kerongkongan yang kering memanggil keduanya untuk menegak air dingin yang ada di kantin sekolah itu.
"Aduh seger banget, " ucap Ara setelah menegak habis minuman dingin yang ada dalam botol.
"Mau makan nggak? " tanya Deon yang masih menatap gadisnya.
"Nggak deh, udah kembung nih perut, "
"Oke, "
"ARA! " sebuah teriakan terdengar dari depan kantin. Teriakan itu berasal dari Anna. Anna datang bersama dengan Nesya, Mea, dan juga Iva.
"Lo darimana aja Ra?" tanya Mea yang sudah ada di hadapan Ara.
"Ra! lo gue cariin tadi! astaga! ngilang aja lo! " seru Nesya yang sudah memeluk sahabatnya itu.
"Tadi gue telat, hehe, makanya tadi lari dulu, "
"Lo lari sama dia? " tanya Iva yang sudah menunjuk lelaki yang ada di samping Ara.
"Iya hehe, "
"Kenapa lo makin lengket ama dia? " bisik Anna di telinga kiri Ara.
"Ehm, jadi gue itu pacaran sama Deon, " bisik Ara di telinga Anna yang langsung membulatkan matanya dan juga mulutnya yang terbuka.
"ASTAGA RA! GUE GAK SALAH DENGER KAN? " heboh Anna di tengah keramaian kantin.
"Emang Ara kenapa? " tanya Mea yang juga penasaran dengan apa yang dibicarakan keduanya.
"Sini, "
Anna menyuruh mereka bertiga mendekat kepadanya. Lalu Anna berbisik.
"Ara pacaran sama Deon, "
"WHAT! "
"HAH?! "
"OH MY GODNESS! "
Heboh ketiganya mendengar informasi yang diberikan Anna kepada mereka.
"Haha, lo kalo bercanda jangan gitu dong Ra! " elak Nesya yang tidak mau mempercayai ucapan Anna tadi.
"Beneran Nes, " ungkap Ara kepada sahabatnya. Lelaki yang ada di sampingnya masih saja memperhatikan kejadian yang ada di depannya.
"Deon lo kasih pelet apa ke Ara hah?! " tanya Mea kepada Deon Callum Brixton.
Deon yang ditanya hanya bisa mengedikkan bahunya sebagai jawaban atas sahabat Ara itu.
"Astaga Ra! lo sehat kan?! " tanya Iva yang masih tidak percaya.
"Sehat dong, "
"Tapi Ra- "
"Deon Callum Brixton, Maureen Arandra Finley, " panggil seorang guru bimbingan konseling kelas XII.
Sebuah suara membuat Anna menghentikan perkataannya.
"Iya bu, " jawab keduanya.
"Ikut saya ke ruang konseling, "
"Baik bu, " jawab keduanya yang langsung meninggalkan ke empat gadis yang masih menatapnya tak percaya.
"Nanti gue ceritain, " ucap Ara sebelum ia dan Deon menghilang dari tempat itu.
*********************************