_Kebersamaan yang akan menjadi kenangan terbaik_
**********************************
Suasana kaku di sebuah ruangan di pojok sekolah, tersaji manis dalam penglihatan gadis itu. Duduk berdampingan dengan sosok yang ia sayangi, mampu mengurangi rasa gugup dalam dirinya. Mereka berdua kini berada di hadapan guru bimbingan konseling dari kelas XII.
"Kenapa bisa terlambat? " guru itu kini angkat bicara mempertanyakan alasan mereka berdua terlambat berangkat sekolah.
"Macet bu, " balas Ara.
"Kamu Deon? " tanya guru itu pada lelaki yang enggan bicara.
"Macet bu, " balas Deon membuat guru yang ada di hadapannya mengerutkan kening.
"Kok bisa sama alasan kalian berdua? " tanya guru itu penasaran.
"Kami berangkat bersama bu, " jawab Deon sembari menoleh ke arah gadis yang ada di sebelah kanannya.
"Oh begitu, "
"Tadi lari berapa kali? " lanjut guru itu bertanya.
"Lima kali bu, kami bertemu Pak Kevin di gerbang belakang, " jelas Ara secara detail.
"Baiklah, Deon? "
"Iya bu? " Deon kembali memfokuskan diri dengan guru yang ada di hadapannya.
"Poin kamu bertambah, kurangi keonaran kamu nak, berbahaya nantinya untuk masa depan kamu, " jelas guru itu memperingatkan.
"Baik bu, " Deon mengusap tengkuknya pelan sembari menoleh ke arah Ara.
Kalimat ibu guru tadi berhasil membuat Ara menatap Deon begitu sinis.
"Dasar bocah! " umpat Ara dalam hati, masih menatap tajam kekasihnya itu.
"Aduh! mampus gue! " dalam hati Deon sudah khawatir dengan tatapan tajam yang diberikan Ara untuknya.
"Sebentar lagi masuk, kalian boleh pergi! lain kali jangan ulangi! "
"Baik bu, Terima kasih, " ucap mereka berdua bersama.
Mereka berdua pamit untuk kembali ke kelas mereka berdua. Di sepanjang jalan menuju kelas, Ara tak berbicara sedikitpun. Tindakan gadis ini berhasil membuat lelaki itu khawatir berlebihan.
"Ra? " tanya Deon dengan nada lembut.
Gadis itu masih belum membuka mulutnya untuk berbicara.
"Ra? Maureen? " Deon masih berjuang untuk menarik perhatian gadisnya. Deon yang tak tahan didiamkan begitu lama, mendadak memberhentikan tubuhnya di hadapan Ara.
"Minggir! " akhirnya gadis itu memberikan suaranya. Tidak hanya suara yang lantang, Ara juga memberikan tatapan tajamnya kepada lelaki yang berhasil membuatnya kesal.
"Dengerin gue dulu Ra! " lelaki itu berusaha menjelaskan apa yang terjadi.
Ara tak menjawab. Dirinya masih memperhatikan tatapan Deon. Menelusuri tatapan yang begitu memikat baginya.
"Kan lo emang udah tahu kalo gue ketua geng, dan selama tiga tahun gue ikut geng, ada banyak kejadian yang memang gak bisa dipercaya. Karena itu, poin gue banyak, hehehe, " Deon kembali mengusap tengkuknya.
Ara masih menelisik tatapan lelaki itu. Berusaha mencari kebenaran di balik kedua matanya. Ara ingin memercayai, alasan itu memang bisa dipercaya, pikirnya. Sejujurnya Ara sungguh khawatir dengan apa yang diperbuat oleh kekasihnya ini.
"Ra? " panggil lelaki itu sekali lagi.
Ara menganggukkan kepalanya dan menatap sepasang mata yang ada di depannya. Ara tersenyum manis di depan Deon dan berjalan melewati lelaki itu.
"Ra! " teriak Deon membuat Ara memberhentikan langkah kakinya.
Dengan cepat Deon menyusul Ara. Dan--
Grep!
Lelaki itu memeluk Ara dari belakang.
"Tanggung jawab Ra! Jantung gue mau copot, " bisik Deon di sebelah telinga kiri Ara.
Suara bisikan itu berhasil membekukan diri seorang Maureen Arandra Finley. Keringat dingin perlahan keluar dari pori-pori kulitnya.
"Aduh jantung gue juga! " batin Ara berteriak.
Ara melepas tangan Deon dengan perlahan. Ara berbalik, kemudian berbisik di telinga Deon.
"Jantung gue juga, ini sekolah, jangan main-main, " bisiknya membuat Deon melebarkan senyumannya.
"Ayo balik kelas! " seru Deon yang langsung meraih tangan Ara dan menggandengnya di sepanjang koridor kelas.
*******************************
"Maureen! jelasin ke kita cepetan! " seru Nesya yang berdiri tepat di hadapan Ara.
"Santai dong! Capek ni gue, bentar ya, pingin minum, " ucap Ara dengan memelas, meraih botol minumnya yang ada di dalam tas.
Glek~
"Aduh seger! "
Keempat sahabatnya masih ada mengitari dia yang sedang menyeka air di sekitar mulutnya.
"Gue kayak jadi tersangka nih di sini, "
Ara menatap keempat sahabatnya sembari bergidik ngeri. Keempat gadis itu memasang tatapan membunuh untuknya. Layaknya seorang tersangka yang sedang diinterogasi, itulah yang Ara rasakan saat ini.
"Oke, oke, gue cerita, "
Ara pun menceritakan semuanya kepada keempat sahabatnya secara detail, bagaimana dia dan Deon bisa terlibat dengan hubungan ini. Keempat sahabatnya tidak berhenti memasang wajah cengonya. Hampir lima belas menit Ara bercerita. Hingga akhirnya bel masuk berbunyi nyaring.
"Deon ternyata gitu ya, " lirih Iva tidak menyangka lelaki yang begitu dingin itu sangat hangat pada orang yang dia sayangi.
"Gak nyangka gue, " gumam Mea yang masih tidak percaya dengan apa yang diceritakan oleh gadis itu.
"Sama, gue juga, " sahut Anna yang juga sangat terkejut dengan apa yang diceritakan Ara.
"Gue si udah menduga mereka berdua ni bakal suka satu sama lain, " ucap Nesya dengan tenang.
"Pertama, kalian inget? pas Ara pingsan di kantin? Deon kan langsung gendong Ara dan jagain dia juga di UKS, terus selama ini tu, sebenarnya gue udah perhatiin, kalo sifat Deon setelah Ara dateng tu beda banget, " jelas Nesya.
"Bener juga si kata lo Nes, " Mea Mengangguk-anggukan kepalanya memahami apa yang dibicarakan Nesya.
"Iya nih, kenapa kita ga peka coba, " gerutu Anna.
"Ya udah, selamat ya Ra! " seru Iva memberikan selamat kepada sahabatnya itu.
"Makasih Va! " senyum Ara tercetak jelas di wajahnya yang cantik.
"Sama-sama Ara! "
"O iya Ra! kalo Deon nakal bilang aja ya, nanti biar Nesya yang hajar tu anak, " ucap Nesya penuh dengan kepercayaan diri.
"Paling lo aja langsung mlempem kalo di plototin sama dia! hahaha, " seru Anna yang memulai candaannya.
Candaan itu membuat keempat gadis itu tertawa dengan keras, sampai-sampai mereka tidak sadar bahwa guru sejarah telah sampai di kelas mereka berlima.
"Nesya! ngapain pada ketawa?! " seru Bu Rina yang merupakan guru yang mengajar sejarah di kelas XI.
"Gapapa bu, maaf, " seru Mea sembari menghentikan tawanya.
Kelakuan Ara dan sahabatnya masih menjadi perhatian seorang Deon. Baru saja membiarkan Ara dengan keempat sahabatnya, dia sudah merindukan gadis itu. Deon tak henti-hentinya menatap Ara yang ada di ujung kanan kelas itu.
"Pingin gue karungin, " gumam Deon pada dirinya sendiri.
"Deon! " panggil Jay yang ada di belakang kursinya. Mendengar namanya dipanggil, Deon menoleh sesaat.
"Apaan! "
"Lo jadian sama Ara? " tanya Jay yang sedari tadi memperhatikan Deon yang tak henti-hentinya menatap seorang Maureen Arandra Finley.
"Iya, " singkat Deon menjawab pertanyaan dari sahabatnya.
"Yash! Pajak jadian nih bos! " seru Jay yang kegirangan dengan berita itu.
"Eh bro! nanti kita bakal di traktir bos! " heboh Jay yang memberitakan berita itu ke seluruh teman kelasnya.
"JAY! DIAM BISA?! " seru Bu Rina yang sering mengidap darah tinggi karena kelakuan siswanya yang sangat teristimewa ini.
**********************************