_Keyakinan Pada Diri Adalah Kekuatan Kita_
***************************
Seorang gadis cantik berkucir kuda itu tengah termangu dalam lamunannya. Hampir dua puluh menit ia berada di sebuah taman dekat sekolah. Ia harus menjernihkan seluruh pikiran negatif yang ada di dalam otaknya.
Bau tanaman hias yang ada di sana menyeruak ke dalam saluran penciumannya. Bunga-bunga mekar di sana dengan begitu indah, begitu juga dengan kupu-kupu dan kumbang yang riang beterbangan di atas bunga yang menawan. Kehidupan kecil itu begitu indah untuk dilihat dan nyaman untuk kita rasakan.
Gadis itu sengaja terlambat untuk pulang ke rumah karena ingin menghabiskan waktunya untuk dirinya sendiri. Banyak peristiwa yang terjadi dalam hidupnya akhir-akhir ini.
Ara kini tengah meluruskan kaki jenjangnya yang agak pegal begitu juga bekas jahitannya yang belum ia ganti hari ini. Kini waktu telah menunjukkan pukul lima lewat lima belas. Kini gadis itu beralih kepada ponsel yang ia pegang dan mulai menghidupkan ponsel itu. Banyak pesan yang ia terima dan juga notifikasi media sosialnya yang tidak terlalu banyak.
Ting!
Muncul sebuah notifikasi yang membuat gadis itu membulatkan matanya.
Alex [BM]
Tanding malam ini jam 7 di tempat biasa.
Alex adalah seorang agen yang akan memberitahukan informasi yang berkaitan dengan balap motor yang sudah diikuti Ara satu tahun lamanya.
Hadiah?
Tanya Ara yang baru saja membalas pesan itu. Ara mengetuk-ngetukan kakinya ke atas tanah sembari menunggu balasan dari Alex.
Ting!
Alex [BM]
10 juta tunai
Balas lelaki itu yang berhasil membuat mata Ara membulat lagi. Ini adalah hadiah terbesar dari pertandingan-pertandingan yang sudah ia ikuti sebelumnya. Dalam pikirannya saat ini, uang itu bisa ia gunakan sebagai biaya servis untuk motor kesayangannya bahkan juga mobilnya.
"Gila, gue mau lah kalo gini hadiahnya, sayang kalo dilewatkan, hahaha,"
Dengan senandung yang keluar dari mulutnya, Ia menerima pesan itu dengan senang hati.
Ara pun berdiri dari sana. Gadis itu kemudian meregangkan otot-ototnya yang agak pegal duduk berlama-lama di sana.
"Gue harus dapet duit itu!" serunya seraya meninggalkan taman yang sudah sepi pengunjung.
*************************
Time -18.25-
"Bawa keluar bajingan itu sekarang! Jangan sampai gue liat dia lagi!"
Kata itu bergema keras di sebuah gedung tua. Pemilik suara itu langsung keluar meninggalkan seorang yang telah ia singkirkan dari hidupnya selama tiga tahun ini.
"Ara, lo ada di mana?" batin pemuda itu dengan langkah cepat menemui kuda besi kesayangannya.
Dalam pikiran pemuda itu hanya ada bayangan sang gadis yang pernah ia temui dengan ketidaksengajaan. Tak ada yang tahu tentang rencana-Nya, begitu juga dengan Deon. Dia tidak pernah mengira akan menaruh hati pada seseorang yang begitu mirip dengan masa lalunya. Sungguh takdir yang mengejutkan.
Deon terus mengendarai motornya dengan angin malam yang menyertakan diri. Deon masih mengenakan baju seragamnya yang sudah ia lapisi dengan hoodie hitam kebanggaan The Wilders. Deon sudah tidak sabar akan bertemu dengan gadis yang baru saja merebut hatinya.
*************************
Kediaman Finley -18.30-
"Lo mau kemana kak?!" teriak Eca adik dari seorang Maureen Arandra Finley.
"Biasa lah, dah lama gue gak ikut," balas Ara sembari memakai sepatu kets.
Adiknya Gracella Kalista Finley memutar bola matanya malas dengan posisi badan menghadang kakaknya untuk pergi dari sana. Ara telah menegakkan tubuhnya menghadap sang adik.
"Lo baru aja sakit! Lo baru aja kena culik! Dan sekarang lo mau balapan! Gue gak habis pikir, akal Lo kemana kak?!" Eca menumpahkan seluruh isi pikirannya.
"Hadiahnya 10 juta Ca, gue juga mau jernihin pikiran gue ini, dan lo tahu gue kena culik dari siapa Eca?"
"Gue tahu semua tentang lo Maureen!"
"Gue bakal bagi uangnya kalo gue menang, tenang aja," dengan santai Ara mengedipkan sebelah matanya.
"Kalo lo kenapa-kenapa gimana kak? gue ikut pokoknya!"
"Eh eh enak aja! Udah malem, lo masih kecil Ca! Gue gak akan lama tenang aja, hari ini gue ambil sesi jam 7,"
"Astaga kak! terserah lo aja! Awas kalo sampe lo nyampe tengah malem, sana pergi! hush hush,"
"Eh sekarang ngusir, dasar anak orang!"
Ara langsung keluar dari rumahnya dan menghampiri motor kesayangan yang sudah lama tidak ia pakai. Dia sangat bersemangat malam itu. Ara pun bergegas memacu kuda besinya ke arena balap.
Hari ini Ara menggulung rambut panjangnya ke dalam helm full face yang ia kenakan agar tidak berkibar-kibar saat dia memacu kuda besi berwarna biru tua itu. Hari ini ia harus memenangkan balapan itu dan juga harus menjaga keselamatannya karena kedua orang tuanya akan pulang esok hari. Ara tidak mengetahui ada seseorang yang kini mencarinya dan juga rindu akan dirinya.
***********************
Di sisi lain, kini Deon telah sampai di rumah gadisnya Maureen Arandra Finley lima menit setelah Ara meninggalkan kediaman rumahnya. Deon melepas helm full facenya dan beralih menatap rumah itu sembari tersenyum manis.
Tangannya merogoh gawai yang ada di dalam saku celana abunya. Deon menekan beberapa angka di sana, kemudian beralih ke dalam sebuah panggilan dengan nama yang tertera di sana yaitu, Ara.
"Halo?" terdengar suara di seberang sana, Deon tahu betul ini bukanlah suara dari gadisnya itu.
"Halo?" sekali lagi suara itu terdengar, namun Deon belum memberikan respon sama sekali.
"Halo? ini siapa?" sudah ketiga kalinya suara itu terdengar, barulah Deon menjawab.
"Ara mana?" tanya Deon.
"Kakak pergi, ini siapa?" tanya lagi Eca.
"Gue Deon, kakak lo kemana?"
"Oh bang ojol? eh! maaf, canda-canda, biasalah Ara mau balapan padahal gue udah bil---
Belum selesai kalimat itu terucap, Deon sudah memutuskan panggilan itu. Jantungnya berdebar, kemana gadisnya pergi? Deon langsung menghubungi salah satu kenalannya yang juga adalah seorang agen dari balap motor di daerah itu.
"Halo?"
"Ada balapan malam ini?"
"Ehm, hari ini ada!"
"Dimana?"
"Tears Road jam 7 malem ini, lo mau ikutan?"
"Buat apa gue ikutan, makasih bro!"
"Iye, sam---
Sudah kedua kalinya Deon memutuskan panggilannya. Walaupun memang benar dia yang mengawali dan ia juga yang harus mengakhiri, setidaknya ia dengarkan dulu seluruh pembicaraan dari lawan bicaranya. Memang beginilah seorang Deon Callum Brixton.
"Lo masih sakit Ra!" batinnya menjerit menghadapai kelakuan seorang Maureen Arandra Finley.
************************
Tears Road -18.58-
Kurang dua menit lamanya balapan ini akan dimulai. Suara teriakan penonton menghiasi kedua gendang telinga Ara. Kini dirinya sudah ada di depan garis start dengan kuda besi kesayangannya. Kini ia harus melawan seorang lelaki dari sebuah universitas yang ada di kota itu.
Keduanya sudah memanaskan mesin masing-masing. Lelaki yang ada di sampingnya kini tengah melirik Ara yang ada di sampingnya dua meter jaraknya. Wajah itu tidak terlihat karena adanya helm full face yang telah menutupi keseluruhan wajahnya. Begitu juga dengan Ara yang hanya terlihat pada bagian matanya yang indah.
Walapun begitu, lelaki yang ada di sampingnya bisa mengenali Ara sebagai seorang gadis, satu-satunya gadis yang mengikuti balap motor tersebut. Di balik helmnya, lelaki itu tersenyum meremehkan.
"Dapet 10 juta hari ini," batinnya tertawa riang.
Dan tibalah di saat jam menunjukkan tepat pukul tujuh malam. Peluit sebagai tanda mulainya pertandingan telah dibunyikan, disertai kibaran bendera start.
Brum!
Keduanya dengan bersamaan memacu kuda besi mereka masing-masing. Persaingan sengit tidak dapat dielakkan karena keduanya sama-sama memiliki performa mesin yang bagus. Cukup lama mereka bersanding di jalan itu, sampai lelaki itu menaikkan kecepatannya maksimal.
Brum!
Kini Ara pun sudah ada di belakangnya masih mengontrol mesin dan juga keadaan bannya. Apakah ini bagian dari kesialannya? Ban Ara sudah lama tidak ia ganti sehingga, tidak akan kuat untuk ia ajak berpacu malam itu.
"Sialan! Gue lupa ganti ban depan!" batinnya mengumpat.
Ara pun mulai menambahkan kecepatannya perlahan dan mencoba untuk tidak menggunakan rem depannya terlalu sering. Dia harus pintar-pintar memanajemen penggunaan rem depan kuda besinya.
Kini keduanya sudah kembali mendekat seperti tadi. Ara berhasil mengontrol keadaan bannya, Ia pun mulai mendekat ke arah lelaki tadi dan mencoba menyusul.
"Sialan!" umpat lelaki itu tatkala melihat di balik kaca spionnya, motor Ara yang sudah mendekat perlahan-lahan.
Ketegangan semakin terasa karena mereka berdua sudah mendekati garis finish balap itu. Ara begitu girang karena telah melihat tujuannya yang sudah ada di depan matanya.
"Ayo Ara! gue bisa!" teriaknya pada diri sendiri.
Ara semakin mempercepat laju motornya dengan sekali hentakan. Kini ia sudah ada di samping lelaki itu. Kini satu meter lagi mereka akan melewati garis finish.
"Gak ada waktu lagi!" teriaknya pada diri sendiri untuk membakar semangat.
Brum!
Ara melaju cepat meninggalkan lelaki itu dan akhirnya telah melewati garis finish yang artinya Ara adalah juara balap motor untuk malam itu.
"DAN, YAK! DENA ADALAH PEMENANG UNTUK MALAM INI!" suara teriakan itu mewarnai keberhasilan seorang Maureen Arandra Finley untuk acara balapan malam itu.
Ara memang sengaja menggunakan nama samaran untuk menutupi identitasnya. Ara kini langsung meninggalkan lelaki yang tadi adalah lawannya menuju meja administrasi untuk mendapatkan hadiahnya.
"OMG! 10 Juta!" batin Ara berteriak menatap segepok uang yang ada di genggaman tangannya.
Ara mengambil hadiah itu masih dengan helm yang menutupi wajahnya. Ara pun memasukkan uang itu ke dalam saku jaketnya dan langsung mengendarai motornya meninggalkan area balap dengan seorang yang mengikuti Ara dari belakang.
****************************