Chereads / Scar: From The Moon / Chapter 14 - || CHAPTER 13 - IT HURTS ||

Chapter 14 - || CHAPTER 13 - IT HURTS ||

_Sangat Sakit Namun Tak Berdarah_

*********************

Waktu kini telah menunjukkan akhir dari pembelajaran di sekolah. Siswa dan siswi telah beranjak pergi untuk pulang ke rumah mereka masing-masing. Hari telah menampakkan jingga sorenya. Langit jingga berwarna indah menghiasi langit sore hari itu. Angin sore berayun menemani perjalanan mereka untuk pulang ke pangkuan Ibunda. Pulang untuk merehatkan jiwa yang dipenuhi oleh penat.

Hidup penuh warna indah yang bermakna,syukur dari diri yang Tuhan inginkan dengar. Hidup tak selalu indah dalam perjalanan kita masing-masing,hidup tak selalu monoton dalam perjalanan waktu yang terus berjalan. Biarlah diri ini merasakan penat yang sesuai dengan peluh yang selalu kita keluarkan di setiap detiknya.

Hari itu selesai sudah seluruh pembelajaran yang mulai memenuhi memori otak yang kita miliki. Hari ini berlalu dengan rumusan angka yang mengharuskan kita miliki jawabannya. Tak terkecuali para siswa dan siswi SMA Canopus,apalagi untuk mereka yang ada di kelas atas. Harian yang mengharuskan mereka mengisi daya otak dengan materi-materi yang akan diujikan nantinya. Bahkan ada yang mendaftarkan diri mereka untuk mengikuti les tambahan di luar sekolah kecuali gadis berparas cantik ini Sophie Otty Liam.

"Hai," sapa gadis yang mengajaknya berkenalan sepulang sekolah.

Hari ini ia tak bersama dengan Deon Callum Brixton. Lelaki itu tengah melakukan misi lain saat ini.

"Hmm," dehaman seorang Sophie ini menjadi jawaban atas permintaan tadi. Sophie kini tengah sibuk melangkahkan kaki jenjangnya di jalan menuju parkiran sekolah.

"Lo Sophie kan?" tanyanya membenarkan apa yang ada di benak pikirannya.

"Boleh jadi," ujarnya membalas pertanyaan yang dilontarkan gadis yang ada di sampingnya kini.

"Kenapa lo selalu ada di dekatnya Deon?" tanya gadis itu lagi.

"Bukan urusan lo!" seru Sophie sembari meraih tas punggungnya untuk mencari sebuah kunci yang ia butuhkan saat ini.

"Kenapa lo bersikap kayak gini ke gue?" dengan nada dingin ia melontarkan pertanyaan yang sudah banyak gadis ini lontarkan setelah tiga menit bersama dengan Sophie.

Di sisi lain Sophie telah menemukan kunci yang ia butuhkan saat itu. Mendengar pertanyaan itu membuat Sophie mendongakkan kepalanya sejenak dan menatap gadis yang ada di sampingnya kini. Sophie menatap betul name tag yang dipakai oleh Bianca Jane Jorell,nama yang tertera di name tag yang gadis itu pakai.

"Karena gue gak kenal Lo!" tegas Sophie dengan suara yang terdengar menindas.

Setelah mengucapkan kalimat yang menurutnya pas untuk gadis semacam ini,Sophie melanjutkan aktivitas yang telah tertunda. Bukan namanya Bianca,jika ia mudah menyerah akan suatu hal. Bianca kembali menunjukkan keberaniannya dengan tetap mengikuti seorang Sophie Otty Liam.

"Gue akan buat lo ada di kuasa gue secepatnya!" teriak Bianca karena jaraknya dengan Sophie yang lumayan jauh.

Sedangkan Sophie kini telah ada di samping pintu mobil kebanggaannya Tesla Roadster hitam yang selalu ia kendarai kemanapun.

"Omong kosong!" teriak Sophie mengikuti volume suara yang Bianca keluarkan.

Brak!

Sophie telah masuk ke dalam mobil kesayangannya itu dengan gebrakan yang cukup keras. Tak lama suara geberan khas dari mesin mobil itu bergema di parkiran SMA Canopus.

Tiiiinnnnnn~

Bunyi klaksonan bergema keras disertai lenyapnya keberadaan Tesla Roadster hitam itu meninggalkan kepulan asap yang membumbung tinggi.

"Sialan!" umpat Bianca sembari menutup hidungnya menghindari asap yang ingin memasuki saluran pernafasannya.

*****************

Di lain tempat di sebuah gedung tua yang telah menjadi tempat perkumpulan sebuah kelompok pemuda berhoodie hitam dan tak lupa masker hitam yang selalu bersama dengan mereka. Ada lambang serigala di dada kiri mereka,menandakan merekalah The Wilders,dengan kehadiran Deon Callum Brixton yang selalu memimpin kawanannya.

Sebuah batang berasap berada di selipan jari telunjuk dan juga tengahnya. Kepulan asap keluar dari sana dan tak lupa keluar dari mulutnya yang menganga berirama. Posisi badannya kini berada di kursi tengah yang ada di poros bundaran anggotanya yang mengelilingi dia. Membungkukkan punggungnya adalah gaya Deon ketika ia tengah merokok,menghisap zat-zat sialan dari batang berasap itu.

Enzi Kieran Huxley perlahan berjalan mendekat ke arah leader The Wilders itu.

"Lima menit mereka sampai," bisiknya ke ambang telinga seorang Deon Callum Brixton.

Mengangguk pelan adalah cara Deon merespon informasi yang ia dapatkan. Kembali disesapnya zat yang ada di batangan berasap yang ia nikmati sekarang. Setelah puas,dijatuhkannya batangan itu dan diinjaknya pelan hingga tak ada lagi asap yang keluar dari sana. Dengan pelan Deon bangkit dari duduknya dan menegakkan tubuh tinggi itu seperti biasanya. Mata tajam itu kemudian menatap pintu masuk gedung itu berharap mangsanya segera datang.

Anggota lain juga ikut bangkit dari posisi masing-masing dan mulai beranjak ke belakang sang leader Deon Callum Brixton. Mereka bersama-sama menunggu target misinya kali ini.

Brak!

Pintu yang sedikit terlihat tua itu terbuka secara tiba-tiba,diikuti dua orang lelaki yang masuk dari sana. Mereka berdua terus berjalan,hingga akhirnya mereka telah ada di hadapan Deon. Salah satu dari mereka yang bernama Haiden Jahziel menjatuhkan pemuda yang ada di sampingnya Erland Elfredo Jorell.

Bruk!

Erland kini tengah tidak berdaya dengan ikatan tali yang mengikat kedua tangannya. Penampilannya masih seperti saat ia menculik Maureen Arandra Finley,hanya saja kini ia terlihat lebih buruk dari kemarin.

Kini Deon masih menatap makhluk yang ada di bawahnya kini. Perlahan Deon mendekat dan membungkukkan tubuhnya ingin menatap lebih jelas mantan seniornya ini.

"Udah hampir tiga tahun,lo masih aja nggak berubah,"ucap Deon begitu jelas masuk ke gendang telinga seorang Erland Elfredo Jorell.

Wajahnya meringis mendengar itu. Peristiwa tiga tahun yang lalu memang masih menetap jelas di dalam memori otaknya. Pelan ia terkekeh mengingat peristiwa itu.

"Dan karena itu gue mendekam di jeruji besi,haha," ujar Erland masih dengan tawa khasnya.

Dengan cepat Deon meraih kerah baju mantan seniornya itu mendekat kepadanya.

"Berani-beraninya Lo buat masalah itu cuma lelucon hah?!" seru Deon tak tahu lagi harus menahan emosinya seperti apa. Dia lelah menahan segalanya.

"Lo gak akan tahu apa yang gue rasain," tajam dan dingin kedua mata itu mengungkap semua rasa yang ada di dalam seorang Erland Elfredo Jorell.

"Cih! Lo itu cuma pingin kekuasaan! Kita semua yang ada di sini udah tahu semuanya! Nggak usah ngaco Lo Erland!"

Memang benar,Deon hanya mengajak anak-anak dari Wilders yang telah mengetahui seluk beluk peristiwa di tiga tahun lalu.

Mendengar itu malah membuat seorang Erland terkekeh lebih keras. Memang tidak ada yang mengerti perasaannya,tidak akan ada jeritnya dalam batin. Luka dalam batinnya semakin menjadi-jadi. Tak akan ada yang tahu perasaan ini,bahkan seluruh semesta tidak akan ada yang mempercayai dirinya.

"Nggak akan ada yang percaya sosok kayak gue ini,hahaha," Erland semakin menggila dengan ucapan maupun hatinya yang kini amat tersakiti.

Deon melepas kerah pemuda yang ada di depannya membuat Erland terduduk di posisinya.

"Bawa keluar bajingan itu sekarang! Jangan sampai gue liat dia lagi!" perintah Deon yang langsung dikerjakan oleh seorang di antara mereka.

Erland kemudian dibawa keluar oleh salah satu di antara mereka,lelaki itu masih menggila tak karuan. Hilang sudah sosok lelaki itu,Deon berjalan keluar gedung. Ia ingin bertemu gadisnya saat ini juga.

Deon mengendarakan motor kesayangannya keluar dari halaman gedung tua itu bergegas menuju rumah gadis yang selalu ada di pikirannya. Biarlah Deon beristirahat dari masalahnya selama ini,hanya dia yang bisa mengistirahatkan jiwanya dari kepenatan dunia ini.

**************