_Izinkan Aku Untuk Memulai_
********************
Sudah 15 menit Deon telah pergi mengantar Ara sampai ke rumah. Terasa canggung keadaan mereka beberapa menit yang lalu. Setelah Deon mengantarkan Ara ke rumahnya. Ara langsung diserbu beribu pertanyaan dari adik dan sahabatnya.
"Lo kemana aja kak!" teriak Eca dari balik pintu rumah mereka.
"Shutt! Malem-malem teriak-teriak gitu," ucap Ara tenang.
"Lo aneh kak! Tadi pulang sekolah Lo kemana aja! Baru pulang jam segini! Lo tau gimana khawatirnya papa mama kalo tahu Lo ngilang!!"
"Papa mama nggak tahu kan ca?" tanya Ara sembari melepas sepatu sekolahnya. Ara sangat lelah hari ini.
"Nggak! Gue bilang aja Lo nginep ke rumahnya Nesya,"
"Oke makasih," balas Ara sembari merenggangkan tubuhnya.
"Tangan Lo kenapa merah?" tanya Eca yang tengah memperhatikan tangan kakaknya.
"Oh ini,gue gpp kok,"
"Jangan-jangan cowok itu yang bikin Lo kayak gini?!"
"Cowok mana?" tanya Ara yang masih tak mengerti dengan maksud sang adik.
"Yang waktu itu nganter Lo ke sekolah,"
"Oh dia,dia Deon,dia malah yang nolongin gue! Gimana si lo?!"
"Ya elah! Sante aja kak,Sono mandi! Bau Lo,"
Ara tak menjawab ucapan sang adik. Dia hanya berdecak pelan dan mulai melangkahkan kakinya ke kamar. Eca tahu ada yang tidak beres dari kakaknya itu,maka ia tak mau mengungkit lagi.
Malam itu bintang masih bersinar. Bersama dengan bulan, ia bertahan untuk menerangi semesta yang kini sedang tertidur. Tuhan selalu tahu apa yang dibutuhkan oleh ciptaan-Nya. Ara merenungi semua yang terjadi padanya hari ini. Di atas balkon, ia menatap bintang yang masih berpijar di atas sana.
"Terima kasih,Deon Callum Brixton," gumamnya sebelum ia masuk untuk memulai mimpinya malam itu.
*********************
Time- 6.15 ~ Kediaman Keluarga Finley
Pagi itu cuaca tak mendukung untuk memulai aktivitas. Awan hitam itu berkumpul menjadi satu di atas langit. Angin berhembus kencang dengan butiran air yang mulai berjatuhan dari atas angkasa.
"Kak! Lo mau berangkat kapan?!" teriak Eca di balik pintu kamar Ara.
"Bentar lagi!"
"Lo berangkat sendiri aja kak! Gue mau bareng Pak Zidan!"
"Ya udah sana!" teriak balik Ara yang tengah kesusahan mengganti perbannya karena luka di pelipis yang masih basah.
"Shh,"
"Sialan ni luka!"
Ara masih berusaha untuk mengganti perbannya dengan perban yang baru. Hingga suara klakson motor bergema di luar rumahnya.
Tinnnnn
Tinnnnn
"Etdah! Siapa si?!"
Ara mulai mengeluarkan umpatannya. Dia pun akhirnya telah selesai berurusan dengan luka jahitannya. Dia pun meraih tas hitam punggung itu dan mulai berlari keluar.
"Udah balik paling ya,gue lama banget," gumamnya beropini tentang tamu paginya.
Ara melewati ruang tamu dan keluar dari rumahnya. Dikuncinya pintu berwarna coklat tua itu.
Ceklek
"Lama banget," gerutu seseorang di balik badan gadis itu.
Ara mulai menoleh. Matanya melotot dalam sekejap melihat siapa yang ada di belakangnya.
"Deon!" teriaknya kencang dalam hati.
Mata Ara mengerjap lucu dengan mata yang masih fokus dengan makhluk yang ada di hadapannya.
"Selamat pagi," sapa pria itu dengan senyuman hangat membuat hati Ara berdesir.
Ara masih belum tersadar dari lamunannya. Dia tidak menyangka Deon akan repot-repot ke rumahnya di pagi hari bahkan di tengah hujan seperti ini. Deon yang melihat gadis di hadapannya melamun ia pun terkekeh kecil melihat wajah lucu yang ada di hadapannya.
Tangannya terulur dan berayun ke kanan dan ke kiri tepat di hadapan wajah Ara,berusaha membuyarkan lamunan gadis itu.
"Hei,"
Panggil Deon yang mulai takut gadisnya akan berlama-lama melamun. Ara pun mulai tersadar dari lamunannya dan mengangguk kecil.
"E-eh pagi,"
Deon sangat gemas melihat ekspresi Ara sekarang. Tangannya pun terangkat dan mulai mengelus pelan pucuk kepala gadis yang ada di depannya.
"Ayo," ajak Deon.
"Lo ngapain ke rumah gue hujan-hujan an gini?" tanya Ara penasaran.
"Ya mau jemput Lo lah," balas Deon yang mulai membalikkan tubuhnya hendak berjalan ke arah motor kesayangannya.
Pipi Ara merona karena jawaban pria itu.
"Lo pingin gue mati?!" teriaknya bertanya-tanya masih di dalam hati. Dia tak bisa menghentikan degupan jantungnya yang berbeda dari biasanya.
"Ayo! Bengong lagi! Kemasukan ntar!"
"Udah kemasukan dari tadi!" sengitnya dalam hati.
"Lo gak bawa jas hujan?" tanya Ara melihat penampakan kuda besi Deon yang tak menyajikan jas hujan di atasnya.
"Eh iya! Gue gak pernah pakek jas hujan,makanya lupa,"
"Mending Lo naik taksi aja sana! Ga usah bareng gue! Ntar Lo ikutan masuk angin," lanjut Deon.
"Serah gue!" sungut Ara yang mendekati Deon dan juga motornya.
"Mau apa Lo?!" tanya Deon dengan salah satu alis terangkat.
"Mau sekolah lah,"
"Sana naik taksi,"
"Remehin gue Lo!"
"Bilang aja kagak punya duit,nih duit!" ejek Deon yang sudah mengeluarkan beberapa uang kertas untuk Ara.
"Lo ihhh! Cepetan berangkat! Atau gue bawa motor Lo!"
"Eh enak aja,ayo lah,"
Setelah selesai dengan perdebatan yang berujung Ara yang menjadi pemenang nya,mereka berdua melaju di tengah hujan yang menerpa bumi. Kini butiran air yang menjadi saksi bisu keduanya. Deon melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Hingga ia berniat menjahili gadis yang ada di belakangnya.
Brum!
Dengan sekali tarikan,motor itu melaju dengan kencang membuat Ara yang ada di belakangnya ikut terjengkang ke belakang.
Plak
"Lo mau bunuh gue sekarang?!" refleks tangan Ara menggeplak punggung lebar yang ada di depannya.
"Kagak!" seru Deon yang semakin menambah kecepatan motornya.
"Bego lu!"
Senyum tipis terlintas di balik helm hitam yang Deon pakai. Dia senang dengan kehadiran Ara dalam hidupnya. Jujur Deon mengakui itu.
"Kalo ga mau mati,pegangan!"
"Idih! Modus Lo dasar!"
"Kagak mau ya udah,bodo!"
Brumm
Brumm
"Eh bajingan Lo!" umpat Ara tiba-tiba.
"Mulutnya," ucap Deon mengingatkan. Walaupun ia tahu Ara bukan gadis yang seperti orang lihat sebenarnya,ia tetap tidak mau gadisnya berbicara kasar seperti itu.
"Sok kalem lu!"
Deon hanya terdiam mendengar itu. Dia menahan diri untuk tidak berbuat yang tidak-tidak di hadapan gadisnya. Deon kembali melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Tangan kirinya terulur kebelakang menarik tangan Ara untuk memeluk pinggangnya.
"Gue ga mau Lo luka karena gue,"
Kalimat itu berhasil menutup mulut Ara rapat-rapat. Kini yang ia takutkan bukan mati,tapi apakah sekarang Deon mendengar sesuatu di balik punggungnya?
***********************
Time-7.20- SMA CANOPUS
Setelah perdebatan kecil di jalan tadi,keduanya sekarang telah sampai di sekolah. Semua mata tertuju ke arah kedua insan itu. Ara telah turun dari motor itu,membuka helmnya dan memberikannya kepada Deon. Ara masih enggan membuka suara. Kalimat Deon tadi telah merusak seluruh Indra tubuhnya.
"Lo gak mau masuk?" tanya Deon yang masih melihat Ara di sampingnya.
Lamunan Ara pun terbuyar kembali.
Ara mengangguk kecil dan mulai melangkahkan kakinya menuju kelas. Hingga suara gadis yang terlihat asing baginya memanggil nama Deon.
"Deon!"
"Hai,udah lama gak ketemu,hehe," lanjut gadis itu. Tangannya tanpa rasa bersalah menggandeng tangan Deon.
Hati Ara mengumpat pelan melihat pemandangan yang ada di belakangnya.
"Sialan!"
***********************