Chereads / Kelompok 3 / Chapter 6 - Yoni Vs Zainal

Chapter 6 - Yoni Vs Zainal

Yoni yang berada dibelakang mereka masih melamun, dia hanya memperhatikan mereka sebelum keduanya benar-benar pergi. Setelahnya, pemuda itu malah menghentikan perjalanan Selena dan Zainal. Zainal yang merasa dipanggil mulai menoleh, sedangkan Selena terlihat tak begitu tertarik untuk melihat ke arah Yoni

"Jangan lupa rapat" Yoni mengingatkan Zainal. Zainal tersenyum miring, dia melirik Selena dan merasa jika Yoni itu agak mengganggu

"Hari ini aku minta tolong lagi ya, Yoni?" Selena sudah menyentuh lengan pemuda itu, mengisyaratkannya agar mereka segera pergi dari sekolah

"Kau sudah beberapa kali tak ikut rapat loh!" bilang Yoni lagi. Selena yang masih tak melihat ke arah Yoni. Kini, menggeleng ke arah Zainal dan langsung menarik Zainal pergi. Zainal yang di geret Selena, kepalanya terasa gatal lalu menggaruk kepalanya kemudian Yoni kembali memanggilnya

"Profesional dong nal!" Pekik Yoni. Zainal mendengar itu mulai mengerutkan dahinya. Pemuda itu menyentuh tangan Selena di tangannya lalu melepaskannya dan langsung menoleh ke arah Yoni

"Ini bukan pekerjaan Yoni, gak perlu profesional" jawab Zainal sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Untuk beberapa saat, dengan sengaja Zainal berdiri dengan angkuh

"Ku pikir kau orang yang bisa di andalkan seperti yang banyak orang katakan" Mendengar hal itu, Zainal mulai menurunkan tangannya dan berdiri dengan tegak. Pemuda itu berdehem kemudian melirik Selena yang masih membelakangi Yoni

"Yah... Bagaimana ya..." Zainal menggaruk lehernya

"Sel. kau mau menunggu Zainal dulu?" Selena kini berbalik. Namun, matanya hanya menatap ke arah Zainal. Dari jarak Yoni, pemuda itu menduga dan mungkin dugaannya akurat tentang Selena yang sudah pasti cemberut ke arah pria itu. Zainal kini menyatukan kedua telapak tangannya, lalu mengusap kepala Selena

"Izinin untuk hari ini, ya? Aku janji, besok pasti datang!" Bilang Zainal memohon kepada Yoni. Yoni menggedikkan bahunya lalu melipat tangannya di depan dada

"Aku tak masalah sih... Cuman, aku merasa terbebani saja atas janji yang sudah di ucapkan saat surat terima jabatan dulu" Zainal berdecak kesal, lalu tersenyum pada Selena. Meminta izin sepertinya. Zainal mulai menyentuh lengan Selena. Namun, Selena langsung menepisnya dan gadis itu kemudian melipat kedua tangannya di depan dada

"Kau mau mendukungku kan?" Zainal birbisik. Selena yang tadinya cemberut, kini menyentuh lengan Zainal dan sedikit mengguncangkan lengan si pemuda. Lalu, dia kembali melipat kedua tangannya di depan dada

"Kau pikir?" Selena mendekatkan wajahnya ke telinga Zainal, setelahnya dia menghela nafasnya lalu menurunkan tangannya dari depan dada "Aku pulang duluan saja!" Setelah berkata seperti itu, Selena kemudian mendorong bahu Zainal dan pergi dari sana. Zainal menghela nafasnya sambil memperhatikan punggung Selena yang semakin menjauh. Yoni mulai berjalan mendekati Zainal. Zainal yang merasa Yoni mendekat mulai melirik ke arahnya dengan alis yang bertautan, kesal.

"Apa?! Mau menguruiku lagi?!"

"Ohw... Santai kali pak! Lagipula, aku hanya menjalankan tugasku dalam janji pengurus OSIS di poin 2, 5 dan 6" Bilangnya dengan nada agak mengejek

"Halah! Kau hanya iri pada hubunganku dan Selena, iya kan?!" Zainal kini menunjuk wajah Yoni. Pemuda itu memicingkan matanya

"Kita saja tak saling kenal sebelumnya"

"Sumpah! Kau menyebalkan!"

"Hey! Aku sudah bilang kalau aku hanya melaksanakan janjiku. Lagipula, ku dengar kau orang yang kompeten dan pernah menjadi ketua OSIS sebelumnya" Zainal menurunkan jari telunjuknya dan menetralkan wajahnya "Ayo!" Yoni berjalan duluan yang akhirnya diikuti Zainal. Mereka berdua memasuki ruang rapat dengan agak canggung. Keduanya berpisah, si Zainal pergi menghampiri Joshua yang tengah berbincang bersama seorang pemuda bermata bulat bergigi kelinci di sampingnya, namanya Kenny Muhammad Bin Fulham yaitu Kenny teman satu band Zainal.

"Eh! Datang akhirnya!" Joshua memutar tubuhnya di ikuti si Kenny

"Iya, tapi datang telat"

"Eh bocah! Kan pokoknya aku datang"

"Aku gak habis pikir, bisa kau se-bucin ini ke Selena. Padahal tahun pertama kau semangat sekali loh!" Joshua berkomentar. Zainal berdehem kemudian

"Gimana ya... Udah sayang sih... Pasti besok marah"

"Kau gila sih!" Kenny kembali berkomentar

"Ken, masih homoan sama Kelvin? Sampai aku gak denger kabarmu loh!"

"Bjir! Kagaklah! Mana ada homo, di pasung plus di kebiri sama abi nanti!" Kenny menoyor kepala Zainal, membuat si pemuda yang berbadan lebih kecil darinya itu mengaduh kesakitan. Mana si Kenny itu dempal pula, badannya bongsor banget meski wajahnya imut.

"Ngomong-ngomong Jos. Antekmu bernafsu sekali membawaku kesini. Disuruh pak Edi lagi?"

"Siapa?"

"Si mayat"

"Oh... Yoni. Bukannya Yoni memang gitu ya?"

"Aku disini karena di ajak Yoni, aku agak lupa kadang-kadang. Jarang buka grup juga"

"Ah! Kau sih kebanyakan main game Ken! Banyakin tuh ngaji! Dimarahin abah Fulham nanti katanya jahat..."

"Hewan dasar! Udahlah, back to the topic"

"Yoni kan emang selalu bersemangat..." Ada jeda sejenak dalam perkataan Joshua, selanjutnya dia mencondongkan tubuhnya ke arah Zainal sambil menutup pergerakan bibirnya dari yang lain "Meski agak galak dan irit ekspresi sih..." Setelah berkata seperti itu, Joshua melirik ke arah Yoni bersama Uci, Lulu dan seorang lagi yang terlihat sibuk bermain game di ponselnya. Dia khawatir pas Yoni denger, nantinya dia bisa ditebas

"Hah?! Jos, kau takut sama si mayat?!" Bilang Zainal dengan nada yang di tinggikan, sengaja agar Yoni mendengar mereka. Joshua langsung panik dan mengisyaratkan agar Zainal bisa diam menggunakan bahasa matanya. Zainal menoleh ke arah Yoni yang juga menatapnya. Sesaat kemudian Yoni mengangkat jari tengahnya

"Zainal bencong" Bilangnya sambil tersenyum, sampai membuat giginya yang rata nan indah itu terlihat jelas. Mata Zainal melotot mendengarnya, beberapa anak yang ada di dalam sana jadi terdiam. Astaga... Siapa yang tidak tahu sesosok Zainal Alfaro Martadinata?! Dia adalah manusia berprestasi di beberapa bidang, contohnya band sekolah dan sesosok mantan ketua OSIS yang pengaruhnya 'dulu' lumayan di akui, bahkan sampai dia masuk SMA saat ini. Meski karena sifat bucinnya dia sampai beberapa kali di tegur sekitar. Hanya saja, Yoni itu terlalu bar-bar bahkan kepada seseorang yang punya pengaruh dan di hormati seperti Zainal. Yoni sendiri? Dia hanyalah seorang 'anak yang baru aktif' di organisasi beberapa waktu lalu, kurang dilirik karena tak terlalu tampan, dan agaknya idealis juga berambisi. Joshua dan Kenny yang sadar jika Zainal akan marah, membuat mereka berdua bersiap memegang lengan Zainal

"Oke, lima menit lagi rapat akan di mulai ya teman-teman!" Itu suara Uci mendinginkan suasana. Zainal yang kelihatan kesal mulai merapihkan diri, sedangkan Joshua dan Kenny mencoba memastikan agar Zainal tak tiba-tiba melemparkan kursi pada Yoni atau tiba-tiba ada perang dunia ke tiga dihadapan mereka. Setelahnya, mereka melakukan rapat. Hari ini, mereka mengulang kembali pekerjaan apa yang mereka dapat dan juga hari ini membuat konsep dan tema untuk pentas seni nanti.

Selesainya rapat malam ini. Beberapa adik kelas sudah langsung pulang, beberapa lagi seperti pengurus inti OSIS dan juga Zainal, Kenny dan Kelvin masih berada di dalam ruangan. Zainal, pemuda itu nampak lesu atas apa yang dia rasakan, batinnya rindu Selena sekaligus khawatir pada Selena karena membiarkannya pulang sendiri. Saat ini, seorang pemuda berbulu mata lentik datang ke mereka bertiga yang masih duduk di belakang.

"Ken ayo balik!" Bilangnya sambil mengucek matanya, si Kenny yang masih asik berbicara dengan Joshua menoleh

"Bentar vin, lagi bahas kegiatan besok" Kelvin mengangguk, lalu pergi duduk kesamping Zainal

"Nal, gak suka banget sama Yoni?" tanyanya membuat Zainal terbangun dari lamunannya

"Bukan gak suka vin, cuman merasa aneh aja"

"Hiii... Yoni baik tau...Lagian, sekarang pas kamu sama Selena, kamu juga jadi lupa temen, jarang main lagi sama kita, jarang ikut latihan. Pokoknya banyak jarangnya lah!"

"Jadi, kau kecewa?"

"Gak juga sih, biasa aja. Tapi, aku salut sama Yoni yang gigih ajakin kamu, padahal aku sendiri yang temenan lama sama kamu masih susah buat ingetin kamu"

"Ayo vin!" Itu suara Kenny, Kelvin mengangguk

"Akuran aja udah, gak ada salahnya. Yaudah, bye nal! Ketemu lusa di rapat!" Selanjutnya Kelvin dan Kenny pergi dan tak terlihat dari pandangan Zainal. Setelah itu dilanjutkan Joshua yang berpamitan. Sedangkan Yoni terlihat tengah berbicara bersama kedua sahabatnya.

"Bawa motor Ci?"

"iyoii"

"Di jemput Lu?"

"Iya, udah di depan sih... Yaudah, duluan ya Yon!" Setelah berkata seperti itu, mereka berdua berpamitan ria dan meninggalkan Yoni sendiri. Sedangkan Zainal, pemuda yang masih memperhatikan Yoni. Kini mulai beranjak dari tempatnya berdiri dan menghampiri Yoni yang berada di depan ruang UKS yang kini sudah mulai mengambil ponselnya

"Pulang naik apa?" Zainal bertanya, pemuda itu ikutan duduk di samping Yoni

"Motor"

"Oh... Kenapa masih di sini?"

"Iya, lagi nunggu motor sama orang yang jemput"

"Oh... Mau bareng?"

"Gak usah, aku gak bawa helm"

"Oh! Santai! Udah bilang?" Zainal kini berdiri, lalu bersiap menuju tempat parkir. Yoni menggeleng sebagai jawaban, dia hendak mengabari tapi Zainal keburu mengajaknya bicara. Tanpa banyak bicara lagi, Zainal langsung menarik tangan Yoni menuju tempat parkir. Setelah sampai di tempat parkiran, pemuda itu langsung menuju motornya dan membuka jok motor.

"Kebiasaan anter Selena, jadi ada helm cadangan" Bilang Zainal dan memberikan helm berwarna kuning kepada Yoni. Pemuda berkulit putih pucat itu mengambilnya dengan ragu

"Serius?" Tanya Yoni meyakinkan diri

"Ayo, kalau kelamaan ntar tagihan parkir nya nambah" Bilangnya sebagai alasan, padahal sebenarnya tak seperti itu sama sekali. Yoni langsung memakai helm itu dan naik ke boncengan Zainal. Yoni sudah mengabari orang yang akan menjemputnya, jadi kini dia dan Zainal sedang berada dalam perjalanan yang terasa canggung

"Eum... Btw Yon, makasih ya..." Zainal berkata sesaat setelah lampu berganti menjadi hijau. Karena hal itu, membuat Yoni mempertanyakannya

"Buat kau yang mau bekerja keras untuk kami, tanpa imbalan" Hal tak terduga terjadi setelahnya, Yoni malah tertawa dengan pernyataan Zainal "Ish! Kau beneran nyebelin"

"Kau berlebihan. Kita cuma baru bertemu, aku tuh satu tipe sama Uci dan Joshua. Cuma yah..."

"Heem... Aku bisa liat. eum... Sorry juga aku dan yang lain pake acara drama segala. Kau kan tau kelompok kita isinya cewek semua"

"Yah... Maklum sih... Anak sosial udah kena stereotipe gak bagus. Padahal aku yakin kita bisa sebagus dari kelas apapun itu"

"Yah... Aku merasakannya"

"Btw Nal, pacarmu besok bakal marah beneran?"

"Pacar?"

"Selena"

"Ah... Ku harap begitu. Tapi, sayangnya kami belum resmi pacaran. Mungkin juga sih, besok pasti marah"

"SUMPAH?!" Yoni memekik sampai Zainal yang memakai helm dan keadaan jalanan yang ramai begini masih mendengar suaranya sangat jelas. Kini gantian Zainal yang terkekeh, dia tak begitu terkejut dengan reaksi orang-orang yang hampir kebanyakan sama seperti Yoni.

"Ya... Bisa dibilang teman tapi mesra. Meski nyatanya Selena gak begitu suka adanya kontak fisik"

"Wah... Aku tak menyangka, kau mau di manfaatkan selama ini oleh seorang wanita" Lagi, Zainal tertawa

"Gak kaget sih kau ngomong begitu. Tapi, Selena itu wanita yang berbeda"

"Tapi, dia bahkan gak mendukung mu dengan semua kegiatan mu. Kau sampai meninggalkan semua demi nya"

"Itu... Selena itu teman yang dewasa sebenarnya, seseorang yang imut dan agak ceroboh. Tapi ya... Karena akhir-akhir ini dia berkumpul dengan sekumpulan orang-orang 'pencari kebahagiaan' membuatnya seolah tak mau ku tinggalkan. Aneh sih... Tapi, entahlah..."

"Bukannya tadi kau bilang kalian tak berpacaran?"

"Yah... Gimana ya... Mungkin aku cuman seseorang yang bisa di manfaatkan nya di depan teman-temannya? Aku tak tau juga"

"Maaf nih ya Zainal... Kau bodoh banget tau! Terus Ica? bukannya dia suka padamu? Kenapa tak bersama orang yang setidaknya menganggap mu?"

"Gak ah! Ica terlalu tinggi, bukan tipe ku. Terus nanti kita jomplang, malah aku bisa di habis-habisi sama Kenny dan Kelvin..." Bilangnya kemudian ada jeda dalam pembahasan mereka "Aku tau setelah ini kau akan bilang 'Ngapain cari cewek? Bukannya kau dulu sangat aktif ya?' benar?"

"Kau tepat sasaran..." Di belakang sini, Yoni terlihat penasaran dengan jawaban Zainal

"Ya... Mungkin karena aku suka. Asal kau tahu, Selena itu cinta pertama ku" Dan satu hal lagi membuat Yoni melongo mendengar nya. Selena si manja itu? Yoni paham sekarang, tipe Zainal yang selalu di agungkan pasti membutuhkan seseorang yang sangat istimewa baginya sendiri. Kini, mereka telah sampai depan rumahnya Yoni.

"Makasih" cicit Yoni, Zainal tersenyum dan menerima helm nya

"Dasar!" Kemudian Zainal menepuk kepala Yoni

"Udah Gelap, fokus loh!" Pesan Yoni dengan raut wajah dan nada suara yang datar. Zainal mengangguk dengan semangat lalu mengangkat jempolnya. Yoni kini berbalik dan akan masuk rumahnya

"Yon!" Zainal memanggilnya dan Yoni menoleh "Yang tadi hanya kau dan Joshua yang tau. Terima kasih sudah jadi teman curhat ku. Sampai ketemu besok! Dah!" Setelah berkata seperti itu, Zainal memutar motornya lalu pergi dari kediaman Yoni. Pemuda itu mengangguk mantap, dia sadar dan paham. Inilah cara Zainal berdamai dengannya. Rasanya, kerja kelompok mereka akan berjalan mulus sekarang.