Chereads / Kelompok 3 / Chapter 7 - Zainal Sengaja

Chapter 7 - Zainal Sengaja

Saat di sekolah hari ini, Yoni terlihat begitu bersemangat. Pemuda yang biasanya kaku dengan ekspresi datar itu. Entah kenapa Yoni beberapakali menunjukkan senyumannya atau beberapa kali menyapa teman sekelasnya yang sebelumnya beberapa dari mereka yang jarang dia sapa. Aura bahagia Yoni bahkan masih terjaga sampai pelajaran terakhir. Kini, para kelompok tiga telah berkumpul di bangku Yoni. Mereka terlihat kagum dengan Yoni yang auranya sangat bersahabat

"Ada apa nih Yon? Kok kayaknya seneng banget" Ica bertanya, lalu Yoni melihat ke arah Zainal yang hari ini terlihat tak begitu dekat dengan Selena. Masih belum menjawab pertanyaan Ica, senyuman pemuda itu malah memudar.

"Eh gimana? Ngomong-ngomong ini kan kita makin sibuk ya? Habis ini juga mau ujian tengah semester ganjil" Yoni mengalihkan pembicaraan. mereka berdelapan termasuk Yoni mulai memikirkan solusi.

"Eum... Aku dan Habibah belum ada latihan paskip sih... Kecuali latihan hari sabtu" Putri yang angkat suara terlebih dahulu, Habibah mengangguk menyetujui.

"Aku sepertinya bisa setiap hati, cuman... Aku harus pulang bareng Adit, jadi kayaknya gak bisa lama-lama" Winda ikutan berkata

"Eum... Iya sih... Winda dan Putri rumah kalian yang paling jauh, kasian juga kalau pulang terlalu larut. Gimana nal...?" Yoni melirik Zainal untuk mendapat jawaban. Zainal yang hari ini tak duduk di samping Selena, mulai mencondongkan tubuhnya dengan gaya duduk elegannya

"Siapa lagi yang ada kegiatan? Ana? Ica?"

"Aku bisa aja, tapi jangan pulang terlalu larut" Jawab Ica. Zainal kini mengangguk

"Jadi, kita semua bisa ya... Berarti Yon, besok bawa laptop"

"Eh! Tapi Nal... Bukannya besok kita ada rapat lagi kan?" Seketika semua mata memandang ke arah Yoni. Namun, berbeda dengan Zainal yang melirik ke arah Selena yang kelihatan sekali jika dia sedang 'ngambek'. Setelahnya, Yoni berdengung agak lama lalu melanjutkan perkataanya "Aku ada saran sih... Jadi, hari ini aku bakal menyicil buat proposal kita. Terus, buat besok aku bakal tetap bawa laptop buat kalian lanjutin proposalnya. Gimana?"

"Boleh, kita gantian ngerjainnya" Putri menjawab dengan mantab

"Aku sih ikut aja, pokoknya bisa pulang tepat waktu bareng sama Adit" Winda memberikan suaranya

"Aku ikut aja" Ica juga di ikuti anggukan dari Ana

"Gimana Sel? Zain?" Yoni memperhatikan kedua sejoli yang hari ini terlihat tak akur. Zainal merubah posisi duduk yang awalnya menyilangkan kakinya menjadi terbuka dan semakin mencondongkan tubuhnya dengan kepala yang melirik ke arah Selena

"Sel—"

"Oke, aku ikut yang lain buat ngerjain! Berarti besok yang gak ikut ngerjain cuman Yoni, FIX!" Perkataan Selena itu membuat Yoni dan Zainal langsung melihat ke arahnya. Kemudian, Yoni melihat reaksi Zainal. Pemuda itu terlihat menghela nafasnya dan menunduk

"Oke! Kita pulang cepat hari ini!" Putri memekik senang dan langsung berdiri "Ayo na!" Putri langsung mengajak Ana untuk segera pulang. Di ikuti Winda yang segera pergi agar tidak di tinggal Adit. Di sini hanya tinggal mereka berempat. Hawa di ruangan itu langsung menegang. Meski Ica terlihat diam, namun gadis itu sepertinya juga merasa khawatir. Si Zainal yang biasanya jadi rajanya gombal juga malah diam saja

"Aku mau pulang dulu, dah!" Suara Ica memecah keheningan. Setelahnya, gadis itu tak nampak di pandangan mereka.

"Jadi?"

"Apa?"

"Besok?" Merasa tahu apa yang akan Yoni katakan selanjutnya, Selena bangkit dari duduknya

"Aku juga pulang dulu"

"Ah?! Oh! Baiklah!" Sedikit gelagapan, Yoni ikutan berdiri dan di susul Zainal yang mulai mengejar Selena

"Yon, duluan ya!" Bilang pemuda itu segera menyusul Selena yang sudah berjalan terlebih dahulu. Tentu saja, hal itu cukup membingungkan bagi Yoni. Dia berpikir bahwa hari ini kelompoknya akan menjadi baik-baik saja. Namun, nyatanya hal itu tak seperti apa yang Yoni pikirkan seharian ini, sehingga membuatnya pulang dengan wajah yang agak masam. Meski begitu, pada akhirnya Yoni tetap harus mengerjakan proposal awal dan juga persiapan untuk ujian tengah semester.

Keesokan harinya, sesuai dengan perjanjian mereka. Yoni membawa laptop yang berisi file proposal yang sudah dia ketik di awal, lalu memberikan pada temannya untuk dia tinggal dan pergi ke rapat OSIS. Yoni itu tipe orang yang sebenarnya terlalu berpikir positif. Bahkan, meski perasaanya bilang jika Zainal tak akan datang sebab sudah jelas sekali bahwa Selena tak begitu menyukai ketika Zainal aktif saat OSIS. Yoni tetap berpikiran positif menegenai Zainal akan tetap bisa rapat dan mengantarkan Selena pulang. Jelas saja, saat ini Yoni masih terlihat baik-baik saja saat berkumpul dengan kelompoknya

"Teman-teman, mohon bantuannya ya! Ayo Nal!" Yoni sudah bersiap pergi bersama buku catatannya. Namun, yang terjadi Zainal malah menghiraukannya "Zainal?" Panggilnya lagi

"Aku ikutan bantuin anak-anak aja Yon" Bilangnya dengan kini sudah berada di depan laptop bersama para wanita yang mengelilinginya. Yoni melirik ke arah Selena yang kelihatannya masih asik bermain ponsel namun sekarang sudah duduk di samping Zainal

"Nal? Ketua sie acara kan?" Itu Ica yang bertanya, Zainal hanya mengangguk sebagai jawaban. Namun pantatnya tak begeser sedikitpun dari tempat duduk.

"Iya nal, gak masalah kok. Lagian cuman cewek gini, masa kamu mau cowok sendirian. Lagian kita bisa kok, udah banyak anak juga" Itu Winda yang bilang. Padahal sebenarnya, dia juga tau kalau terkadang Zainal itu agak buaya. Kelompok ini mungin akan terlihat seperti surga duniawinya untuk Zainal.

"Ih... Gak baik tau ngusir ketua kelompok!" Bilang Zainal dengan mata yang masih fokus pada laptop yang bahkan dia tak melakukan sesuatu atas laptop yang sedang menyala itu.

"Kita kan udah tau situasinya Nal. Lagipula, nanti kita juga bakal gantian" Itu Yoni, yang sekarang malah kembali duduk. Zainal menghela nafasnya, lalu melihat ke arah Selena yang kelihatannya sekarang jadi keki.

"Boleh?" Zainal bertanya pada Selena yang duduk di sampingnya, terapit dengan tembok. Fokus gadis itu sudah tak pada ponselnya, namun tatapannya menajam dan kelihatan kesal "Sorry Yon, besok ya... Lagian, masa rapat terus tapi pada belum ngapa-ngapain"

"Ku pikir kita baikan Nal dan ku pikir kau itu memang berbeda dari apa yang aku lihat selama ini"

"Untuk alasan apa kau berkata seperti itu? Kau pemuda melankolis tau!"

"Tidak, maksudku kita semua punya kesibukan masing-masing. Kita juga sudah punya solusi untuk pekerjaan kita ini"

"Kau terlalu kaku tuan idealis!"

"Hey! Kenapa rasanya aku yang salah disini?! Aku hanya mengatakan apa yang memang sudah seharusnya dilakukan saja. Benar kan?!"

"Tidak! Kau memang salah! Kau sendiri sudah sadar"

"Apa?! Aku sudah bilang, aku hanya ingin membantu yang terbaik. Terserah, jika kau tak mau ku ajak belajar dengan disiplin"

"Ya sudah! Aku memang tak mau!"

"Ah... Jangan-jangan kau kena pelet? Kau jadi budak cinta yang keterlaluan!" Mendengar perkataan dari Yoni, yang awalnya Selena tak peduli menjadi melotot ke arahnya. Zainal langsung berdiri karena hal itu

"Apa maksud ucapanmu?! Ini hidupku! Kau bukan siapa-siapa bagiku!" Pemuda itu menunjuk dahi Yoni. Yoni sebenarnya tak bermaksud melukai hati Zainal. Jadi dia mencoba mengalah

"Oke, sorry. Aku keterlaluan" Bilang Yoni sambil mengela nafasnya. Zainal juga mencoba mereda. pemuda itu tak langsung duduk, tapi mencoba memijat pelipisnya terlebih dahulu untuk menimang apa yang akan dia lakukan selanjutnya

"Aku pergi dulu. Ku harap kita bisa saling mengerti kedepannya, kau jangan terlalu bucin juga"

"Yon, aku tak seberapa suka saat kau mengatakannya"

"Ya, pada kenyataanya kita tak begitu dekat. Kau juga terlalu bucin. Hanya sedikit di sayangkan saja"

"Mulutmu!" Zainal mencengkram kera seragam Yoni. Hal itu membuat para gadis itu langsung memegang lengan Zainal

"Udah-udah... Ini kenapa para cowok yang sensi sih... Yaudah Yon, pergilah" Putri kini mengusap lengan Zainal diikuti Ana dan lalu Selena yang menariknya kembali untuk duduk di sampingnya dan menggengam tangan pemuda itu. Hal itu berhasil membuat si Zainal tenang dengan semua sentuhan wanita itu. Yoni mengangguk dan segera pergi dari sana. Pada nyatanya, setelah kepergian Yoni, yang serius melanjutkan proposal adalah Putri. Zainal sendiri masih terlihat kesal dengan Selena yang saat ini sudah menyandar di bahunya

"Sensi sekali kau hari ini..." Habibah yang dari tadi diam kini bertanya, Zainal menoleh

"Entahlah..." Pemuda itu melamun sambil memperhatikan Putri yang mengetik dibantu dengan Winda yang mengarang

"Kalau boleh tau nih ya Nal..." Habibah melirik ke arah Ica dan di jawab anggukan oleh gadis itu. Zainal juga ikutan mengangguk "Maaf ya Sel... Kalian itu udah resmi nih sekarang?" Selena kini tak menaruh kepalanya di bahu Zainal

"Ah..." Selena berdengung lalu menggeleng

"Masih bucin toh ternyata..." Habibah mengangguk, hal itu membuat kedua pasangan itu terlebih si Zainal menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal

"Kenapa gak langsung jadian sih? Sama-sama gak mau kehilangan juga" Putri tiba-tiba ikutan berbicara. Zainal melirik Selena yang sudah kembali memperhatikan ponselnya, dia sendiri kurang paham apa alasan Selena menggantungkan hubungan mereka

"Kayak gak tau Zainal aja. Orangnya kan lapar mata. Tiba-tiba aku punya madu, kan gak lucu"

"Zainal mana bisa setia. Kerjaanya godain orang. Sama cowo aja digodain" Ica menyeletuk. Hal itu membuat si Selena meliriknya sinis, tahu jika Ica adalah salah-satu penggemar Zainal yang bisa saja jadi saingan terberatnya

"Ya... Seperti itu!" Setelah Selena berkata seperti itu, dia malah mencubit pinggang Zainal

"Satunya terkenal kalau lapar mata, satunya gigih tarik ulur, satunya masih berharap penuh. Udahlah...Gak paham lagi aku" Ana berkata, sedangkan Habibah sudah saling peluk dengan Ica, gadis yang menurut mereka kasihan sekali.

"Ngomong-ngomong, kalau sama Yoni kau kok beda Nal?"

"Gimana?"

"Gak kayak ngobrol sama anak cowok lain, kayak kau memperlakukan kita sebagai cewek" Habibah bertanya

"Iya! Mana sering bertengkar pula!" Ana menambahi

"Oh... Yoni itu ribetnya kayak cewek, judes, galak, tapi datar dan idealis. Agak cantik buat seorang cowok sih..." Hal itu langsung membuat semua mata memandangnya, bahkan cubitan Selena bertambah sebab Selena dan Putri mencubitnya

"Jadi lebih tau tentang Yoni nih?!" Kali ini Selena memukul lengannya

"Oh... Nge-homo sekarang sama Yoni?" Putri berkata sambil mengangguk

"Ya gak gitu... Intinya dia kayak cewek aja"

"Halah! Apa kau tak mengaca jika kau juga seperti cewek?!" Ica ikutan mengeritik Zainal. Zainal cemberut, tapi malah seluruh wanita itu menyudutkannya jika dia homo.

"Aku tak peduli. Lagipula aku malah jadi raja harem di kelompokku sendiri!!" Bilangnya sambil merentangkan kedua tangannya kebelakang leher Selena juga Putri. Hal itu kembali membuatnya babak belur yang malah kini di pukuli gadis yang lain

"Gak boleh gitu Nal! Dosa tau kalau homo!"

"Baiklah, Zainal gak bakal pernah aku terima" Selena berkata pada akhirnya, sebuah perkataan yang terdengar seperti ancaman yang membuat Zainal kembali kalang kabut.