Chereads / Kelompok 3 / Chapter 9 - Bom Waktu Dihitung Mundur

Chapter 9 - Bom Waktu Dihitung Mundur

Yoni, Putri dan Winda telah selesai membeli makanan dan minuman. Mereka bertiga sekarang sudah kembali ke kelas bersama beberapa kantong plastik yang ada di kedua tangan Yoni. Sedang ada pula sisanya, yang di bawa oleh Putri.

"Hi teman-teman! Udah sampai mana bab 1 nya?" Yoni bertanya, pemuda itu duduk di bangku tengah yang berada di samping bangkunya diikuti Putri duduk di sampingnya, sedangkan Winda memberikan pesanan Zainal dan Selena.

"Kita makan dulu ya!" Dengan perasaan yang tak berpikiran buruk sama sekali, Yoni mulai membuka bungkus nasi goreng dan langsung memakannya bersama Putri dan Winda setelah mengambil kursi milik guru untuknya duduk di depan bangku yang sedang Yoni dan Putri duduki setelahnya mereka bertiga makan satu bungkus nasi goreng itu. Pada akhirnya, Putri lah yang menyadari jika kelima anggota itu sedang perang dingin

"Udah sampai mana?" Putri bertanya pada Ica. Ica berdengung

"Bab 1 udah" Jawabnya, Yoni yang mengunyah makanan mengangguk senang

"Udah Sel?" Ica bertanya, Selena mengangguk dan kemudian memberikan minumannya pada Zainal juga segera membuang sampah plastik cilok.

"Sini temenin aku dulu aja Sel. Kamu ngerjain besok aja" Bilang Zainal sambil berakting imut, pemuda yang sedang menunjukkan tatapan mautnya itu memohon pada Selena yang hendak menggantikan posisi Habibah agar Habibah bisa mengetik. Ketujuh anggotanya langsung menatap ke arah Zainal

"Na, mau? Cuma di bayar dua belas ribu loh!" Yoni berkata dengan sarkas. Winda menepuk bahu pemuda itu

"Hih! Sel, apa kau mau sama bencong, cebol, sok tajir kayak Zainal?!" Putri menimpali. Hal itu membuat Selena memijat pelipisnya

"Ck! Sel... Katanya kamu cuma mau ngerjain pas udah bab empat?" Zainal mengingatkan, Selena langsung duduk di tempat Habibah, sedangkan Habibah geser dan Ica duduk di bangku pojok berseberangan dengan tempat duduk Yoni, dia anti duduk di samping Zainal.

"Najis Zain, udah ah! Ayo Bib! Dari mana nih?" Selena langsung berusaha sibuk dengan tugasnya. Meski yang di katakan Zainal itu sangat benar, Selena beberapa kali mengeluh dan menyuruh Zainal mencegah mereka untuk membuatnya mengerjakan tugas. Tapi, saat sudah terjadi hal itu malah menjadi suatu yang memalukan yang berakhir jadi sebuah formalitas belaka.

"Baiklah, kamu udah oke ya!" Nyatanya, Selena malah melirik Zainal dengan tajam. Zainal yang sadar kembali mencegah

"Oke! Aku yang gantiin Selena!" Bilangnya langsung berdiri dan menghampiri bangku depan. Ketiga orang yang sedang makan di tambah Ica, Ana yang tadinya cuek juga Habibah yang sedang serius pada laptop jadi terganggu dengan drama Zainal. Yoni menepuk dahinya

"Put, ambil alih gih!" Yoni berbisik. Putri melotot sambil mengayunkan tangannya di depan wajahnya

"Ini cuman masalah Selena Yon. Bilangin ketua mu itu Yon!" Jawab Putri, Yoni meliriknya tak minat. Astaga! Zainal itu ada-ada saja!!

"Win?" Winda langsung menggeleng

"Big No Yon! Aku gak akan ikut campur kalau ketua mu udah bucin" elaknya, Yoni kembali melirik Putri yang mengangkat bahunya. Sedangkan Habibah kasihan karena terpojok sebab Selena dan Zainal yang berebut tempat duduk. Di saat Yoni masih berdebat dengan Winda dan Putri untuk mengingatkan Zainal. Tidak di sangka Ica mengeluarkan suaranya. Selena? Ya, dia kembali bermain ponselnya membiarkan Zainal yang mengetik dengan ejaan yang Habibah ucapkan.

"Bisa gak sih Nal, sekali aja!" Semua mata melihat ke arah Ica. Zainal mengangguk saja, dia hanya butuh ucapan inti saja

"Aku gak masalah sama Selena. Jujur, kita semua pasti mengeluh entah itu di depan satu sama lain atau di belakang. Tapi, Jika kau melindunginya begini... Lebih baik kau jangan berada di sini!" Mata bulat gadis itu memerah, rahangnya mengeras dan tatapannya lurus menatap Zainal. Zainal yang sibuk mengetik, perlahan mulai memperhatikannya.

"Bisa gak sih tuker anggota?! Aku salah juga pilih Zainal jadi ketua kelompok" Bilangnya tanpa melihat ke arah Zainal lagi. Yoni saling lihat dengan Winda dan Putri kemudian melihat Zainal dengan tampang tak berdosa miliknya.

"Intinya aku gak mau sekelompok sama Zainal! Aku muak sama sikapnya yang pilih kasih!" Pekik Ica, dari tengah sini Yoni dan dua orang lainnya jadi bingung sedangkan Zainal terlampau tak peduli untuk menanggapinya. Yoni yang tak sedang makan malah tersedak ludahnya sendiri, hal yang dia khawatirkan apalagi masalah cinta segitiga begini.

"Oke, sayang kau mau bagaimana?" Mulut laknat Zainal. Dia malah memicu percikan api dengan bensin. Rahang Ica kembali mengeras.

"Semuanya, dia kurang ajar!" pekik Ica, hal itu berhasil membuat Yoni menaruh sendoknya dan mencoba menyelesaikan masalah ini

"Oh! Maaf jika begitu. Lagipula, ini hidupku"

"Nal, berhenti dulu ya!" Habibah mengingatkan, Zainal menggedikkan bahunya. Ica sangat murka sekarang

"Aku tak masalah apapun itu! Sudah ku bilang kita juga pasti akan menggerutu di belakang padahal ini tugas kita! Dia tak perlu memperlakukan anggota yang disayanginya dengan tak adil begini!"

"Oke, aku tahu kau merasa tak adil. Aku paham, terimalah!"

"ZAINAL! DIAMLAH!" Pekik Yoni, Zainal tahu dia memang suka menggoda banyak gadis dan Ica adalah salah satu korban yang gagal move on darinya. Sehingga hal itu yang membuat Zainal menyimpulkan bahwa Ica hanya cemburu saja. Lagi pula, Zainal memiliki anggapan bahwa Ica tak serius itu sepertinya pada Selena. Jadi, tak ada alasan untuk memikirkan perkataan orang lain.

"Aku gak mau ada Zainal pokoknya! Aku akan bilang pada Bu Sani sekarang! Sebelum semuanya semakin jauh!" Pekik Ica mulai mengeluarkan ponselnya, karena itu mereka langsung menghampiri Ica

"Ca, plis! ini ga bagus buat image kelompok kita! Kita juga masih di awal loh!" Putri mengingatkan

"Ca, Yoni aja coba adaptasi loh? Plis ya jangan..." Winda menimpali

"Gimanapun Zainal kenal banyak orang penting" Bisik Ana di samping Ica. Bisikan itu malah membuat Ica semakin kesal

"Kalian terlalu memuja Zainal! Dia sangat tidak adil teman-teman!!" Pekiknya. Ana langsung mengguncang tubuh Ica

"Plis, kau jangan cemburu. Ini bukan hanya tentang kau sendiri!" Itu Putri yang berbisik. Yoni yang mendengar perkataan Ica mulai melirik ke arah Zainal. Bagaimanapun juga, bisa dibilang jika Yoni adalah orang yang netral di sini. Pemuda itu meninggalkan Ica yang masih terlihat dibujuk teman kelompoknya agar tak mengadu pada Bu Sani. Yoni berdiri tepat di hadapan Zainal yang duduk di ujung dengan dua wanita di samping kiri tubuh Zainal

"Kamu salah juga loh!" Zainal mendongak, lalu mengangguk dan kembali mengetik

"Nal, meski bukan karena perasaan cemburu. Aku setuju sama Ica, kau salah. Oh ayolah Zainal! Kau kan pria terhormat!" Bilangnya dengan meja yang agak di pukul. Zainal melirik Yoni tanpa minat

Zainal menghela nafasnya "Oke" Setelahnya dia melihat ke arah Ica lalu pada Selena yang tepat ada di samping kirinya

"Aku bisa membuatnya tak berada di kelompok ini lebih mudah" ucapnya pada Yoni. Yoni langsung mendorong dada Zainal dengan kasar sampai punggungnya terbentur kursi dan lengan Zainal sampai mengenai bahu Selena

"Hey!" Pekik Zainal, dia hanya khawatir pada Selena

"Sekali lagi kau merusak kepercayaan kami. Kau tak seperti yang sahabat mu katakan ternyata."

"Yon, aku sudah tak ingin berperang denganmu. Kita damai oke?"

"Zain, kau salah, tau?!" Yoni memekik dengan mata yang melirik pada Selena

"Apa susah?" Ica bertanya dari jarak mereka. Zainal menggeleng

"Itu mudah. Jika kalian ingin aku jadi pemimpin yang baik, aku akan menuruti kalian"

"Buktikan padaku jika kau tak berubah"

"Ya, tak ada salahnya. Baiklah, maafkan aku yang sudah tidak adil. Mulai saat ini, aku akan membagi pekerjaan lebih adil lagi" Zainal berdiri kemudian membungkuk. Selena meliriknya, Zainal sendiri tau dan tersenyum pada Selena, risikonya jadi ketua. Setelah itu keadaan telah mencair. Juga Selena telah mengerjakan bab selanjutnya. Setelah di rasa hari semakin gelap, mereka mulai mengemasi barang dan hendak kembali pulang ke rumah. Sebelum itu, Yoni ingin menyampaikan sesuatu untuk penutupan malam hari 'yang panas' ini

"Baiklah teman-teman, jadi seminggu lagi kita akan ada ujian. Jadi, sesuai yang aku dan Zainal bicarakan. Kita tidak ada kerja kelompok seminggu ini untuk belajar ujian tengah semester. Jadi, dimohon kerja samanya ya... Terima kasih, sudah boleh pulang!!" Setelah Yoni memberikan informasi itu, mereka seperti benar-benar saling mendinginkan diri di saat yang tepat.