Chereads / Kelompok 3 / Chapter 12 - Harusnya Lebih Cepat

Chapter 12 - Harusnya Lebih Cepat

"Kelompokmu udah sampai mana bib?" Adelia bertanya, gadis itu memperhatikan Habibah yang jalan beriringan menuju ruang ujian

"Sudah sampai bab tiga del"

"Wih? Udah mau selesai nih... Tinggal santainya aja ya kelompokmu. Masih ada lima hari tersisa sebelum kamis. Senangnya..."

"Iyoi..."

"Tapi nih ya... Emang tujuh unsur budayamu gimana? Aku dengar dari Lily yang dikasih tahu langsung dari bu Sani, proposal kelompok kelas kita yang bagus itu kelompoknya Ocha. Eum... Ngomong-ngomong, selanjutnya kelompokmu bagaimana? Mau nge edit di sekolah apa udahan hari ini?"

"Masih ngerjain sih... Soalnya kita juga belum konsultasi. Kamu?"

"Fix sih, harus konsultasi sekarang. Mumpung kalau hari jumat pak Rio masih di sekolah sampai sore. Dah bibah!" Bilangnya kemudian masuk ke kelas. Setelahnya, Habibah memasuki ruang ujiannya. Di dalam sudah banyak anak yang sudah datang bahkan anggota kelompoknya juga sudah lengkap di dalam kelas. Sebab obrolannya bersama Adelia tadi, membuat Habibah kepikiran. Tentu saja, selama ini yang dia tahu hanya mengerjakan tugas kelompok bersama. Dia tidak tahu menahu mengenai kelompoknya yang sudah atau belum konsultasi ke guru pembimbing. Habibah duduk di beberapa bangku setelah Yoni, membuat gadis itu memperhatikan pemuda berkulit putih yang terlihat tenang diam di bangkunya tak seperti yang lain. Beberapa saat memperhatikan Yoni, kini tatapannya terbawa kepada Putri yang sedang memainkan ponselnya sambil berbicara kepada gadis yang ada di sekitarnya. Hanya saja, lamunannya kini teralihkan sebab Winda yang ada di sampingnya mengajaknya berbicara

"Lagi kenapa bib?" Tanya Winda, Habibah membuyarkan lamunannya

"Gak kenapa-kenapa kok"

"Oke, baguslah" Winda berkata sambil mengangguk-angguk dan kembali melanjutkan perkataanya yang tadi sempat tak Habibah dengar. Di depan sana, Yoni mulai mengedarkan pandangannya. Pemda itu secara acak mengabsen teman kelompoknya. Meski telah sampai bab tiga, Yoni masih saja terlihat gelisah. Dia sudah ada rencana untuk konsultasi kepada pak Rio, hanya saja dia terlalu takut untuk menanyakannya seorang diri. Untuk sekali lagi, pemuda itu mengedarkan pandangannya dan menemukan Puti yang masih asik berbincang dengan anak yang lain. Saat dia mengedarkan pandangannya ke arah lain,pemuda itu melihat Habibah yang sedang berbincang dengan Winda dan Ica. Oh! Saat menatap di bangku paling belakang, bisa-bisanya Zainal bermanja ria dengan Selena. Meski terlihat bahagia dan sangat manja kepada Selena. Namun, itu tak terlihat pada Selena yang masih konsisten dengan perlakuannya kepada Zainal sejak pertama kali Yoni melihat mereka. Apa mereka benar-benar belum berkencan? Yoni mengangkat bahunya, tak mau memikirkan hal yang bukan urusannya.

Setelah mengalihkan pandangannya dari Zainal dan Selena, Yoni kemudian kembali menimang siapa yang mau diajaknya konsultasi ke guru pembimbing. Pemuda itu mulai mengigit kukunya, matanya juga tak berhenti mencari, tak berbeda jauh dengan otaknya. Hingga akhirnya, matanya tertuju pada Habibah yang terlihat gelisah saat menyadari dirinya terlihat seperti mencari sesuatu. Sedikit terlonjak dan salah tingkah, Sebelum akhirnya, dia memilih untuk kembali menghadap ke arah papan tulis dan menunggu bel ujian dimulai.

. . .

Ujian telah usai hari ini, sehingga membuat para siswa meregangkan otot mereka dan siap untuk pergi dari sekolah hari ini. Agak berbeda dengan kelompok tiga yang kini kembali berkumpul dan menyempurnakan tugas mereka. Saat ini, entah mengapa nuansanya canggung. Di antara yang lain, Habibah dan Yoni saling curi-curi pandang. Sehingga, dengan ragu Habibah yang mulai mengangkat suaranya

"Eum... Bukankah kita seharusnya pergi untuk konsultasi ke guru pembimbing ya?" Habibah memberanikan diri untuk mengatakan hal yang di rasa ganjal olehnya. Mendengar pertanyaan Habibah, membuat Yoni menghela nafasnya lega. Sebab sebelum Habibah mengatakannya Yoni sudah berpikir hal yang tidak-tidak. Anggota lain ada yang menoleh ke arah Habibah, dan ada beberapa yang masih fokus dengan perkejaan masing-masing, hingga saat Zainal memberikan laptop Yoni kepada Putri hal itu membuat Putri berperilaku aneh, dia terlihat ragu.

"Yon, ini benar gak sih? Kok punya kita sebanyak ini halamannya? Ini udah dua ratus lembar loh! Aku lihat punya anak dari kelas sosial empat rata-rata dua puluh lembar-an"

"Eh, masa sih?" Yoni mengecek laptopnya. Dia jadi menggaruk tengkuk lehernya yang tiba-tiba terasa gatal. Dia sekarang jadi bingung mau menjawab apa, dia sendiri juga tidak begitu paham. Seketika, dia kembali mengecek rekaman yang waktu itu mereka ambil ketika pelajaran dari pak Rio. Namun, di sana sudah mereka lakukan, namun beberapa yang di ucapkan pak Rio sedikit ambigu dan terlalu umum, hal itu akhirnya yang membuat Zainal mengambil keputusan

"Oke, kita sudah ngelakuin kayak yang pak Rio suruh. Bab satu untuk latar belakang Wisata Edukasi Susu Batu dan Jatim Park satu, kemudian bab dua untuk pengertian mengenai pengertian wirausaha, dan terakhir bab tiga untuk tujuh unsur budaya. Sedangkan, bab empat dan bab lima akan menyesuaikan setelah kita pergi KTS dan memiliki produk. Jadi, untuk saat ini apa yang kita lakukan seharusnya sudah benar. Tapi! Kita harus memastikan dan konsultasi"

"Oke, bagus tapi agak telat pak." Ana bergumam

"Jadi Yon, siap-siap untuk hal yang terburuk"

"Jadi kau juga punya firasat kalau ini bakal di ubah berkali-kali ya?" Putri bertanya, Zainal berdehem dan tak menjawab

"Mungkin kita memang telat. Tapi, ayo kita ubah. Put, kamu yang pergi bersama Yoni buat konsultasi ke pak Rio ya?"

"Aku nih?"

"Eih... Ayolah, agar pembicaraan tidak alot" Bilangnya. Itu jelas mengapa Zainal berkata seperti itu. Putri adalah anggota paskibraka, sedangkan hanya Putri di kelompok ini yang dapat di andalkan dan terlebih dia mengenal dekat pak Rio yang dimana beliau adalah pembimbing dari ekstrakulikuler paskibraka.

"Dasar diktaktor! Baiklah!"

"Semangat semuanya!" Zainal berkata kemudian mengepalkan tangannya dan mengayunkannya ke udara. Putri berdecak sebabnya dan segera dia membawa laptop Yoni lalu pergi bersama Yoni menemui pak Rio yang beruntungnya masih berada di ruang guru. Di dalam ruang guru ternyata ada juga pak Teguh Cipto, atau nama bekennya yaitu PTC. Beliau juga guru pembimbing untuk skripsi kali ini. Beliau terlihat sudah mengemasi barang untuk segera pulang. Pak Rio yang awalnya juga hendak pulang harus tertahan sebab adanya Yoni dan Putri. Pak Rio terlihat keberatan dan tersenyum getir. Namun, pria itu tetap saja meladeni Yoni dan Putri.

"Jadi, ada apa Yon, Put?"

"Gini pak, kami sudah sampai bab tiga seperti yang bapak instruksikan. Tapi pak, halaman kami banyak banget. Gak kayak punya kelompok lain"

"Loh? Ya makin bagus kalau banyak."

"Gini pak?" Putri langsung memberikan laptop kepada pak Rio untuk di periksa. Pak Rio menerima laptop itu untuk di periksa. Mata pak Rio langsung terbelalak ketika mendapati halaman milik tugas mereka sebanyak dua ratus lembar

"Ini sih kebanyakan" Bilangnya sambil menghapus hal yang sepertinya tidak penting

"Kalian belum perlu menambahkan kata mutiara. Kemudian, kalian harusnya cari definisi dari tujuh unsur budaya dan sub babnya. Terus, untuk kutipan kalian biarkan saja sesuai dengan pas kalian copy paste, fornt-nya juga tidak perlu di sesuaikan seperti ketentuan, biarkan saja." jelas pak Rio sambil membenarkan tugas mereka. Yoni dan Putri masih serius memperhatikan apa yang pak Rio jelaskan, keduanya menganggukkan kepala sekaligus menengguk ludah mereka sebab melihat pak Rio yang dengan santainya menghapus beberapa bagian yang tidak seharusnya mereka tulis.

"Untuk suku-suku yang sudah kalian kerjakan disini jangan buru-buru di hapus. Nanti bisa dipakai lagi. Sudah, ada pertanyaan lagi?" Pak Rio mengembalikan laptop itu ke Putri. Mereka berdua menggeleng dan mengucapkan terima kasih sebelum kembali menuju ruangan tempat kelompok tiga berkumpul. Teman-temannya yang sedang asik sendiri kini mulai fokus kepada Putri dan Yoni yang kembali ke tempat dan melakukan sesuatu

"Jadi?" Habibah bertanya yang paling pertama

"Hanya tinggal sedikit di edit" Jawab Yoni

"Dengan dua ratus lembar"

"Bukan, hanya beberapa di hilangkan dan di ubah" Itu Putri yang menjawab

"Baiklah, ku serahkan kepadamu ya Yon" Zainal menepuk bahu Yoni, Yoni mengangguk

"Katanya, bab tiga punya Ocha yang terbaik" Ucap Winda

"Bisakah kau meminta darinya? Atau mungkin kita bisa bekerja sama. Sepertinya waktunya tidak akan banyak" Habibah berkata dengan hati-hati, padahal Yoni terlihat sibuk dengan apa yang di lakukannya. Winda mengangguk

"Mungkin kita bisa bertukar. Katanya, bab dua kelompok Ocha bermasalah. Jadi, akan ku coba. Sabtu besok langsung kukirim ke rumah Yoni"

"Yon, berikan flashdisk-nya pada Winda" Putri berkata, Yoni berdehem

"Bisa di usahakan, kan?" Selena bertanya. Yoni mulai mengangkat kepalanya dari arah laptop, kemudian memberikan flashdisk berisi tugas mereka kepada Winda

"Tentu. Karena kita masuk siang. Jadi, kita akan memiliki waktu untuk ini"

"Baiklah! Kita akhiri kerja kelompok kita hari ini. Ayo pulang!!!" Zainal menutup hari ini dan langsung berlari ke arah pintu sambil menggenggam tangan Selena.